macam macam budaya lokal sub suku dayak yang unik dan jarang diketahui - News | Good News From Indonesia 2025

Macam Macam Budaya Lokal Sub Suku Dayak yang Unik dan Jarang Diketahui

Macam Macam Budaya Lokal Sub Suku Dayak yang Unik dan Jarang Diketahui
images info

Suku Dayak menjadi suku terbanyak yang mendiami Pulau Kalimantan. Banyaknya sub suku Dayak menjadikan Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisinya. Keberagaman ini menjadi pembeda antara satu dengan yang lainnya namun, menjadikan hal tersebut untuk saling menghargai, sarana pembelajaran budaya, memahami jati diri bangsa, serta membangun jembatan antarbudaya.

Berikut merupakan keberagaman tradisi budaya sub suku Dayak, antara lain:

1. Turun Mandi

Di Suku Dayak Tomun tradisi turun mandi diawali dengan langkah ruang sebanyak tiga kali berulang-ulang dengan menggendong bayi menuju keluar rumah kemudian, dihadapkan ke arah sinar matahari. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol pengenalan bayi terhadap matahari dan langit.

Setelah itu dilanjutkan dengan memandikan bayi disungai oleh ketua adat dengan dibasuh bagian rambutnya sebanyak tujuh kali. Bayi dihadapkan ke hilir dan hulu supaya hal negatif yang ada dalam bayi tersebut hanyut dibawa air. Tujuan dilaksanakan tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur serta mengenalkan anggota keluarga baru yakni bayi yang baru lahir ke masyarakat di kampung.

2. Pakanan Batu

Ritual tradisional yang dilaksanakan setelah panen di sawah atau ladang memiliki simbol ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada perkakas yang digunakan selama proses bercocok tanam hingga hasil panen tiba. Adapun benda yang dianggap sebagai sumber energi yakni batu yang berguna untuk mempertajam alat-alat bercocok tanam.

Batu ini juga dipercaya oleh masyarakat dapat memberikan kelancaran dan perlindungan bagi penggunanya sehingga tidak mengalami musibah pada saat membuka lahan sawah atau ladang.

3. Nosu Minu Podi

Sejak zaman dulu dari generasi ke generasi tradisi Nosu Minu Podi sudah dilakukan dan menjadi agenda tahunan. Tradisi tersebut diselenggarakan setelah masyarakat memanen padi dengan hasil yang cukup melimpah. Masyarakat memaknai hal ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

Suku Dayak Pangkodant menganggap tradisi ini sangat sakral dan dijalankan setiap tahunnya dirayakan dengan meriah dan sukacita. Namun, karena adanya pergeseran tradisi budaya, masyarakat tidak lagi berladang serta sebagian tidak lagi melakukan upacara Nosu Minu Podi dan beralih menjadi petani kelapa sawit, karet, atau pegawai swasta.

4. Sistem Warisan Adat Suku Dayak

Pada umumnya suku Dayak menganut sistem bilateral atau parental. Sistem pewarisan ini unik dan kompleks. Harta warisan bisa diturunkan melalui garis keturunan ayah maupun ibu.

Namun, pada praktiknya terdapat variasi dalam hal pembagian waris. Pada beberapa sub suku Dayak masih melaksanakan sistem pewarisan yang mengutamakan anak laki-laki sementara pada sub suku lainnya menerapkan pembagian yang setara antara anak perempuan dan laki-laki.

5. Makna Gong Menjadi Media Komunikasi

Masuk kedalam bentuk komunikasi non verbal, makna gong sebagai media komunikasi di Suku Dayak Benuaq berfungsi menyampaikan pesan informasi melalui bunyi yang terdengar pada saat ditabuh agar mengundang masyarakat hadir pada suatu peristiwa adat atau peristiwa kematian di desa tersebut.

Walaupun di era modern seperti saat ini, penyampaian informasi dengan cara tradisional menggunakan gong masih tetap dipakai karena telah menjadi tradisi dan bagian kehidupan dari suku Dayak secara turun-temurun.

6. Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Bekambae

Pada pengobatan tradisional ini terdapat empat jenis tingkatan mulai dari nganja yaitu bertanya kepada roh mengenai penyebab penyakit dengan media daun sirih. Selanjutnya, besokoat proses pengobatan dengan menanyakan penyebab penyakit dengan menarik dan menggoyangkan rambut pasien. Lalu, noboang salah satu pengobatan tradisional yang ada pada masyarakat suku Dayak Bekambae dilakukan oleh dukun menggunakan terapi secara spiritual magis.

Barai menjadi salah satu pengobatan tradisional. Pengobatan ini dilakukan jika penyakit yang di derita pasien dianggap tidak bisa disembuhkan atau penyakitnya sudah parah. Upacara pengobatan ini berkomunikasi dengan roh leluhur yang dipercaya mampu membantu dukun dalam proses pengobatan terhadap pasien.

Jenis penyakit yang diobati seperti sawan, bebadai, muak, nayao, yoah-yoah, senggarao. Barai merupakan pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.