potret akulturasi budaya di semarang dari bangunan seni budaya hingga kuliner - News | Good News From Indonesia 2025

Potret Akulturasi Budaya di Semarang, Dari Bangunan, Seni Budaya hingga Kuliner

Potret Akulturasi Budaya di Semarang, Dari Bangunan, Seni Budaya hingga Kuliner
images info

Akulturasi budaya atau pencampuran budaya adalah hal yang lazim terjadi di Indonesia. Beragamnya suku dan etnis yang tinggal di suatu daerah mendorong terjadinya hal tersebut. Potret akulturasi yang terjadi biasanya bisa terlihat dari seni budaya dan makanan yang menjadi ciri khas.

Semarang termasuk salah satu kota di Indonesia yang kental dengan akulturasi budaya. Perpaduan budaya Arab, Tionghoa dan Jawa dapat dilihat tidak hanya dari seni budaya dan makanan khas tapi juga pada beberapa bangunan peninggalan masa lampau. 

Kampung Melayu

Dirangkum dari berbagai sumber, kampung ini awalnya merupakan tempat berlabuh para pendatang dari Arab, Gujarat, Eropa dan Tionghoa. Para pendatang ini bertujuan melakukan kegiatan perdagangan di Kota Semarang. Seiring berjalannya waktu, para pendatang dari Arab dan Gujarat membangung masjid dan menyebarkan dakwah agama. 

Satu bangunan yang masih berdiri dan menjadi ikon Kampung Melayu adalah Masjid Menara. Masjid yang lebih akrab dengan sebutan masjid Layur ini merupakan akulturasi budaya Arab, Eropa dan Jawa. Akulturasi tersebut terlihat dari kubah, menara peninggalan masa penjajahan dan atap limas tiga tingkat khas Jawa. 

Gambang Semarang

Kesenian gagasan dari Lie Ho Sun ini merupakan turunan dari kesenian betawi Gambang Kromong. Gambang Semarang menggabungkan seni musik, vokal, tari dan lawak. Ciri khas kesenian ini adalah musik yang mengikuti gerak telapak kaki sesuai irama lagu. 

Potret akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa terletak pada kebaya bordir dan sarung pesisiran yang dikenakan penyanyi juga penari yang tampil. Perpaduan alat musik gamelan atau gambang dalam bahasa Semarangan dan alat musik gesek konghayan juga merupakan potret akulturasi budaya dalam kesenian ini. 

Gambang Semarang juga berkembang menjadi tari daerah khas Semarang. Tari Gambang Semarang menggunakan musik serta gerak tari yang sama dengan penampilan Gambang Semarang. Lagu Gambang Semarang juga diputar di stasiun kereta api Semarang sebagai penanda kereta telah tiba.

Ragam Warisan Budaya Semarang yang Patut Dilestarikan

Warak Ngendog

Warak Ngendog adalah ikon budaya Semarang yang merupakan potret akulturasi budaya Jawa, Tionghoa, dan Arab. Warak Ngendog adalah makhluk mitologi yang bentuk bagian tubuhnya merupakan perpaduan hewan yang menggambarkan tiga budaya tersebut. 

Kepala Warak Ngendog menyerupai naga yang erat dengan budaya Tionghoa. Sementara itu, tubuhnya menyerupai buraq atau unta yang identik dengan budaya Arab dan kaki yang menyerupai kambing. Warak Ngendog juga memiliki makna filosofis tersendiri.

Warak Ngendog yang biasa diarak ketika dugderan dalam menyambut bulan Ramadan ini memiliki makna filosofis tersendiri. Warak bisa diartikan suci dan Ngendog adalah bertelur dalam Bahasa Jawa. Dalam bulan Ramadan umat Islam diharapkan menyambut dengan diri yang suci agar mendapatkan pahala atau keberkahan setelah bulan Ramadan usai. 

Selain di Dugderan, ikon Warak Ngendog berupa patung juga bisa ditemui di Taman Pandanaran Semarang. Ikon ini juga dijadikan salah satu motif batik khas Semarang.

Lumpia Semarang

Siapa yang tidak kenal dengan lumpia Semarang? Makanan yang menjadi ciri khas dan oleh-oleh ini bisa ditemui hampir di setiap sudut Semarang. Seperti perpaduan rasa manis dan gurih isiannya, lumpia juga merupakan perpaduan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. 

Makanan ini hadir pertama kali pada abad ke 19, bermula saat Tjoa Thay Joe asal Fujian hijrah ke Semarang. Ia membuka bisnis lumpia khas Tionghoa berisi daging babi dan rebung. Kemudian Ia bertemu Wasi yang menjual makanan sejenis dengan isi kentang dan udang serta bumbu khas Jawa seperti bawang putih dan ebi.

Kedua orang ini kemudian menikah dan menciptakan lumpia khas Semarang dan meleburkan dua resep lumpia mereka. Warung lumpia Semarang peninggalan mereka saat ini dikenal dengan nama Lumpia Gang Lombok. Keturunan dari mereka pun ada yang akhirnya membuka usaha lumpia sendiri dengan kreasi resep yang beragam. 

Deretan Kuliner yang Wajib Dicoba saat Berlibur ke Semarang

Tahu Pong 

Makanan khas Semarang lain yang juga merupakan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa adalah Tahu Pong. Kuliner yang identik dengan tahu goreng dilengkapi dengan acar lobak dan bumbu khas ini sudah ada sejak tahun 1930-an.

Tahu pong juga menjadi bahan utama sajian tahu gimbal khas Semarang. Tahu pong yang digoreng kemudian disajikan bersama gimbal udang, kol, lontong yang disiram kuah saus kacang. Sajian lain yang menggunakan tahu pong adalah tahu petis, tahu pong digoreng kemudian diisi dengan petis rasa udang yang khas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HF
IJ
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.