indonesia berpotensi jadi pionir pengembangan sel surya berbasis alami - News | Good News From Indonesia 2025

Indonesia Berpotensi Jadi Pionir Pengembangan Sel Surya Berbasis Alami

Indonesia Berpotensi Jadi Pionir Pengembangan Sel Surya Berbasis Alami
images info

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam pengembangan teknologi energi terbarukan, khususnya dalam inovasi sel surya berbahan alami. Hal ini terungkap dari riset terbaru yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang sedang mengembangkan sel surya jenis Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) menggunakan pigmen alami dari mikroalga.

Dilansir oleh BRIN, tim periset sedang memanfaatkan pigmen alami yang lebih terjangkau dan melimpah di alam, sebagai alternatif dari pigmen sintetik berbasis logam seperti rutenium. Pigmen sintetik selama ini digunakan sebagai penyerap cahaya matahari dalam DSSC, tetapi harganya mahal dan sulit didapatkan.

Cetak Sawah, Upaya Strategis untuk Menuju Kedaulatan Pangan di Indonesia

Menurut Yuliar Firdaus, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Elektronika (PRE) BRIN, penggunaan pigmen alami dari mikroalga dinilai lebih ramah lingkungan dan mudah diperoleh.

“Para periset mencoba menggantinya dengan pigmen alami hasil ekstraksi dari mikroalga yang lebih mudah didapatkan serta lebih ramah lingkungan,” ujar Yuliar, seperti dikutip dari BRIN.

DSSC sendiri merupakan teknologi sel surya yang lebih sederhana dibandingkan panel surya berbasis silikon. Meskipun sel surya saat ini menjadi harapan besar untuk pengembangan energi terbarukan, tantangan utamanya adalah harga yang mahal dan material yang sulit didapatkan.

Fahrul Nurkolis, Pemegang Hak Paten Antikanker dan Antidiabetes dari Bahan Alam Indonesia

Potensi Besar Energi Surya di Indonesia

Berdasarkan laporan dari CNBC Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia memerlukan sekitar 3,3 juta panel surya untuk mencapai target penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebesar 1,5 gigawatt (GW).

Target ini mencakup sistem yang terhubung dengan jaringan PLN maupun yang beroperasi secara mandiri (off-grid). 

Data dari Kementerian ESDM juga menunjukkan bahwa potensi energi surya di Indonesia sangat menjanjikan, dengan intensitas radiasi matahari mencapai 4,8 KWh/m² atau setara dengan potensi kapasitas sebesar 112.000 GWp.

Inovasi Teknologi Pascapanen: Solusi Cerdas untuk Pertanian Modern dan Fashion Ramah Lingkungan

Sayangnya, pemanfaatan energi surya hingga saat ini masih sangat minim, baru sekitar 10 MWp yang telah dimanfaatkan.

Untuk mengoptimalkan potensi ini, pemerintah telah menyusun roadmap pemanfaatan energi surya dengan target kapasitas terpasang PLTS sebesar 0,87 GW pada tahun 2025, atau sekitar 50 MWp per tahun. Angka ini menunjukkan peluang pasar yang sangat besar bagi pengembangan energi surya di masa depan. 

Hasil Pemikiran Mahasiswa UB di Kolam: Limbah Sayuran Jadi Pakan Ikan

Mikroalga: Solusi Ramah Lingkungan dan Ekonomis

Indonesia, sebagai negara megabiodiversitas terbesar kedua di dunia setelah Brasil, memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk mikroalga.

Mikroalga adalah organisme kecil yang hidup di air dan mengandung pigmen alami seperti klorofil, karotenoid, dan phycocyanin. Pigmen ini memiliki kemampuan menyerap cahaya matahari dengan baik, sehingga cocok digunakan sebagai bahan aktif dalam DSSC.

Selain itu, mikroalga memiliki berbagai keunggulan, seperti mudah diperbanyak, cepat tumbuh, dan dapat diproduksi dalam skala besar tanpa merusak lingkungan. Dibandingkan dengan pigmen sintetik berbasis logam, mikroalga jauh lebih berkelanjutan dan ekonomis.

Indonesia Ternyata Punya Alat Penyerapan Karbon yang Dibuat Peneliti UGM

Tahapan Riset dan Harapan ke Depan

Riset ini direncanakan berlangsung dalam tiga tahap selama tiga tahun. Pada tahun pertama, fokus riset adalah ekstraksi pigmen dari berbagai mikroalga asli Indonesia. Tahun kedua, tim akan melakukan optimasi DSSC, termasuk uji coba kombinasi pigmen mikroalga dan modifikasi komponen sel surya untuk meningkatkan efisiensi.

“Masalah utama dari penggunaan pigmen alami sebagai penyerap cahaya pada DSSC adalah kemampuan menempel dari pigmen tersebut di atas fotoanoda yang belum terlalu baik. Sehingga, pada tahun ketiga, yakni 2025, tim periset BRIN akan melakukan upaya untuk meningkatkan daya tempel dari pigmen tersebut,” jelas Yuliar.

Jika riset ini berhasil, Indonesia berpotensi menjadi pionir dalam pengembangan sel surya berbasis pigmen alami. Teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga terjangkau dan dapat diproduksi secara massal.

Inovasi ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencapai target energi terbarukan.

“Ini dapat membantu mendorong penggunaan energi bersih dan mendukung target pemerintah dalam transisi menuju energi terbarukan. Dengan inovasi ini, ketergantungan kita pada energi fosil bisa semakin berkurang dan Indonesia bisa berdiri di garis depan revolusi energi hijau,” harap Yuliar.

Dengan potensi energi surya yang sangat besar dan kekayaan alam seperti mikroalga, Indonesia memiliki peluang emas untuk memimpin dalam revolusi energi hijau global. Inovasi seperti DSSC berbasis mikroalga tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi negara.

Intip Program Sedekah Energi, Upaya Terangi Masjid-Masjid Indonesia dengan Panel Surya

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.