100 hari kinerja meutya hafid dari tangani judol hingga program elevaite indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

100 Hari Kinerja Meutya Hafid, dari Tangani Judol hingga Program ElevAIte Indonesia

100 Hari Kinerja Meutya Hafid, dari Tangani Judol hingga Program ElevAIte Indonesia
images info

Resmi dilantik sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Indonesia pada 21 Oktober 2024 lalu, Meutya Hafid merupakan perempuan pertama yang menjabat di kementrian ini. Pelantikan tersebut dilakukan langsung oleh Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Sepak terjang Meutya di dunia politik tidak terbilang baru. Ia memulai karirnya sebagai jurnalis Metro TV sejak tahun 2001, sebelum akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik di tahun 2008 di bawah bendera Partai Golkar.

Sejak 2014, Meutya Hafid telah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk Dapil I Sumatera Utara. Bahkan, pada pemilihan umun 2024 kemarin, menurut Wikipedia, ia kembali terpilih untuk Dapil yang sama dengan perolehan 147.004 suara. Namun, ia memilih mundur dari posisi tersebut untuk mengemban tugas baru sebagai Menkomdigi era Kabinet Merah-Putih periode 2024-2029.

Tak hanya disorot karena perempuan pertama di kementrian ini, dalam 100 hari dirinya sudah mencatatkan sejumlah kinerja baik. Berikut adalah bagaimana kinerja Meutya Hafid sejauh ini. Yuk, disimak!

Cegah Judol, Komdigi Maksimalkan Kampanye Literasi Digital

Komitmen Berantas Judi Online

Masalah utama yang ingin diselesaikan Menkomdigi adalah Judi online (judol). Komitmen ini dibuktikannya dengan melaporkan 11 pegawainya yang terindikasi terlibat kasus judol di awal November 2024 lalu. Tindakan ini terbilang cepat mengingat belum genap 1 bulan ia menjabat sebagai Menkomdigi.

Tidak ingin kecolongan oleh kelalaian pegawainya lagi, Meutya segera mengesahkan Instruksi Menteri Komunikasi dan Digital RI No. 2 Tahun 2024 tentang Upaya Mendukung Penegakan Pemberantasan Kegiatan Perjudian dalam Jaringan di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Digital. Melalui instruksi ini, ia berkomitmen untuk segera menonaktifkan sementara pegawainya jika terindikasi terlibat judol.

Hingga 19 Januari 2025, total ada lebih dari 5,6 juta konten judol yang berhasil diblokir Kemkomdigi. Jumlah ini bisa jadi bertambah dan akan terus diinformasikan melalui Instagram resmi @kemkomdigi.

Program ElevAIte Indonesia

Dikutip dari situs resmi Komdigi, ElevAIte Indonesia adalah program pelatihan keterampilan kecerdasan buatan (AI) untuk 1 juta talenta digital Indonesia. Program yang akan berjalan selama tahun 2025 ini adalah hasil kerjasama antara Komdigi dengan Microsoft dengan nilai investasi mencapai USD 1,7 miliar atau setara dengan Rp 27,6 triliun, angka investasi terbsar sepanjang sejarah.

Sebagai seorang perempuan, Meutya berharap dari 1 juta talenta digital tesebut ada banyak talenta perempuan yang bisa dijangkau. Ia juga berharap melalui program ini peningkatan efisiensi layanan publik dan pengawasan ruang digital yang sehat dan produktif bisa terwujud sesuai harapan masyarakat.

ElevAIte Indonesia, Program Pelatihan Kecerdasan Buatan AI Kerjasama Kemkomdigi dengan Microsoft

Reorganisasi Pejabat Komdigi

Pada 13 Januari 2025 lalu, Menkomdigi melantik 22 orang pejabat baru, yaitu 7 orang di jajaran Pimpinan Tinggi Madya, 3 orang sebagai Staf Ahli Menteri, dan 12 orang sebagai Staf Khusus Menteri. Dari daftar nama tersebut, ada nama Raline Shah yang dilantik sebagai Staf Khusus Menteri Bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital.

Menyusun Aturan Pembatasan Usia Penggunaan Media Sosial

Saat ditemui Antara pada 15 Januari lalu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria membenarkan bahwa saat ini Komdigi sedang mengkaji lebih serius terkait pembatasan penggunaan media sosial untuk anak di bawah umur. Hal ini juga telah disampaikan Meutya Hafid dalam rapat koordinasinya bersama dengan Prabowo dan ia mendapat respon positif dari presiden.

Meski masih dalam pengkajian dan penyusunan aturan, namun masyarakat terutama orang tua menyambut baik rencana ini, mengingat berbagai dampak buruk yang bisa didapatkan anak karena penggunaan media sosial yang kurang bijak. Bahkan, aturan pembatasan seperti ini telah dilakukan di beberapa negara lain seperti Jerman, Belanda, Norwegia, bahkan Australia yang baru mengesahkan aturan pembatasannya November lalu.

100 hari tentu waktu yang masih terlalu singkat untuk menilai keseluruhan kinerja Meutya Hafid selama 5 tahun ke depan. Namun, semoga keseriusan Menkomdigi untuk menghapus adanya istilah "kongkalikong" dan "beking" dari internal Komdigi, atas maraknya kasus judol di Indonesia berhasil mengembalikan kepercayaan publik terhadap Komdigi ya, Kawan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
AS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.