Ketika berbicara tentang Kota Jambi, kita tak hanya membahas sebuah kota yang ramai dan modern seperti sekarang, tetapi juga perjalanan panjang yang penuh cerita bersejarah.
Kota ini menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting sejak zaman kerajaan hingga masa kolonial dan era kemerdekaan. Dengan warisan budaya dan sejarah yang kaya, Jambi adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki pesona sejarah yang layak untuk digali lebih dalam.
Jejak Jambi sebagai pemukiman dan pusat pemerintahan telah dimulai sejak zaman kuno. Berdasarkan catatan Dinasti Sung, Maharaja San-fo-tsi (Swarnabhumi) diketahui pernah bersemayam di Chan-pi. Utusan dari Chan-pi pertama kali mengunjungi istana Kaisar Tiongkok pada tahun 853 Masehi, diikuti kunjungan berikutnya pada tahun 871 Masehi.
Baca Juga: Geopark Merangin, Warisan Dunia UNESCO yang Tersimpan di Jambi
Hal ini menunjukkan bahwa Chan-pi, yang diidentifikasi oleh Prof. Selamat Mulyana sebagai Jambi, sudah dikenal dunia luar sejak abad ke-9. Bahkan dalam periode 890–905 M, berita dari Ling Pio Lui menyebut bahwa Chan-pi mengirimkan misi dagang ke Tiongkok.
Asal Mula Nama Jambi
Nama Jambi sendiri memiliki kaitan erat dengan cerita kerajaan masa lalu. Berdasarkan Silsilah Raja-raja Jambi karya Ngebi Suto Dilago, Putri Selaro Pinang Masak, yang berasal dari Pagaruyung, diangkat sebagai raja di Jambi pada abad ke-15.
Nama “Jambi” diduga berasal dari kata “jambe” dalam bahasa Jawa dan Sunda, yang artinya pinang. Perubahan bunyi ini diperkirakan terjadi di masa Putri Selaro Pinang Masak memerintah pada tahun 1460–1480.
Legenda Tanah Pilih menjadi cerita rakyat yang melekat pada sejarah Jambi. Dikisahkan bahwa Putri Selaro Pinang Masak mengikuti sepasang angsa besar (Angso Duo) yang terbang hingga menemukan Tanah Pilih, lokasi yang kini menjadi pusat Kota Jambi.
Cerita ini juga dihubungkan dengan masa pasca-serangan Singosari dalam Ekspedisi Pamalayu tahun 1275, yang memaksa kerajaan Swarnabhumi berpindah ke pedalaman Batang Hari dan mendirikan Darmasraya.
Dari Masa Kesultanan hingga Kolonial
Jambi terus berkembang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan. Pada abad ke-17, Sultan Agung Abdul Jalil, penguasa Jambi, mengizinkan seorang pedagang Belanda membuka pasar di Muaro Sungai Asam pada 1657.
Lokasi ini kemudian berpindah ke sekitar Muaro Sungai Batanghari, yang kini menjadi kawasan WTC Batanghari.
Istana Tanah Pilih, yang menjadi pusat pemerintahan pada masa Sultan Thaha Saifuddin, adalah simbol perlawanan rakyat Jambi terhadap kolonialisme Belanda. Setelah perlawanan Sultan Thaha pada 1858, Belanda membumihanguskan istana tersebut dan menguasai wilayah Jambi.
Kota Jambi di Era Modern
Perjalanan Jambi menjadi kota modern dimulai sejak masa kemerdekaan. Pada 17 Mei 1946, Kota Jambi resmi diakui sebagai Kota Besar dengan wali kota pertamanya, Makalam. Status ini terus berkembang menjadi Kota Praja, Kota Madya, hingga akhirnya menjadi Pemerintah Kota Jambi seperti yang kita kenal sekarang.
Baca Juga: Mengenal Tari Sekapur Sirih Jambi, Tari Penyambutan Tamu
Dengan warisan sejarahnya yang panjang, Kota Jambi menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, mengingatkan kita pada kekayaan budaya yang harus terus dijaga.
Sumber Referensi:
https://www.jambikota.go.id/tentang/profil/sejarah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News