Legenda Bujang Katak adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Bangka Belitung. Legenda ini berkisah tentang seorang pemuda yang berhasil menikah dengan putri raja.
Simak cerita lengkap dari legenda Bujang Katak dalam artikel berikut.
Legenda Bujang Katak
Dikutip dari buku Yusup Kristianto yang berjudul Cerita Rakyat Indonesia: 40 Cerita Rakyat Nusantara, dari Aceh sampai Papua, Disertai Lagu Anak, dikisahkan bahwa pada zaman dahulu hiduplah seorang wanita tua di sebuah desa. Wanita tua ini hidup sebatang kara di gubuk miliknya.
Sehari-hari wanita tua tersebut bekerja sebagai seorang petani. Hasil dari lahan yang dia olah inilah yang digunakan untuk memenuhi keperluannya.
Wanita ini tidak memiliki suami. Hal ini pula yang menyebabkan dirinya hanya hidup sebatang kara di tempat tersebut.
Namun sebenarnya wanita tua ini ingin sekali memiliki seorang anak. Dengan demikian, dia memiliki orang lain yang akan menemaninya tinggal di gubuk tersebut.
Akhirnya wanita tua tersebut memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Dia berdoa agar kelar dirinya bisa dikaruniai seorang anak.
Ternyata doa wanita tua tersebut didengar dan dikabulkan. Selang beberapa lama, wanita tua tersebut hamil dan melahirkan seorang anak.
Namun anak yang dia lahirkan berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Bentuk fisik anaknya mirip sekali dengan katak, termasuk kulit di sekujur tubuhnya.
Meskipun demikian, wanita tua tersebut tetap bersyukur atas nikmat yang dia dapatkan. Wanita tua tersebut kemudian memberi nama anaknya sebagai Bujang Katak.
Bujang Katak dibesarkan oleh ibunya dengan penuh kasih sayang. Bujang Katak pun tumbuh menjadi anak yang baik hati dan suka membantu ibunya.
Ketika tumbuh dewasa, Bujang Katak memiliki keinginan untuk menikah, sama seperti para pemuda lainnya. Namun dirinya tidak ingin menikahi gadis biasa.
Dirinya berkeinginan untuk menikahi salah satu dari tujuh putri raja. Bujang Katak kemudian menyampaikan niatnya tersebut kepada sang ibu.
Wanita tua yang tidak ingin anaknya kecewa kemudian mengajak Bujang Katak ke istana. Sesampainya di sana, Bujang Katak beserta ibunya menyampaikan maksudnya kepada sang raja.
Raja menyambut mereka dengan baik. Namun dia tidak bisa memberikan keputusan secara langsung terkait lamaran tersebut.
Sang raja menyerahkan keputusan kepada putri-putrinya. Raja kemudian memanggil ketujuh putrinya ke hadapan Bujang Katak.
Keenam putri raja menolak mentah-mentah lamaran Bujang Katak tersebut. Mereka tidak ingin memiliki seorang suami yang buruk rupa seperti dirinya.
Apalagi Bujang Katak berasal dari keluarga yang tidak berada. Bujang Katak langsung merasa sedih setelah menerima penolakan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba berubah ketika putri bungsu menerima lamaran Bujang Katak. Padahal putri bungsu merupakan anak raja yang paling cantik dan baik hati jika dibandingkan yang lainnya.
Raja kemudian berat hati untuk melepas putrinya. Namun dia juga tidak ingin menolak persetujuan yang sudah diberikan putri bungsu.
Sang raja kemudian memberikan permintaan yang tidak masuk akal kepada Bujang Katak. Sang raja meminta Bujang Katak mendirikan sebuah jembatan dari rumahnya menuju istana jika ingin menikahi putri bungsu.
Bujang Katak pun menyanggupi persyaratan tersebut. Dirinya kemudian kembali ke gubuk bersama sang ibu.
Sesampainya di gubuk, ibu Bujang Katak bertanya bagaimana caranya untuk memenuhi persyaratan tersebut. Bujang Katak kemudian menenangkan ibunya dan menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa.
Bujang Katak kemudian memohon kepada Yang Maha Kuasa agar bisa membantunya. Ajaibnya malam itu juga Bujang Katak berubah menjadi seorang pemuda tampan.
Kulit katak yang ada di tubuhnya kemudian mengelupas dan berubah menjadi emas. Jadilah Bujang Katak menjadi seorang pemuda tampan dan kaya raya.
Dengan emas tersebut dirinya kemudian membangun jembatan dari gubuk ke istana. Ketika berhasil melakukan hal itu, sang raja akhirnya menikahkan Bujang Katak dengan putri bungsunya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News