Legenda Oheo merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Legenda ini berkisah tentang seorang pemuda yang memiliki istri bidadari dari kahyangan.
Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda ini? Simak cerita lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Legenda Oheo
Dilansir dari buku Marina Asril Reza yang berjudul 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda yang bernama Oheo. Dirinya memiliki seorang istri bernama Anawangguluri yang berasal dari kahyangan.
Pertemuan Oheo dengan sang istri bermula ketika bidadari tersebut tidak bisa terbang kembali ke kahyangan. Hal ini disebabkan karena dirinya tidak menemukan selendang yang digunakan untuk terbang kembali ke tempat asalnya.
Oheo yang melihat hal tersebut menawarkan tempat tinggal kepada sang bidadari. Namun dirinya meminta bidadari tersebut bersedia untuk menjadi istrinya.
Permintaan Oheo ini dipenuhi oleh sang bidadari. Namun dirinya juga memberikan satu syarat kepada Oheo sebelum menikahinya.
Bidadari tersebut berkata bahwa Oheo mesti membersihkan kotoran anak mereka kelak. Persyaratan ini dipenuhi oleh Oheo dan merekapun menikah sebagai pasangan suami istri.
Syarat yang diberikan oleh sang istri selalu dipegang dengan baik oleh Oheo. Dirinya selalu membersihkan kotoran dari anak mereka.
Namun pada suatu hari Oheo tengah disibukkan dengan pekerjaan di ladang. Kesibukan ini membuat dirinya menolak untuk membersihkan kotoran sang anak.
Penolakan ini ternyata menyakiti hati sang istri. Dirinya menganggap Oheo sudah tidak menepati janjinya lagi.
Bidadari tersebut kemudian mulai rindu dengan kahyangan. Ketika sedang merenung, dirinya tiba-tiba melihat selendangnya yang tersimpan di balik lemari.
Dirinya langsung mengambil selendang tersebut dan merasa senang. Setelah menciumi anaknya, bidadari tersebut langsung terbang kembali ke kahyangan.
Oheo yang menyadari hal tersebut menyesali perbuatan yang sudah dia lakukan. Dirinya kemudian mencari cara untuk bertemu kembali dengan sang istri di kahyangan.
Ketika mencari cara untuk pergi ke kahyangan, Oheo bertemu dengan pohon ue-wei. Pohon sakti ini berkata bahwa dirinya bisa mengantarkan Oheo ke kahyangan.
Akan tetapi, pohon tersebut memberikan sebuah syarat kepada Oheo. Persyaratan yang mesti dipenuhi Oheo ini adalah dirinya mesti memasang cincin di setiap rantingnya.
Oheo menyanggupi persyaratan dari pohon tersebut. Ketika dirinya berhasil memenuhi persyaratan, Oheo beserta anaknya akhirnya diantarkan hingga ke kahyangan.
Di kahyangan, Oheo bertemu dengan ayah dari sang istri. Oheo berkata bahwa dirinya hendak mengajak sang istri kembali pulang ke rumah mereka.
Ayah Anawangguluri memberikan tiga syarat kepada Oheo agar dia bisa membawa putri bungsunya kembali pulang. Pertama, Oheo harus bisa membalikkan sebuah batu sebesar istana di kahyangan.
Kedua, dirinya mesti mengambil setiap biji padi yang ada di padang luas tanpa bersisa. Terakhir, Oheo mesti menemui sang istri yang tidur di kamar gelap gulita.
Oheo kemudian melakukan semua persyaratan kedua tersebut. Dua persyaratan pertama bisa dia lakukan dengan mudah berkat bantuan hewan-hewan yang ada di sekitarnya.
Muncul masalah ketika Oheo memikirkan cara untuk menunaikan persyaratan yang ketiga. Dirinya memutar otak bagaimana cara menemukan sang istri di sebuah ruangan yang gelap.
Ketika sedang memikirkan masalah ini, tiba-tiba seekor kunang-kunang mendekat ke arah Oheo. Kunang-kunang tersebut bersedia membantu Oheo untuk menerangi kamar gelap tersebut agar bisa menemukan sang istri.
Akhirnya Oheo berhasil menunaikan semua persyaratan yang diberikan oleh ayah Anawangguluri. Dirinya kemudian mengajak sang istri kembali pulang dan hidup bersama dengan bahagia.
Sejak saat itu, Oheo tidak pernah lagi melanggar janji persyaratan yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Tidak hanya itu, Oheo juga makin giat bekerja untuk membahagiakan keluarga kecilnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News