tradisi ikonik dari jambi yang tak lekang oleh waktu - News | Good News From Indonesia 2024

Tradisi Ikonik dari Jambi yang Tak Lekang oleh Waktu

Tradisi Ikonik dari Jambi yang Tak Lekang oleh Waktu
images info

Bayangkan sebuah daerah di mana setiap langkahnya berbisik tentang tradisi yang kaya akan makna. Jambi, provinsi di Sumatra yang tak hanya memikat lewat alamnya, tapi juga menyimpan kisah-kisah budaya yang hidup di setiap sudut kabupaten.

Tradisi di Jambi tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga alat untuk mempererat hubungan sosial dan spiritual masyarakat. Beberapa di antaranya dilakukan untuk menghormati leluhur, merayakan hasil bumi, atau sekadar menjaga kebersamaan antarwarga. 

Meski zaman terus berubah, semangat untuk melestarikan tradisi ini tetap hidup, menjadi pengingat bahwa budaya adalah jati diri yang tak boleh dilupakan.

Di artikel ini, kita akan menyusuri jejak lima tradisi dari kabupaten-kabupaten di Jambi. Bukan sekadar warisan leluhur, tetapi juga cerminan jiwa masyarakatnya yang tetap menjaga akar budayanya di tengah derasnya arus modernisasi. Yuk, kita mulai eksplorasi ini!

1. Bantai Adat dan Silek Penyundon, Kabupaten Merangin

Bantai Adat dan Silek Penyundon adalah tradisi khas masyarakat Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi, yang diwariskan secara turun-temurun. Bantai Adat merupakan ritual penyembelihan hewan ternak, seperti sapi atau kerbau, beberapa hari sebelum Ramadan sebagai bentuk syukur dan persiapan menyambut bulan puasa. Daging hasil penyembelihan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas. 

Sementara itu, Silek Penyundon adalah pertunjukan seni bela diri tradisional yang biasanya digelar setelah salat Tarawih selama Ramadan. Selain sebagai hiburan, tradisi ini juga menjadi sarana pelestarian seni bela diri dan penguatan ikatan sosial. Pada 2022, Bantai Adat dan Silek Penyundon diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan pentingnya tradisi ini dalam kekayaan budaya nasional. 

2. Mandi Balimau Gedang, Kabupaten Tebo

Mandi Balimau Gedang adalah tradisi tahunan masyarakat Desa Teluk Kembang Jambu, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, yang biasanya dilaksanakan di Danau Sigombak. Tradisi ini melibatkan ritual mandi menggunakan air yang dicampur dengan limau sebagai simbol penyucian diri, baik lahir maupun batin, menjelang bulan Ramadan. 

Baca Juga: Tanah Pilih Jambi, Kota Bersejarah di Ujung Sungai Batanghari

Selain itu, upacara ini juga menjadi ungkapan syukur kepada Sang Pencipta serta permohonan agar desa terhindar dari marabahaya. Pada tahun 2022, Mandi Balimau Gedang diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan nilai pentingnya dalam melestarikan budaya lokal di tengah modernisasi.

3. Beralin Mayang Mandi Baro Api, Kabupaten Tebo

Tradisi "Beralin Mayang Mandi Baro Api" merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Muaro Sekalo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan permohonan keselamatan. Upacara ini melibatkan prosesi ritual mandi yang melambangkan penyucian diri, serta pembakaran api sebagai simbol pembersihan dari hal-hal negatif. 

Masyarakat berkumpul di area terbuka, seperti tepi sungai, dan mengikuti rangkaian doa serta nyanyian tradisional yang dipimpin oleh tetua adat. Setelah ritual selesai, mereka menikmati hidangan bersama untuk mempererat kebersamaan. 

Selain sebagai sarana spiritual, tradisi ini juga berfungsi sebagai media pelestarian budaya dan identitas lokal, memastikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal tetap hidup di tengah

4. Tradisi Mandi Safar

Tradisi Mandi Safar merupakan ritual tahunan yang diadakan oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, pada Rabu terakhir bulan Safar. Upacara ini memiliki tujuan sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan serta penyucian diri dari dosa dan marabahaya. 

Prosesi dimulai dengan penulisan lafaz ayat Al-Qur'an pada daun kelapa pada malam hari sebelum upacara. Keesokan harinya, masyarakat berkumpul di Pantai Babussalam untuk melaksanakan ritual mandi bersama sebagai simbol penyucian diri. Ritual ini diiringi dengan doa-doa dan nyanyian tradisional yang dipimpin oleh tetua adat. 

5. Makan Kelung

"Makan Kelung" adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Timur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, sebagai bagian dari ritual pengobatan tradisional. 

Dalam tradisi ini, masyarakat mempersiapkan meja kayu yang disebut kelung, serta sesajen berupa ketan hitam, ketan kuning, kue-kuean, dan bahan makanan lainnya yang dicampur dan dibentuk menyerupai buaya, simbol penguasa laut atau air. 

Prosesi dimulai dengan pembacaan doa-doa, diikuti dengan mantera yang dibacakan oleh pemimpin ritual untuk mengusir kekuatan buruk. Setelah itu, pasien duduk menghadap sesajen, dan pematahan batang tebu menjadi tanda bahwa penyembuhan telah selesai. Tradisi ini ditutup dengan makan bersama di kelung, di mana masyarakat turut menikmati makanan sebagai bentuk berkah dan penyucian diri. 

Baca Juga: Sejarah Tari Tortor Hata Sopisik, Warisan Budaya Batak yang Pecahkan Rekor MURI

Upaya pelestarian dan penghargaan terhadap tradisi-tradisi ini sangat penting agar warisan budaya ini tetap terjaga, sekaligus dapat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. 

Dengan mengenal dan memahami tradisi-tradisi ini, kita tidak hanya menghormati masa lalu, tetapi juga turut melestarikan kebudayaan yang menjadi bagian dari jati diri bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mona Lestari Utami lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mona Lestari Utami.

ML
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.