Gunung Gelap merupakan ruas jalan yang tidak asing bila ingin menuju ke daerah Garut Selatan. Ruas jalan yang membelah gunung dan lembah menjadikannya salah satu jalan dengan medan yang paling menantang di Garut.
Hal ini ditambah dengan kondisi jalannya yang teduh berkabut dan cenderung sunyi, hampir sepanjang jalan dihiasi oleh pohon-pohon besar batu-batu besar dan jurang-jurang yang dalam.
Karena itulah banyak orang yang tidak berani melintasi jalan ini sendirian terutama di malam hari. Apalagi banyak mitos dan hal mistis yang menyelimuti jalan dengan panjang 7 km ini.
Asal-Usul Candi Cangkuang, Candi Tua di Tanah Garut
Dimuat dari Garut.urbanjabar, Gunung Gelap sudah dibangun sejak zaman Belanda untuk menghubungkan Garut dan Pameungpeuk serta daerah-daerah lainnya yang berada di Garut Selatan. Jalan ini dulu terkenal karena keindahannya di sepanjang perjalanan Jalan Cikajang ke Pameungpeuk.
Nama Gunung Gelap
Dinukil dari Bandungbergerak, nama Gunung Gelap yang disematkan tidak berasal dari kondisi sunyi atau sepi yang terlihat sepanjang melewati jalan ini. Tetapi berasal dari bahasa Sunda yang artinya kilatan petir atau suara gemuruh kecil.
Hal ini terkait dengan peristiwa pertempuran dua kesatria asal Pameungpeuk dan Cisompet. Pertempuran ini terjadi dari siang dan malam.
Tidak ada tanda-tanda akan berakhir. Langit mendung. Awan hitam bergelayut. Halilintar menyambar-nyambar puncak gunung. Gelegar gelap yang tiada jeda, tiada berkesudahan. Pertarungan terus berlangsung.
Pesona Gunung Papandayan yang Ramah untuk Pendaki Pemula
Pada esok harinya, hujan reda, cahaya matahari bersinar cerah. Namun tak ada yang menyaksikan kedua kesatria itu turun gunung. Rupanya, pertarungan terus berlanjut, bahkan sampai sekarang.
“Bila halilintar menyambar dan gelap bergemuruh beruntun di Gunung Gelap, itu sebagai pertanda pertarungan dua kesatria masih berlanjut,” tulis Geografiwan Indonesia, T Batchiar.
Tempat buang mayat
Selain mitos itu, Gunung Gelap juga dikaitkan sebagai tempat pembuangan mayat korban penembakan misterius (Petrus) di zaman Orde Baru. Pada tahun 1980-an, rezim Orba sedang melakukan perburuan besar-besaran kepada para preman.
Menukil dari otosia.com, jalur ini merupakan area pembuangan mayat dari para korban petrus. Hal ini karena kondisi jalan di Gunung Gelap yang tanpa penerangan dan dikelilingi oleh gunung dan sungai yang mengalir di bawahnya.
Karma Nyai Endit, Kisah Kesombongan dan Hukuman di Situ Bagendit
Pada zaman sekarang, ruang jalanan Gunung Gelap masih tetap sepi. Namun di pinggir jalan sudah banyak warung-warung dan rumah-rumah makan yang bisa kita gunakan untuk beristirahat ketika malam.
Sekarang hutan-hutan lebat di sepanjang Gunung Gelap sudah sangat berkurang dan sudah tidak selebat dahulu. Saat malam sudah banyak cahaya dari warung-warung dan rumah-rumah yang berada di pinggir jalan.
Sumber:
Misteri Gunung Gelap Garut Tempat Pembuangan Mayat Era Orde Baru
NGABUBURIT MENYIGI BUMI #13: Gunung Gelap di Garut, Penangkal Halilintar dan Gelegar Guntur
Misteri Jalan Gunung Gelap, Tempat Pembuangan Mayat Petrus Hingga Siluman Buaya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News