Tahukah, Kawan? Perayaan Imlek di beberapa negara Asia tidak disebut sebagai Chinese New Year dan lebih sering menggunakan istilah Lunar New Year, lho. Meskipun terdengar sama dan sering diasosiasikan dengan budaya Tionghoa, ternyata terdapat perbedaan yang siginifikan antara Lunar New Year dan Chinese New Year. Padahal, kalau dipikir-pikir, semuanya merayakan di tanggal yang sama. Jadi, apa alasannya?
Tahun Baru Lunar Itu Apa, Sih?
Sebelum kita bahas lebih jauh, kita mulai dari dasarnya dulu. Tahun Baru Lunar adalah perayaan yang dirayakan berdasarkan kalender bulan (lunar calendar). Biasanya, perayaan ini jatuh di akhir Januari atau awal Februari.
Penanggalan ini merujuk secara spesifik pada titik awal dalam kalender zodiak Tionghoa, seperti Naga, Kelinci, dan Macan, sekaligus menjadi penanda awal musim semi menurut kalender lunar, atau yang biasa disebut sebagai Chūnjié dalam bahasa Mandarin.
Ragam Tradisi di Berbagai Negara
Memang benar, tradisi ini berasal dari budaya Tionghoa, tapi sekarang sudah jadi bagian dari budaya di negara-negara Asia. Nah, di sinilah letak menariknya: meskipun asalnya sama, setiap negara punya cara unik untuk merayakannya.
- Korea dengan Seollal-nya
Di Korea, Tahun Baru Lunar disebut Seollal. Ini bukan cuma liburan biasa, Kawan. Seollal adalah waktu untuk pulang ke kampung halaman, kumpul bareng keluarga, dan menghormati leluhur. Ada tradisi yang namanya charye, yaitu ritual memberikan makanan untuk leluhur sebagai tanda penghormatan.
Selain itu, anak-anak di Korea juga punya tradisi sebhae. Mereka akan membungkukkan tubuh di depan orang tua atau kerabat yang lebih tua sebagai tanda hormat, lalu dapat angpao versi Korea sebagai hadiah keberuntungan. Oh ya, mereka juga main permainan tradisional seperti yutnori, mirip dengan permainan Monopoli tetapi menggunakan empat kayu stik sebagai dadunya. Wah, benar-benar unik, ya?
- Vietnam dan Tết
Kalau di Vietnam, Tahun Baru Lunar dikenal sebagai Tết Nguyên Đán atau sering disingkat jadi Tết. Ini adalah momen penting buat memulai tahun baru dengan penuh harapan. Orang Vietnam percaya kalau tamu pertama yang masuk ke rumah saat tahun baru akan membawa keberuntungan atau nasib kurang baik untuk satu tahun ke depan. Makanya, mereka sangat selektif memilih siapa yang pertama kali masuk rumah pas Tết.
Tradisi makanannya juga nggak kalah menarik, Kawan. Ada bánh chưng, kue beras berbentuk kotak yang melambangkan bumi dan langit. Selain itu, rumah-rumah pun akan didekorasi dengan bunga persik (hoa đào) atau bunga mai kuning (hoa mai).
Baca juga: Inilah Sejarah Barongsai, Tarian Beruntung yang Menghiasi Perayaan Imlek
Kenapa Tidak Disebut Chinese New Year?
Nah, ini nih yang bikin penasaran. Kenapa, ya, negara-negara seperti Korea dan Vietnam tidak menyebutnya sebagai Chinese New Year? Ternyata, ada beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu:
- Penguatan Identitas Lokal
Sebutan Lunar New Year atau Tahun Baru Lunardianggap lebih universal karena merangkul semua budaya yang merayakannya. Penggunaan istilah yang lebih inklusif juga membantu menghindari kesalahpahaman dan mendorong dialog antarbudaya karena acap kali istilah Chinese New Year dianggap terlalu mengikat pada satu budaya saja.
- Sejarah Panjang dengan Tiongkok
Kawan, pada bagian ini, kita harus sedikit tarik mundur sedikit ke balakang, di mana Tiongkok memiliki peradaban terbesar di Asia Timur, dan berpengaruh hingga ke negara tetangga, terutama Korea dan Vietnam.
Di Korea, misalnya, hubungan historis dengan Tiongkok terjalin melalui sistem tributary, di mana Korea memberikan upeti kepada kaisar Tiongkok sebagai pengakuan simbolis atas kekuasaan mereka. Sementara itu, Vietnam mengalami kolonisasi Tiongkok selama hampir seribu tahun, mulai dari Dinasti Han hingga Tang.
Oleh karena itu, baik Korea maupun Vietnam memilih menggunakan istilah lokal, Seollal dan Tết, untuk memastikan tradisi ini terasa lebih mencerminkan jati diri mereka, bukan sekadar bayangan dari budaya Tiongkok
Lalu, Bagaimana Diaspora Tionghoa di Asia Tenggara?
Di Asia Tenggara, istilah Chinese New Year masih sering digunakan, terutama di negara-negara dengan populasi Tionghoa yang signifikan, seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Namun, penggunaan istilah “Lunar New Year” juga kerap digunakan, terutama di lingkup resmi dan media yang lebih inklusif terhadap keragaman budaya.
- Indonesia
Penggunaan istilah Chinese New Year di Indonesia masih digunakan secara luas, tetapi tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai Tahun Baru Imlek. Di sini, perayaan Imlek juga punya ceritanya sendiri, loh, Kawan.
Imlek awalnya dibawa oleh perantau Tionghoa yang menetap di Nusantara. Tradisi ini sempat mengalami masa-masa sulit, terutama saat dilarang selama era Orde Baru. Beruntungnya, diresmikan kembali oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000.
Baca juga: Mengenal Imlek, Tradisi Turun Temurun Masyarakat Tionghoa
- Singapura dan Malaysia
Sama seperti di Indonesia, Chinese New Year masih menjadi istilah yang umum di kedua negara ini. Terutama di Malaysia, yang di mana masyarakat Tionghoa menjadi salah satu etnis utama. Namun, tak jarang pula pemerintah dan komunitas lokal di sana menggunakan istilah Tahun Baru Lunar dalam konteks resmi untuk menghormati keberagaman budaya lain, seperti Melayu dan India.
Misalnya, konsep "Malaysia Truly Asia" sering digunakan untuk mempromosikan Tahun Baru Lunar sebagai momen kebersamaan lintas budaya. Bahkan, tradisi seperti open house selama perayaan Tahun Baru Lunar memungkinkan semua etnis untuk berpartisipasi.
Nah, Kawan, dari perjalanan Tahun Baru Lunar di Asia Timur hingga Asia Tenggara tadi, dapat disimpulkan bahwa perayaan ini bukan hanya soal tradisi, tapi juga tentang cara setiap budaya menjaga identitasnya, lho.
Meskipun semuanya berakar dari kalender lunar, masing-masing negara punya cara sendiri untuk merayakannya, mulai dari ritual khusus, makanan khas, sampai tradisi turun-temurun.
Apa pun istilahnya, esensinya tetap sama kok, Kawan! Semua sama-sama menjadi momen untuk menghormati tradisi, saling berbagi kebahagiaan, dan memulai tahun baru dengan harapan yang lebih baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News