Di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, menghadapi berbagai tantangan mulai dari ketidakpastian pasar, perubahan iklim, hingga ketergantungan pada rantai pasok internasional.
Untuk menghadapi kondisi ini, Indonesia memprioritaskan penguatan struktur ekonomi domestik sekaligus memanfaatkan peluang perdagangan global dengan pendekatan yang strategis dan berkelanjutan.
Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Menteri Perdagangan Budi Santoso memaparkan apa saja strategi yang menjadi pilar untuk mendorong perekonomian, khususnya perdagangan Indonesia di 2025.
Kinerja Industri Manufaktur Terus Berkembang, Jadi Pilar Penopang Perekonomian Nasional
Pengamanan Pasar Domestik: Stabilitas dan Proteksi
Pilar pertama, pengamanan pasar domestik, bertujuan memastikan kestabilan harga kebutuhan pokok dan melindungi konsumen
Sepanjang 2024, Kemendag berhasil menyalurkan 1,96 juta ton minyak goreng rakyat, termasuk 1,43 juta ton MINYAKITA. Program revitalisasi pasar tradisional juga menjadi sorotan dengan pembangunan dan pemanfaatan 22 pasar baru di seluruh Indonesia.
Selain itu, Kemendag aktif melakukan pengawasan terhadap pelanggaran perdagangan, termasuk penyitaan produk impor ilegal dan barang yang tidak sesuai standar nasional.
Berdasarkan data, hasil pengawasan terhadap barang impor periode Juli–Oktober 2024 berhasil mengamankan produk senilai Rp212,88 miliar, meliputi tekstil, keramik, hingga barang elektronik.
Menuju Swasembada Garam, Indramayu Jadi Pusat Produksi Utama
Perluasan Pasar Ekspor: Diplomasi dan Kemitraan
Di pilar kedua, Kemendag fokus memperluas pasar ekspor melalui diplomasi perdagangan dan penyelesaian perundingan internasional.
Sepanjang 2024, Kemendag menyelesaikan beberapa perjanjian penting, termasuk ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) dan protokol perubahan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Strategi ini berhasil mencetak surplus perdagangan sebesar USD 28,86 miliar dari Januari hingga November 2024, dengan kontribusi terbesar dari ekspor nonmigas, terutama bahan bakar mineral, minyak nabati, dan produk besi baja.
“Diplomasi perdagangan menjadi kunci untuk menjaga surplus dan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global,” jelas Mendag Budi.
Hutan Pangan Seluas Dua Kali Pulau Jawa Bakal Dibuka untuk Ketahanan Pangan dan Energi
UMKM BISA Ekspor: Inovasi untuk Pasar Global
Pilar ketiga, pemberdayaan UMKM melalui UMKM BISA Ekspor, menempatkan UMKM sebagai motor pertumbuhan ekonomi.P rogram pelatihan yang dijalankan Kemendag berhasil mencetak 113 UMKM eksportir dengan nilai transaksi ekspor mencapai USD 4,15 juta.
Selain itu, Kemendag melibatkan 5.173 UMKM dalam berbagai pameran nasional untuk meningkatkan eksposur dan daya saing mereka.
Upaya ini didukung pula oleh program desain produk inovatif yang melibatkan 122 UMKM melalui Indonesia Design Development Center (IDDC).
“Dengan inovasi dan adaptasi pasar global, kami optimis UMKM dapat menjadi pemain utama dalam perdagangan internasional,” tambah Mendag.
Stasiun Whoosh Karawang Sudah Beroperasi, Bakal Dorong Ekonomi dan Pariwisata?
Prospek dan Tantangan 2025
Memasuki 2025, Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor nasional sebesar 7,1 persen atau senilai USD 294,45 miliar. Ekspor UMKM juga diharapkan tumbuh 9,63 persen dengan nilai USD 19,33 miliar. Proyeksi ini sejalan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mencapai 3,4 persen.
Kemendag menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menghadapi tantangan global.
“Dengan strategi ini, kami optimis Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam perdagangan internasional sekaligus mencapai target menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Mendag Budi.
Cadangan Minyak Baru Ditemukan Sumatra Selatan, Ketahanan Energi Nasional Makin Kuat
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News