Hamdan (63), pengusaha tempe di Dusun 4, Desa Sei Siur, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, terus bertahan menjalankan usahanya secara tradisional di tengah lonjakan harga kedelai.
Usaha mikro yang telah dirintisnya selama 9 tahun ini masih beroperasi dengan cara konvensional, meskipun produksinya mengalami peningkatan dari biasanya 15 kilogram menjadi 18 kilogram kedelai per hari.
Berdasarkan kunjungan mahasiswa asal IAIN Langsa ke rumah produksi Hamdan, terungkap bahwa pengusaha tempe ini belum mengenal dan memanfaatkan layanan transportasi digital yang saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah.
"Selama ini saya masih belanja kedelai di pasar tradisional dan mengantar tempe ke pelanggan dengan sepeda atau kadang menggunakan jasa ojek konvensional," ungkap Hamdan saat ditemui di rumahnya yang juga menjadi tempat produksi tempe.
Pentingnya Edukasi Kesehatan, Sosialisasi Pembalut Kain di Desa Seisiur, Libatkan KKN KKN IAIN Langsa
Hamdan menjalankan usaha tempenya bersama sang istri, Sarinem (53). Keduanya mengaku bahwa proses distribusi bahan baku dan pemasaran produk masih menjadi kendala, terutama saat harga kedelai mengalami lonjakan.
"Kadang kami harus mengurangi jumlah produksi karena biaya transportasi yang semakin mahal. Belum lagi kalau musim hujan, susah untuk pergi ke pasar," kata Sarinem.
Kedelai Impor dan Tantangan UMKM
Usaha tempe yang dirintis Hamdan awalnya merupakan kelanjutan dari usaha anaknya yang berada di Batam. Dengan tiga orang anak yang kini sudah dewasa, Hamdan mengandalkan usaha tempe sebagai sumber penghasilan utama keluarga.
Indonesia masih bergantung pada impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor kedelai Indonesia mencapai 2,6 juta ton pada tahun 2024. Tingginya angka impor ini membuat pengusaha tempe seperti Hamdan rentan terhadap fluktuasi harga kedelai di pasar global.
"Kami tidak bisa berbuat banyak ketika harga kedelai naik. Yang bisa dilakukan hanyalah sedikit mengurangi ukuran tempe atau menaikkan harga," ujar Hamdan dengan wajah pasrah.
Potensi Transportasi Digital untuk Pemberdayaan UMKM
Tim mahasiswa dari IAIN Langsa yang melakukan kunjungan lapangan melihat potensi besar pemanfaatan transportasi digital untuk memberdayakan usaha mikro seperti milik Hamdan.
"Kami melihat bahwa pengenalan dan pemanfaatan teknologi transportasi digital dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi UMKM seperti usaha Hamdan. Efisiensi distribusi dan pemasaran melalui aplikasi transportasi digital berpotensi membantu mereka bertahan dan berkembang di tengah lonjakan harga input," jelas Muhammad Farhan, wakil ketua tim mahasiswa.
Menurut pengamatan tim mahasiswa, banyak pengusaha tempe di daerah tersebut yang belum familiar dengan aplikasi transportasi digital. Padahal, pemanfaatan teknologi ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi lonjakan harga kedelai melalui efisiensi biaya distribusi dan perluasan pasar.
Aplikasi Transportasi Digital, Solusi Efisiensi Distribusi
Penetrasi aplikasi transportasi digital di Indonesia terus mengalami peningkatan. Menurut data Statista, pengguna aplikasi transportasi online di Indonesia mencapai 50 juta orang pada 2024. Namun, adopsi teknologi ini di kalangan UMKM di daerah pedesaan masih rendah.
Aplikasi transportasi digital tidak hanya menawarkan layanan antar-jemput penumpang, tetapi juga pengiriman barang dan layanan belanja yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha mikro seperti Hamdan.
"Dengan aplikasi transportasi digital, Hamdan bisa memesan kedelai langsung dari distributor tanpa perlu pergi ke pasar. Biaya transportasi juga lebih transparan dan bisa diprediksi," jelas Mujiburrahman, anggota tim mahasiswa.
Tantangan Adopsi Teknologi di Kalangan UMKM Pedesaan
Adopsi teknologi digital di kalangan pengusaha mikro di pedesaan masih menghadapi beberapa tantangan. Menurut penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika, tantangan tersebut meliputi:
1. Infrastruktur jaringan internet yang belum merata
2. Literasi digital yang masih rendah
3. Kekhawatiran terhadap keamanan transaksi online
4. Keterbatasan akses terhadap perangkat digital
"Tantangan-tantangan ini akan kami coba atasi melalui pendampingan intensif kepada para pengusaha. Kami akan menjelaskan manfaat konkret yang bisa didapatkan dari adopsi teknologi transportasi digital," ujar Farhan.
Mahasiswa KKN IAIN Langsa Bagikan Tips Makeup dan Hijab di Arisan PKK Desa Sei Siur
Dampak Ekonomi yang Diharapkan
Pengenalan transportasi digital kepada pengusaha tempe seperti Hamdan diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan, antara lain:
1. Penurunan biaya distribusi hingga 20%
2. Perluasan jangkauan pasar ke daerah perkotaan
3. Peningkatan efisiensi waktu dalam proses produksi dan distribusi
4. Akses ke jaringan pemasok bahan baku yang lebih luas
"Kami percaya bahwa digitalisasi distribusi dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu UMKM tetap bertahan di tengah gejolak ekonomi. Ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membuka akses dan peluang baru," tutup Farhan.
Pengenalan transportasi digital kepada pengusaha tempe seperti Hamdan diharapkan dapat menjadi langkah awal pemberdayaan UMKM agar tetap unggul di tengah lonjakan harga input produksi. Inisiatif ini juga sejalan dengan program pemerintah dalam mempercepat transformasi digital di sektor UMKM.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News