Legenda Si Bungsu adalah cerita rakyat yang berasal dari daerah Lampung. Legenda ini berkisah tentang seorang gadis yang baik hati dan mau memaafkan kesalahan yang sudah dilakukan kepada dirinya.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda Si Bungsu tersebut?
Legenda Si Bungsu
Dinukil dari buku Dian K. yang berjudul 100 Cerita Rakyat Nusantara, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah tujuh orang bersaudara yang semuanya merupakan anak perempuan. Mereka hidup bersama-sama karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada suatu hari, ketujuh bersaudara ini pergi ke dalam hutan. Mereka hendak mencari buah-buahan untuk dimakan nantinya.
Namun ternyata mereka sudah tersesat jauh ke dalam hutan. Ketujuh saudara ini kemudian merasa ketakutan setelah menyadari hal itu.
Si Sulung kemudian menenangkan adik-adiknya. Dirinya mengajak saudaranya tersebut untuk terus berjalan ke dalam hutan.
Sesampainya di tengah hutan, ketujuh saudara ini menemukan sebuah rumah yang sangat besar. Tidak lama kemudian, muncul dua raksasa yang keluar dari dalam rumah tersebut.
Ketujuh saudara ini tentu ketakutan melihat kehadiran dua raksasa ini. Mereka kemudian bersembunyi agar dua raksasa tersebut tidak menemukan ketujuh saudara ini.
Kemudian mereka meminta bantuan burung kenui agar terhindar dari dua raksasa tersebut. Burung kenui kemudian memasukkan kolang-kaling ke dalam sungai tempat kedua raksasa ini mandi.
Hal ini membuat kedua raksasa tersebut merasakan gatal yang sangat hebat. Ketika kedua raksasa ini sibuk menggaruk badan mereka, burung kenui muncul di hadapan mereka.
Burung kenui berkata bahwa dia tahu obat penawar dari gatal tersebut. Dirinya berkata bahwa kedua raksasa itu harus pergi ke puncak gunung untuk mengambil obat penawar tersebut.
Akhirnya kedua raksasa ini pergi meninggalkan rumah itu. Hal ini tentu membuat ketujuh saudara ini merasa tenang dan aman.
Mereka kemudian memutuskan untuk menempati rumah raksasa tersebut. Rumah raksasa ini dibagi ke dalam tujuh bagian untuk mereka masing-masing.
Di depan rumah, mereka kemudian menanam jagung untuk persediaan makan sehari-hari. Namun di antara mereka semua, hanya Si Bungsu yang mau merawat burung kenui yang sudah membantu sebelumnya.
Kakak-kakaknya tidak mau merawat burung tersebut karena khawatir akan memakan hasil jagung mereka. Si Bungsu kemudian merawat burung kenui tersebut dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari, burung kenui ini tiba-tiba menghilang dan meninggalkan sebutir telur di rumah Si Bungsu. Mengetahui hal ini, Si Bungsu berusaha mencari burung kenui tersebut.
Namun usaha yang dia lakukan ternyata tidak membuahkan hasil. Saat kembali ke rumah, Si Bungsu justru melihat seorang pemuda tampan yang tengah berdiri di depan rumahnya.
Pemuda ini kemudian berkata agar Si Bungsu tidak takut dengan dirinya. Sebab dia adalah anak dari burung kenui yang menetas dari telur yang ditinggalkan sebelumnya.
Setelah itu, pemuda ini langsung mengajak Si Bungsu untuk menikah. Akhirnya mereka menjadi sepasang suami istri dan hidup bahagia.
Namun hal ini ternyata membuat iri kakak-kakak dari Si Bungsu. Pada suatu hari, Si Bungsu terpeleset ketika sedang mencuci di sungai dan terbawa arus.
Akan tetapi, kakaknya yang juga ada di situ membiarkannya begitu saja. Kakak-kakaknya berharap Si Bungsu hanyut ke tempat yang sangat jauh.
Untungnya Si Bungsu bisa selamat dari musibah tersebut. Dirinya ditelan oleh seekor ikan besar yang nantinya tersangkut di jaring seorang nenek.
Ketika mendapatkan hasil tangkapan, nenek itu langsung memotong ikan tersebut. Namun dirinya tidak berhasil memotong ikan yang sudah dia dapatkan.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba muncul seekor burung yang bernyanyi, "Bolidang bolidangi pabeli iwa balak." Nenek tersebut menyadari bahwa harus memotong tubuh ikan dengan daun belidang.
Alangkah terkejutnya nenek itu ketika menemukan Si Bungsu di dalam ikan tersebut. Si Bungsu kemudian menceritakan kejadian yang sudah menimpanya.
Nenek itu kemudian memutuskan untuk mengantarkan Si Bungsu kembali ke rumahnya. Mereka menyusuri sungai selama berhari-hari hingga sampai di rumah Si Bungsu.
Melihat kedatangan Si Bungsu, suaminya langsung menyambut dengan bahagia. Di sisi lain, kakak-kakak Si Bungsu merasa bersalah dan meminta maaf karena tidak menolong sebelumnya.
Si Bungsu tidak memikirkan perlakuan tersebut dan memaafkan keenam kakaknya. Akhirnya mereka kembali hidup rukun dan bahagia bersama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News