mengingat lagi angkie yudistia perempuan tuli dan berprestasi yang diangkat jadi stafsus jokowi - News | Good News From Indonesia 2025

Mengingat Lagi Angkie Yudistia, Perempuan Tuli dan Berprestasi yang Diangkat Jadi Stafsus Jokowi

Mengingat Lagi Angkie Yudistia, Perempuan Tuli dan Berprestasi yang Diangkat Jadi Stafsus Jokowi
images info

Ingatkah Kawan dengan Angkie Yudistia? Ia adalah mantan stafsus Presiden Jokowi di bidang sosial. Sekilas tampak tidak ada yang istimewa. Tapi, Angkie Yudistia adalah stafsus Jokowi pertama yang merupakan disabilitas. Ia mengalami gangguan pada pendengarannya (tuli) di usianya yang baru 10 tahun.

Sosok Angkie berhasil menarik perhatian presiden sebab Angkie adalah seorang perempuan, disabilitas, perprestasi, dan berdaya. Identitas inilah yang membuat mantan Presiden RI asal Solo, memproyeksikan Angkie untuk mengemban sejumlah tugas sebagai stafsus periode 2019 – 2024 serta menjadi role model bagi masyarakat.

Angkie dipercaya untuk menjadi juru bicara presiden di bidang sosial.

Potret Kamaku, Merek Batik yang Libatkan Para Down Syndrome dalam Proses Produksi

Pemberian amanah ini tentu saja tidak serampangan. Angkie, telah lama aktif di bidang sociopreneur. Ia bahkan mendirikan Thisable Enterprise, perusahaan sosial yang memberdayakan penyandang disabilitas di Indonesia, di sektor pengembangan keahlian dan ekonomi.

Perusahaan ini didirikan dengan semangat untuk memberikan akses pekerjaan bagi para disabilitas. Sebab, Angkie paham, ada kesulitan yang dirasakan teman-teman disabilitas untuk memasuki dunia kerja.

Jejak perjalanan itu lah yang membuat Jokowi yakin Angkie mampu menjadi representasi pemerintah.

"Saya minta Angkie juga menjadi Juru Bicara Presiden bidang sosial," ujar Jokowi saat mengumumkan dan mengenalkan tujuh Staf Khusus Presiden yang baru di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019), sebagaimana dikutip dari Antara.

Rafa Kusuma Si Sosok Istimewa, Dalang Cilik Down Syndrome Asal Yogyakarta

Kehilangan Pendengaran Saat Usia 10 Tahun dan Proses Penerimaan

Angkie mengalami permasalahan pendengaran saat ia masih berusia 10 tahun. Belum ada diagnosis penyebab yang akurat, tapi menurut penuturannya, masalah pendengaran itu disebabkan oleh penyakit malaria dan antibiotik yang rutin dikonsumsinya.

Sebagai perempuan yang masih berusia anak, tentu tidak mudah menerima fakta tersebut. Fakta bahwa ia tidak lagi bisa mendengarkan secara normal.

Untuk itu, butuh waktu yang cukup lama, bahkan hingga 10 tahun agar Angkie bisa memahami apa yang terjadi dan juga melakukan upaya-upaya untuk bangkit.

Mengenal Batik Ciprat Khas Magetan, Ternyata Dibuat Oleh Penyandang Disabilitas!

Pemahaman atas diri sendiri justru membawa Angkie ke pandangan yang lebih luas. Ia memutuskan melanjutkan pendidikan dengan Jurusan Ilmu Komunikasi di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta.

Padahal, kita semua tahu, jurusan ini akan sangat bersinggungan dengan bahasa dan masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa, baik tulis, lisan, dan mendengar, sangat dibutuhkan.

Tapi, di Ilkom, Angkie tidak selalu menghadapi tantangan. Ia justru mendapat motivasi dari dosennya yang membawa perubahaan prinsip dan memengaruhi kepercayaan diri Angkie.

Cerita Nur Fauzi Ramadhan, Mahasiswa UI Penyandang Disabilitas yang Tumbuh dengan Mimpi Baru

“Dosenku bilang, ‘kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita. Jadi benar, ketika aku jujur, mereka jadi sangat bantu,’" terang Angkie.

Dari dorongan itu juga, Angkie berhasil menyelesaikan studi masternya di kampus yang sama, LSPR, dengan konsentrasi Komunikasi Pemasaran. Bahkan, saat ini ia sedang menyelesaikan S3 di bidang yang sama.

“Pendidikan membuka peluang bagi saya untuk memaksimalkan potensi. Dibalik keterbatasan, pasti ada kelebihan. Tinggal bagaimana kita mengasah dan memanfaatkannya,” tutur Angkie, dikutip dari Kemensos.

Kopi Kamu, Coffee Shop Indonesia yang Berdayakan Anak Down Syndrom sebagai Barista

Kemudahan Akses bagi Penyandang Disabilitas

Angkie Yudistia telah berjuang untuk membuka akses bagi para disabilitas saat dia masih menjadi stafsus presiden.

Saat pandemi Covid-19, ia menggelar program #DisabilitasBisaVaksin. Program ini menjadi pengawas yang memastikan vaksin dapat menyasar dan diterima oleh para disabilitas.

"Karena semua difabel memiliki hak yang sama sebagai warga negara, termasuk mendapatkan suntikan vaksin," jelas Angkie, dikutip dari Detik.

Nenek dari Lima Cucu, Prof. Nuril Huda Jadi Guru Besar Wanita Pertama di FDK UIN Antasari

Selain itu, Angkie melakukan akselerasi ekonomi inklusif untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Koperasi (UMKK) milik penyandang disabilitas. Melalui pembukaan 10.000 rekening, program ini memudahkan para wisausaha disabilitas dalam mengakses perbankan.

Perempuan ini juga menggandeng Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) untuk mewujudkan program penerbitan dokumen kependudukan bagi disabilitas. Ia menggagas "Gerakan Bersama bagi Penyandang Disabilitas melalui Pendataan, Perekaman dan Penerbitan Dokumen Kependudukan: Biodata, KTP-el dan KIA untuk mewujudkan Masyarakat Inklusif.”

Hasilnya, merujuk data Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) tahun 2022, sebanyak 754.780 penyandang disabilitas telah tercatat dalam database kependudukan Ditjen Dukcapil.

Profil Caroline Riady: Dari Guru hingga Pimpin Bisnis Keluarga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.