Leuweung Sancang di Garut, Jawa Barat merupakan kawasan hutan yang dilindungi. Selain itu, hutan ini dianggap angker oleh warga sekitar karena terkait mitos tempat moksa dari Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi.
Secara administratif, lokasi Leuweung Sancang berada di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Lokasinya terletak cukup jauh dari pusat kota Garut dengan waktu tempuh sekitar empat jam menggunakan kendaraan bermotor.
Ada sekitar 19 daerah yang termasuk ke dalam daerah CA Sancang, yakni Cidahon, Cimerak, Cijeruk, Cibaluk, Cipangikis, Cetut, Cikabodasan, Cikalongberan, Cipalawah, Cipayawungan, Cipunaga, Cicungkangjambe, Cibako, Ciporeang, Cipangikisan, Karang Gajah, Cipadaruum, Cipanglembuan, dan Panglima. Namun, pada umumnya, Leuweung Sancang terbagi ke dalam dua daerah.
Cerita Gunung Gelap, Jalan Legendaris di Garut yang tak Berani Dilintasi Warga ketika Malam Hari
Tetapi warga sekitar sangat mengeramatkan hutan ini. Karena itu warga sungkan untuk masuk ke hutan itu. Tetapi karena cerita itu, menyebabkan hutan di Leuweung Sancang masih lestari. Di dalam hutan aneka satwa dan pepohonan langka tetap terjaga.
“Itu tempat Prabu Siliwangi menghilang, jadi dianggap angker. Yang anggap angker ya angker yang nggak mah biasa saja,” terang Asep warga Garut yang dimuat dari Detik.
Tempat moksa
Leuweung Sancang hingga sekarang terkenal dengan mitos Prabu Siliwangi. Legenda yang beredar di masyarakat, Raja Padjadjaran itu berubah menjadi macan putih bersama para pengikutnya di dalam hutan itu.
Diceritakan, Prabu Siliwangi memilih pergi ke hutan Leuweung Sancang karena menolak ajakan dari putranya Prabu Kian Santang untuk berpindah keyakinan. Ketika itu Prabu Kian Santang sudah mengubah keyakinan menjadi Islam.
Asal-Usul Candi Cangkuang, Candi Tua di Tanah Garut
Prabu Siliwangi yang memegang teguh keyakinan leluhurnya memilih pergi ke kawasan Sancang untuk menghindari pertumpahan darah. Tetapi pelarian dari Prabu Siliwangi ini diendus oleh Prabu Kian Santang yang mengejar ayahnya sampai ke kawasan Sancang.
Karena itulah, Prabu Siliwangi berubah rupa menjadi macan putih atau yang biasa disebut warga Garut maung bodas atau maung Sancang.
"Memang benar, legenda yang paling dipercayai masyarakat adalah itu Prabu Siliwangi tilem (menghilang) di Leuweung Sancang saat dikejar anaknya Prabu Kian Santang," ujar Sejarawan Garut, Warjita.
Cagar alam
Kata leuweung sendiri diambil dari bahasa Sunda yang memiliki arti hutan. Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, ksdae.menlhk.go.id/, hutan ini memiliki luas 2.157 hektare.
Pengelolaan Leuweung Sancang saat ini berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Alamnya terdiri dari hutan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan pantai.
Leuweung Sancang bukan hutan sembarang hutan. Pasalnya di dalamnya penuh dengan potensi sumber daya alamnya yang menakjubkan.
Pesona Gunung Papandayan yang Ramah untuk Pendaki Pemula
Karena itulah Leuweung Sancang ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh pemerintah, pada tahun 1959. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian, Nomor 116/Um/59/.
Sedangkan status cagar alamnya, diberikan pada tahun 1978, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor 370/Kpts/Um/6/1978 yang bertanggal 9 Juli 1978.
Hal ini tak berlebihan karena banyak keragaman flora dan fauna yang ada di Leuweung Sancang seperti merak, sapi liar, owa jawa, kijang, ajag dan macan. Tapi, yang paling terkenal adalah banteng liar Sancang.
“Banteng di Sancang tercatat memiliki populasi sekitar 96 ekor di tahun 1994. Namun, saat ini, banteng Sancang dipastikan punah,” tulis Rosyadi dalam jurnal berjudul Legenda-legenda Keramat di Kawasan Sancang Kabupaten Garut, yang dilansir ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id.
Ada juga flora meliputi pohon palahlar, werejit, hingga spesies baru pohon meranti, yang ditemukan seorang ahli botani, Kostermans, pada tahun 1983 yang kemudian diberi nama Anisoptera costata.
"Pohon itu berukuran diameter 1,5 meter dan tinggi 45 meter. Ditemukannya di blok Cihanjuang, pada pal batu 130A. Di antara Sungai Cikalomeran di sebelah timur, dan Sungai Cipamingkis di sebelah barat," kata Rosyadi.
Sumber:
- Legenda Mistis di Leuweung Sancang dan Alas Purwo yang Bantu Hutan Lestari
- Misteri Banteng dan Prabu Siliwangi di Leuweung Sancang Garut
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News