benarkah media sosial memicu stres cek faktanya - News | Good News From Indonesia 2025

Benarkah Media Sosial Memicu Stres? Cek Faktanya!

Benarkah Media Sosial Memicu Stres? Cek Faktanya!
images info

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Dengan gawai yang dapat dibawa ke mana saja dan murahnya akses internet, bermedia sosial bukan lagi hal yang sulit dilakukan.

Namun, aktivitas di media sosial juga memiliki dampak, salah satunya adalah memicu stres. Benarkah demikian?

Tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial mendatangkan banyak manfaat bagi penggunanya, seperti mendapatkan informasi dan membangun relasi. Seseorang bisa tetap terkoneksi dengan teman, keluarga, dan kawan lama. Bahkan, media sosial juga dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat dan keputusan politik di pemerintahan.

Namun, banyak artikel dan penelitian yang menghubungkan media sosial dengan munculnya stres bagi penggunanya. Hal ini memunculkan istilah detoks media sosial sebagai solusi untuk mengurangi stres. Namun, sebenarnya, apa itu stres?

Jika merujuk pada KBBI, stres merupakan gangguan atau kekacauan mental yang disebabkan oleh faktor luar. Definisi ini serupa dengan yang dilansir dari laman World Health Organization (WHO), yang menyatakan bahwa stres adalah rasa khawatir atau ketegangan mental yang disebabkan oleh situasi sulit.

Stres sebenarnya merupakan respons alami tubuh manusia untuk mengatasi tantangan dan ancaman. Namun, cara kita meresponsnya akan sangat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Stres sebagai Dampak Media Sosial, Benarkah?

Sebuah riset oleh Pew Research Center menyebutkan bahwa stres di era teknologi digital adalah hal yang sangat mungkin dan masuk akal terjadi. Banyaknya informasi yang didapatkan dan besarnya distraksi bisa membuat seseorang mudah merasa tertekan.

Di masa media sosial seperti saat ini, sangat mudah melacak aktivitas sehari-hari seseorang. Peningkatan kesadaran terhadap pengalaman dan tekanan yang dilihat di internet inilah yang kemudian berdampak pada stres kita sendiri sebagai "biaya" atas rasa peduli sosial yang dimiliki.

Selain itu, kemudahan akses terhadap aktivitas orang lain juga menekan seseorang untuk ikut mengunggah kehidupan pribadi mereka.

Belum lagi dorongan untuk terus merasa harus mengikuti tren dan perkembangan berita, yang biasa kita kenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO).

Dengan teknologi yang membuat kita merasakan hal-hal tersebut, tekanan sosial dan dorongan untuk terus bergerak cepat membuat seseorang berisiko terkena dampak negatif media sosial, salah satunya ialah stres, yang akhirnya berpengaruh pada kesehatan psikologis dan fisik.

Stres juga bisa muncul dari berbagai macam hal kecil di media sosial. Contohnya, saat seseorang berusaha mempertahankan jaringan pertemanan, iri dengan kegiatan seseorang, sibuk membandingkan diri dengan orang lain, atau merasa ada tuntutan untuk membalas pesan teks.

Mengapa Kita Takut Ketinggalan? FOMO dengan Gejala dan Dampak yang Tersembunyi

Namun, media sosial sebenarnya tidak memengaruhi stres seseorang secara langsung. Ada banyak faktor lain yang turut memengaruhi tingkat stres akibat teknologi ini.

Rata-rata, kerentanan terhadap stres akan lebih rendah pada laki-laki, orang-orang dalam rentang usia yang lebih tua, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, serta individu yang memiliki hubungan stabil atau telah menikah.

Menggunakan Media Sosial dengan Cara yang Sehat

Entah kita merasakan stres atau tidak, media sosial tidak akan hilang begitu saja. Ada banyak orang yang akhirnya memutuskan untuk detoks media sosial sementara waktu untuk mengurangi stres, dan itu merupakan langkah yang baik.

Namun, menghilangkan media sosial seutuhnya dari kehidupan terdengar tidak realistis. Merangkum dari Chester County Hospital, berikut adalah beberapa cara untuk menggunakan media sosial secara seimbang dan lebih sehat:

  • Menyadari bahwa orang-orang hanya memposting apa yang ingin dilihat orang lain. Mereka jarang memposting kerentanan dan hal-hal sulit dalam hidupnya.
  • Berusaha mindful dan terkoneksi dengan perasaan sendiri saat scrolling. Mengakui adanya perasaan negatif, seperti sedikit cemburu pada kehidupan seseorang, dapat membantu mengatasi perasaan itu dengan lebih mudah.
  • Memberikan batas waktu untuk bermedia sosial.
  • Selalu cross-check fakta berita dengan sumber yang terpercaya.
  • Menghindari argumen yang berlarut-larut tanpa ujung dan mengakhirinya dengan saling menghormati perbedaan pendapat.

Di zaman modern, media sosial dapat memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, dan menghilangkan penggunaan media sosial seutuhnya nyaris mustahil. Mungkin benar bahwa media sosial bisa menjadi pemicu stres meskipun, dalam beberapa kasus, dampaknya tidak terlalu besar.

FOMO, Fenomena yang Memberikan Dampak Negatif bagi Kepercayaan Diri dan Cara Mengatasinya

Sebagai pengguna yang bijak, kita perlu bermedia sosial dengan cara yang lebih sehat untuk meminimalkan stres akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.