tradisi menyambut malam lailatur qadar di ternate turun temurun dirayakan dari abad ke 15 masehi - News | Good News From Indonesia 2025

Tradisi Menyambut Malam Lailatur Qadar di Ternate, Turun-temurun Dirayakan dari Abad ke 15 Masehi

Tradisi Menyambut Malam Lailatur Qadar di Ternate, Turun-temurun Dirayakan dari Abad ke 15 Masehi
images info

Masyarakat Muslim Ternate mempunyai tradisi yang unik saat menyambut malam Lailatul Qadar atau lebih dikenal dengan malam seribu bulan itu. Tradisi yang dikenal dengan nama Ela-ela ini telah ada sejak zaman Kesultanan Ternate.

Dimuat dari Antara, tradisi Ela-ela telah dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan Sultan Ternate sejak abad ke-15 hingga ke-19 Masehi. Malam Ela-ela yang biasanya dilakukan pada 27 Ramadhan ini merupakan tradisi turun temurun.

"Memang, tradisi malam 27 Ramadhan di Kesultanan Ternate membawa pesan silaturahmi dan toleransi antar-umat beragama karena dalam tradisi ini juga diikuti saudara umat Kristiani dari masyarakat Tabanga sebagai salah satu tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun lalu," kata Fanyira Kedaton Kesultanan Ternate, Rizal Efendi di Ternate, Minggu.

Malam Nuzulul Qur'an 2025: Kapan dan Ibadah Apa yang Perlu Dilakukan?

Ketika itu, Sultan Ternate datang ke masjid bersama-sama barisan "Kabasarang Uci". Sedangkan di belakangannya ada masyarakat dengan diikuti musik dan benda-benda pusaka.

Dikatakan oleh Rizal, tradisi ini merupakan kekayaan khasanah budaya yang terus dilestarikan, sehingga anak cucu bisa terus melaksanakan secara turun-temurun terutama dalam merawat semangat toleransi antar-umat beragama.

Dirayakan masyarakat

Pada momen perayaan itu, masyarakat Ternate akan sibuk menghias halaman rumah mereka dengan api obor dari bambu. Karena tradisi ini hanya dilakukan setahun sekali, orang-orang sangat antusias untuk menghias rumah mereka dengan obor yang menjadikan setiap sudut kampung benderang. 

Kegiatan selanjutnya akan dilaksanakan setelah menunaikan ibadah shalat Tarawih secara bersama. Selanjutnya masyarakat akan berkumpul di halaman masjid untuk 
mendengarkan ceramah dan doa-doa kebaikan. 

Apa Perbedaan dari Malam Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an?

Setelah selesai ceramah, masyarakat Ternate akan berkumpul dan akan melakukan pawai obor mengelilingi kampung. Semarak pawai obor ini diikuti oleh masyarakat Ternate tak terlepas tua maupun muda, laki-laki ataupun perempuan. 

Selama pawai obor ini, masyarakat Ternate akan melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Selain melantunkan shalawat kepada nabi, mereka juga melantunkan pujian-pujian dan doa-doa.

Bagian budaya

Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unkhair, Hudan Irsyadi mengungkapkan tradisi Ela-ela telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Ternate. Apalagi, jelasnya ini terkait dengan keberadaan Kesultanan Ternate.

"Bagi masyarakat adat Ternate, Kedaton adalah simbol kebudayaan. Oleh karenanya segala bentuk tradisi yang melekat pada masyarakat Ternate merupakan perwujudan dari kokohnya kesultanan itu. Salah satu contoh adalah tradisi malam ela-ela," uajr Hudan yang dimuat RRI.

Perayaan Nuzulul Quran di Istana Negara pada 1951, Presiden Soekarno Ajak Umat untuk Terus Berjuang

Karena itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Ternate, Rinto Taib mengatakan merawat tradisi di malam ela-ela sangat penting. Karena sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat.

"Bahwa ela-ela bagian dari item penting penilaian Kemendikbud RI hingga Ternate masuk sebagai nominasi penghargaan kebudayaan tahun 2015 bersama Siak dan Pekalongan untuk kategori pemerintah kota," katanya, mengakhiri.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.