Bayangkan tongkat rotan beradu, irama sampyong dan tok-tok menggema, gerakan lincah diiringi sorak penonton. Bukan sekadar pertunjukan, ini ujungan Bekasi, seni bela diri tradisional yang lebih dari sekadar pukulan dan tendangan; ia adalah jantung budaya Bekasi yang berdetak hingga kini.
Mari kita kupas sejarahnya yang penuh liku, karakteristik uniknya, dan upaya pelestariannya di era modern, termasuk penetapannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Jawa Barat di tahun 2025. Siap menyelami warisan leluhur yang luar biasa?
Asal Usul Ujungan Bekasi
Ujungan Bekasi adalah seni bela diri tradisional khas Bekasi, Jawa Barat. Lebih dari sekadar pertarungan fisik, Ujungan memadukan seni bela diri dengan musik dan tari, menciptakan pertunjukan yang memukau. Bayangkan gerakan-gerakan dinamis yang diiringi alunan sampyong (gambang kayu) dan tok-tok (bambu), sebuah sinergi yang unik dan memikat.
Etimologi dari kata "ujungan" sendiri berasal dari bahasa Sunda, yang berarti "jung" (lutut ke bawah) atau "ujung" (kaki/rotan). Ujungan merupakan perpaduan antara budaya Sunda yang kaya akan nilai-nilai dan budaya Betawi yang terkenal dengan teknik bela dirinya.
Jejak arkeologis ujungan ditemukan di situs Buni, Babelan, yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi, menunjukkan bahwa seni ini telah ada sejak lama dan menjadi bagian dari warisan budaya lokal.
Baca Juga: Dibalik Cerita Kebudayaan Daerahku : Planet Bekasi
Sejarah dan Perkembangan Ujungan
Masa kejayaan ujungan terjadi pada abad 18 hingga 19, di mana seni ini digunakan sebagai ritual pemanggil hujan dan seleksi jawara. Namun, pada era kolonial, ujungan berfungsi sebagai sarana latihan mental untuk melawan penjajah. Sayangnya, pada tahun 1960, seni ini mengalami pelarangan karena dianggap terlalu sadis oleh pemerintah.
Namun, ujungan mengalami kebangkitan pada tahun 2023, ketika dijadikan simbol perayaan Hari Jadi ke-73 Kabupaten Bekasi dengan dihadiri oleh 1.500 peserta kolosal. Momen ini menjadi titik balik bagi ujungan untuk kembali dikenal dan dihargai sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan.
Baca Juga: Mengenal Museum Bekasi, Tempat Wisata Edukatif di Tambun
Karakteristik Unik Ujungan Bekasi
Salah satu ciri khas ujungan adalah alat yang digunakan, yaitu tongkat rotan dengan panjang antara 40 hingga 125 cm dan diameter sebesar lengan bayi. Dalam praktiknya, ujungan memiliki aturan yang ketat, di mana sasaran serangan hanya diperbolehkan pada bagian kaki, seperti tulang kering atau mata kaki, dan dilarang untuk memukul kepala atau kemaluan.
Musik pengiring yang digunakan dalam ujungan adalah sampyong (gambang kayu) dan tok-tok (bambu), yang menambah suasana pertunjukan.
Filosofi di balik ujungan adalah kombinasi antara keberanian, sportivitas, dan harmoni, yang menjadikannya lebih dari sekadar seni bela diri, tetapi juga sebuah bentuk ekspresi budaya.
Upaya Pelestarian Kontemporer
Untuk memastikan ujungan tetap hidup dan relevan, berbagai upaya pelestarian dilakukan. Pada tahun 2025, Ujungan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Pemerintah Jawa Barat. Selain itu, seni ini juga mengalami transformasi menjadi seni tari, yang dipopulerkan oleh Drahim Sada untuk menarik minat generasi muda.
Kolaborasi antara Dinas Pendidikan Bekasi dan sanggar seni lokal juga dilakukan untuk mengintegrasikan ujungan ke dalam kurikulum pendidikan.
Di era digital ini, dokumentasi video pertunjukan ujungan juga diunggah di kanal YouTube Disparbud Jabar, sehingga dapat diakses oleh masyarakat luas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya.
Baca Juga: Saung Ranggon, Cagar Budaya Bekasi Tempat Persembunyian Putra Pangeran Jayakarta
Ujungan Bekasi bukan hanya sekadar seni bela diri, tetapi juga merupakan cerminan dari kekayaan budaya yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, diharapkan ujungan dapat terus hidup dan menjadi bagian dari identitas budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Mari, dukung pelestarian ujungan dan nikmati keindahan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News