akulturasi budaya dalam arsitektur rumah joglo khas semarang - News | Good News From Indonesia 2025

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Rumah Joglo Khas Semarang

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Rumah Joglo Khas Semarang
images info

Rumah Joglo identik dengan rumah adat khas Jawa Tengah. Namun, setiap kota atau kabupaten di Jawa Tengah memiliki kekhasan rumah joglo masing-masing.

Semarang adalah salah satu kota yang memiliki kekhasan rumah joglo tersendiri. Arsitektur rumah joglo khas Semarang menampilkan akulturasi budaya yang terjadi. 

Sekilas Tentang Rumah Joglo 

Kata joglo berasal dari "tajug loro" yang berarti dua gunung, merujuk pada bentuk atap rumah joglo. Ciri khas rumah joglo terletak pada empat tiang penyangga yang menjadi penopang utama. Rumah joglo sendiri terbagi menjadi beberapa bagian yang memiliki makna masing-masing. 

Pada bagian depan rumah joglo terdapat pendopo yang berfungsi sebagai teras. Kemudian ada lorong atau pringgitan yang menjadi jalan masuk ke rumah bagian dalam. Lalu ada emperan yang terletak di antara pringgitan dan omah njero atau rumah bagian dalam, yang berfungsi sebagai ruang tamu. 

Pada bagian omah njero ada tiga bagian yang disebut dengan sethong. Ada sethong kiwa di sisi kiri, sethong tengah dan sethong tengen di sisi kanan. Sethong kiwa dan tengen berfungsi sebagai kamar atau bilik. Sementara sethong tengah yang berada di bagian paling dalam rumah berfungsi sebagai tempat menyimpan benda pusaka. 

Di bagian paling belakang rumah ada gandhok yang berfungsi sebagai bangunan tambahan. Sesuai namanya, bangunan ini berfungsi untuk kegiatan tambahan yang tidak bisa dilakukan di dalam rumah.

Potret Akulturasi Budaya di Semarang, Dari Bangunan, Seni Budaya hingga Kuliner

Akulturasi Budaya 

Akulturasi budaya dalam rumah joglo khas Semarang mencerminkan perpaduan berbagai unsur budaya yang berkembang di wilayah Semarang, terutama antara budaya Jawa, Tionghoa, dan kolonial Belanda. Rumah Joglo khas Semarang memiliki ciri yang berbeda dari rumah Joglo di daerah lain karena adanya pengaruh dari budaya-budaya tersebut. 

Pada beberapa bangunan rumah joglo khas Semarang ornamen dan warna yang identik dengan budaya Tionghoa. Ukiran burung naga atau phoenix pada tiang juga balok rumah dan penggunaan warna merah atau emas menjadi penanda adanya pengaruh budaya TIonghoa. 

Sementara, pengaruh kolonial Belanda bisa dilihat dari bentuk jendela dan pintu yang lebih besar dan tinggi dengan kaca patri khas arsitektur Eropa. Hal ini bertujuan untuk sirkulasi udara yang lebih baik dan pencahayaan alami. Penggunaan lantai tegel kunci atau marmer juga merupakan pengaruh kolonial Belanda. Umumnya, rumah joglo menggunakan tegel batu putih, keramik atau tanah padat sebagai bahan utama lantai.

Fungsi beberapa ruangan rumah joglo khas Semarang juga mendapat pengaruh dua budaya tersebut. Pada rumah yang mendapat pengaruh budaya Tionghoa terdapat ruang sembahyang keluarga di bagian tengah atau belakang rumah. Sementara rumah dengan pengaruh kolonial Belanda terasa lebih privat dengan adanya ruang tamu yang lebih tertutup. 

Ragam Warisan Budaya Semarang yang Patut Dilestarikan

Bangunan Menggunakan Rumah Joglo

Arsitektur rumah joglo juga bisa terlihat di beberapa bangunan di Semarang. Salah satunya adalah Klenteng Sam Poo Kong. Atap bangunan Klenteng Sam Poo Kong yang berbentuk limasan juga identik dengan rumah joglo. Selain itu, tiang-tiang penyangga bangunan juga ciri khas lain dari rumah joglo yang terlihat

Bangunan lain di Semarang yang menggunakan arsitektur rumah joglo adalah Museum Ranggawarsita. Museum yang menyimpan beragam koleksi budaya dan sejarah ini menggunakan arsitektur rumah joglo pada bangunan utamanya.

Hal ini bisa terlihat dari atap bangunan serta tiang-tiang penyangga yang terlihat ketika memasuki museum. Bagian depan bangunan utama museum yang luas juga identik dengan pendopo pada arsitektur rumah joglo. 

Arsitektur rumah joglo juga dimanfaatkan pada rumah dinas Walikota Semarang. Ciri khas arsitektur rumah joglo bisa terlihat ketika memasuki halaman rumah yang sempat menjadi tempat isolasi darurat saat pandemi COVID-19 ini. 

Rumah adat setiap daerah juga memiliki ciri khasnya masing-masing sama seperti kesenian dan kuliner khas. Ciri khas tersebut bisa dipengaruhi berbagai faktor salah satunya akulturasi budaya, seperti yang terjadi pada rumah joglo khas Semarang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HF
IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.