d tech engineering dua bersaudara ini tembus batas pendidikan dalam desain teknik di kancah global - News | Good News From Indonesia 2025

D-Tech Engineering, Dua Bersaudara Tembus Batas Pendidikan dalam Desain Teknik di Kancah Global

D-Tech Engineering, Dua Bersaudara Tembus Batas Pendidikan dalam Desain Teknik di Kancah Global
images info

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan inovasi yang semakin mendesak, D-Tech Engineering muncul sebagai pionir dalam dunia desain teknik di Indonesia.

Arfi’an Fuadi dan adiknya, M. Arie Kurniawan, adalah dua sosok bersaudara yang membuktikan bahwa latar belakang pendidikan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi di tingkat global.

Melalui dedikasi dan kreativitas yang tak terbatas, mereka berhasil mengubah tantangan menjadi peluang, menjadikan Salatiga sebagai pusat inovasi desain teknik.

Dalam perjalanan mereka, prestasi demi prestasi diraih, termasuk keberhasilan Arie dalam kompetisi internasional yang diadakan oleh General Electric.

Kisah ini bukan hanya tentang pencapaian individu. Namun, juga tentang tekad untuk menembus batasan pendidikan dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.

Mari, simak untuk menyelami perjalanan inspiratif ini, di mana inovasi dan ketekunan bersatu untuk menciptakan dampak global.

Legenda Bujang Katak dari Bangka Belitung, Kisah Pemuda yang Menikahi Putri Raja

Melansir dari situs JPNN.COM, M. Arie Kurniawan, bersama kakaknya Arfi’an Fuadi dan dua karyawannya, tidak bekerja di sebuah kantor atau gedung mewah. Mereka menjalankan aktivitas di sebuah ruangan kecil yang terletak di samping ruang tamu rumahnya di Salatiga.

Ruangan ini berfungsi sebagai pusat untuk mengerjakan berbagai proyek desain teknik yang dipesan oleh klien internasional, dilengkapi dengan tiga unit komputer yang mendukung produktivitas tim.

Keberhasilan Arie dalam kompetisi desain tiga dimensi (3D) yang diadakan oleh General Electric (GE) di Amerika Serikat menjadi salah satu pencapaian yang sangat membanggakan.

Di tengah persaingan yang ketat, Arie berhasil meraih posisi teratas, mengalahkan sekitar 700 peserta dari 56 negara dengan desain penggantung mesin jet yang lebih ringan, tetapi tetap kuat.

Dalam kompetisi tersebut, Arie berhasil mengurangi berat komponen dari lebih dari 2 kilogram menjadi hanya 327 gram. Ini merupakan pengurangan berat yang signifikan, mencapai 84 persen, dan menjadikannya salah satu inovator terdepan dalam bidang desain teknik.

Prestasinya ini sangat mencolok, terutama mengingat ia merupakan lulusan SMK Teknik Mekanik Otomotif, sementara banyak pesaingnya adalah para ahli dengan gelar doktor dan pendidikan tinggi lainnya. Misalnya, juara kedua berasal dari Swedia dan bekerja di Angkatan Udara Swedia, sementara juara ketiga adalah seorang lulusan Oxford yang kini bekerja di Airbus.

Keahlian Arfi dan Arie dalam bidang desain teknik tidak datang begitu saja, mereka mengembangkan keterampilannya secara otodidak.

Rinaldi Nur Ibrahim, Pemuda Inspiratif yang Gerakkan Perubahan untuk Indonesia

Setiap hari, mereka melakukan berbagai percobaan dengan perangkat lunak komputer dan memanfaatkan berbagai sumber daya online yang berkaitan dengan desain teknik.

Mereka menyadari pentingnya pemahaman mendalam tentang program CAD (Computer Aided Design), yang merupakan alat utama dalam menggambar dan merancang produk.

Menariknya, sebelum memiliki komputer sendiri, mereka harus belajar menggunakan komputer di rumah saudara mereka. Melalui latihan yang konsisten dan dedikasi, mereka akhirnya menguasai keterampilan tersebut.

Sebelum terjun ke dunia desain teknik, dua bersaudara ini menjalani berbagai tantangan dalam kehidupan mereka. Untuk membantu ekonomi keluarga, mereka bekerja serabutan dalam berbagai pekerjaan, mulai dari tukang cetak foto, mekanik sepeda motor, hingga berjualan susu keliling.

Arfi, yang lulus dari SMK Negeri 7 Semarang pada tahun 2005, menjalani berbagai profesi untuk mendukung kehidupan keluarganya. Hal ini mencerminkan usaha dan dedikasi mereka dalam mencapai tujuan hidup

Dirikan Perusahaan D-Tech Engineering

Pada tahun 2009, setelah mengumpulkan modal dari pekerjaan sebelumnya, Arfi memberanikan diri untuk mendirikan perusahaan D-Tech Engineering di Salatiga.

Dengan fokus pada desain teknik 3D, Arfi meyakini bahwa bidang ini akan berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan. Keberanian untuk memulai usaha inilah yang menjadi titik balik bagi karier mereka.

Proyek pertama D-Tech datang dari seorang pengusaha Jerman yang meminta desain jarum untuk alat ukur. Meskipun dibayar USD 10 per set, Arfi hanya mampu menyelesaikan tiga set jarum dalam dua minggu.

SSEAYP, Wadah Persaudaraan Pemuda Indonesia, ASEAN, dan Jepang sejak 1974

Berkat kerja keras dan dedikasi, D-Tech menerima apresiasi yang tinggi dari klien, yang bahkan bersedia menambah pembayaran atas hasil kerja mereka.

Sejak saat itu, D-Tech Engineering terus berkembang dan mendapatkan berbagai proyek dari klien internasional. Keberagaman proyek yang diterima semakin luas, mulai dari desain kandang sapi tanpa paku yang dipesan oleh klien di Selandia Baru hingga desain pesawat penyebar pupuk untuk perusahaan Amerika Serikat.

Dalam lima tahun terakhir, D-Tech telah menyelesaikan lebih dari 150 proyek desain. Hasil finansial yang diperoleh pun signifikan, memungkinkan mereka untuk membantu keluarga dan meningkatkan kualitas hidup.

Namun, di balik kesuksesan tersebut, Arfi dan Arie harus menghadapi tantangan yang tidak kalah besar. Meskipun diakui secara internasional, mereka masih kesulitan untuk mendapatkan pengakuan di pasar domestik.

Sering kali, masyarakat menilai kemampuan seseorang berdasarkan latar belakang pendidikan formal.

Stigma "hanya berijazah SMK" serta sistem pendidikan yang dianggap kurang adil menghalangi Arie untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di Teknik Elektro.

Meskipun memiliki minat yang besar dalam bidang tersebut, Arie ditolak oleh Universitas Diponegoro karena alasan ketidakcocokan jurusan.

Meskipun ditolak, Arie tidak patah semangat. Bersama Arfi, mereka berkomitmen untuk terus berkontribusi bagi bangsa dan berbagi pengetahuan dengan generasi muda.

Mereka aktif mengajarkan teknologi 3D design engineering kepada anak-anak SMK yang berminat, bahkan beberapa di antaranya telah berhasil bekerja di bidang tersebut.

Arfi dan Arie juga memiliki visi untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan, termasuk desain pembangkit listrik tenaga angin, serta proyek biodiesel dari minyak jelantah.

Dengan semua upaya ini, Arfi dan Arie bercita-cita menjadikan Salatiga sebagai pusat pengembangan manufaktur teknologi, mirip dengan Silicon Valley di Amerika Serikat.

Mereka percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri manufaktur dunia, terutama dengan kemajuan teknologi 3D printing yang dapat menjadi tulang punggung industri masa depan.

Melalui dedikasi dan inovasi, mereka berusaha membuktikan bahwa Indonesia dapat bersaing di tingkat global.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.