cerita rakyat malin kundang - News | Good News From Indonesia 2024

Cerita Rakyat Malin Kundang, Legenda Anak Durhaka Berubah Menjadi Batu

Cerita Rakyat Malin Kundang, Legenda Anak Durhaka Berubah Menjadi Batu
images info

Cerita legenda Malin Kundang berasal dari Kota Padang, Sumatra Barat. Kisahnya merupakan salah satu yang paling populer dan legendaris, bahkan seringkali disinggung dan dijadikan contoh setiap kali pembicaraan tentang anak yang durhaka pada orang tuanya muncul dalam percakapan masyarakat.

Sebagaimana yang telah disinggung, cerita rakyat Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang berubah menjadi batu karena durhaka terhadap ibunya.

Berikut Good News From Indonesia uraikan selengkapnya mengenai cerita rakyat Malin Kundag dari mulai tokoh dalam cerita hingga alur dan pesan moral dari legenda tersebut.

Baca Juga: Ande-Ande Lumut, Cerita Rakyat Jawa Timur Kaya Pesan Moral

Tokoh Cerita Malin Kundang

Cerita Malin Kundang berpusat pada tokoh-tokoh berikut ini:

  • Malin Kundang: Sebagaimana judulnya, ia adalah tokoh utama dalam cerita Malin Kundang. Malin diceritakan sebagai anak laki-laki yang wataknya berubah dan melupakan ibunya setelah ia meraih kesuksesan.
  • Ibu Mande Rubayah(Ibu Malin Kundang): Seorang ibu tunggal yang sangat menyayangi putranya dan pekerja keras. Ia membesarkan Malin Kundang seorang diri setelah suaminya pergi merantau dan tak kembali.
  • Istri Malin: Ia adalah putri seorang kepala kampung. Namanya tak banyak disebut dalam cerita Malin Kundang, tapi sosoknya diceritakan sebagai tokoh yang netral.

Ringkasan Alur Cerita Malin Kundang

Dalam buku 100 Cerita Rakyat Nusantara, disebut bahwa Malin kecil tumbuh hanya bersama ibunya, Mande Rubayah. Mereka hidup dalam kesulitan dan dililit kemiskinan.

Dari sumber lain seperti laman resmi Indonesia Kaya, disinggung bahwa sosok ayah Malin absen dari kehidupan Malin dan ibunya setelah ia memilih pergi merantau dan tak kembali.

Hal itu yang kemudian membuat Mande Rubayah berakhir menjadi ibu tunggal dan harus merawat anaknya sendirian serta bekerja keras untuk menyediakan kehidupan yang layak bagi putranya. Ia sering membawa serta Malin kecil ke mana pun ia pergi (dikundang-kundang), karenanya kemudian julukan Malin Kundang melekat di belakang nama Malin.

Malin di masa kecil sampai awal dewasa diceritakan bukanlah anak yang memiliki watak durhaka. Ia bahkan merasa iba dengan kondisi ibunya. Hal itu yang membuatnya kemudian memutuskan untuk merantau.

Ibu Mande Rubayah tadinya tidak berkenan putranya pergi jauh mengingat bagaimana ayahnya yang dulu pergi tak pernah kembali, tetapi dengan berat hati, ia mengizinkan putra semata wayangnya pergi setelah Malin membujuknya berulang kali.

Kala itu, Malin disebut tidak hanya berjanji akan kembali setelah berhasil, ia juga berjanji untuk menjeput ibunya. Namun, seperti yang Kawan tahu, itu hanya janji semu. Dalam cerita, Malin bahkan berbohong kepada istrinya dengan menyebut kedua orang tuanya telah tiada.

Kemudian setelah pergi, Malin sukses di tanah perantauan. Ia bahkan dikisahkan menjadi saudagar kaya dengan 100 anak buah dan sampai berhasil mempunyai beberapa kapal dagang miliknya sendiri. Ia juga menikah dengan seorang perempuan berada.

Di sisi lain, ada Ibu Mande yang menanti kabar dari Malin. Namun, bertahun-tahun dilewatinya hanya dengan memandangi lautan sembari mendoakan keselamatan berpihak pada putranya dan kelak anak kesayangannya akan pulang atau paling tidak memberi kabar.

Suatu hari, di tengah pelayaran dengan kapal besarnya, kapal yang ditumpangi Malin dan istrinya bersandar di pulau kampung halamannya. Kehadiran Malin dan istrinya yang bak seorang bangsawan dengan kapal besar dan baju mewah mengundang atensi warga termasuk ibunya.

Ibu Malin mengenali putranya yang sebelumnya hilang bak ditelan bumi. Merasa senang putranya telah kembali, Ibu Mande kemudian memeluk Malin erat sambil memanggil-manggil nama putra kesayangannya. Anaknya di satu sisi tak mengakui ibunya, ia melepaskan pelukan itu dan berpura-pura tak mengenali sosok ibunya.

Tindakan Malin membuat Mande Rubayah terkejut. Ia berusaha membuktikan ucapannya dengan mengungkit bekas luka di tangan Malin yang didapatkannya sewaktu kecil karena dipatuk ayam tetangga.

Ada juga yang menyebut jika luka di tangan Malin timbul karena jatuh dan tak sengaja terbentur batu ketika mengejar ayam (Indonesiakaya.com).

Kemudian, meski ibunya telah membuktikan ucapannya melalui bekas luka itu, Malin masih tidak mengakui ibunya. Ia mengajak istrinya pergi dari tempat itu.

Kesedihan yang meliputi perasaan Ibu Mande lantas membuatnya berdoa: jika laki-laki itu bukan putranya, maka ia akan memaafkannya. Namun, jika memang benar laki-laki tadi adalah Malin Kundang, maka ia mengutuknya agar berubah wujud menjadi batu.

Karena benar bahwa pemuda itu tak lain adalah putranya yang telah lama pergi, kemudian langit berubah gelap dan badai melanda. Malin Kundang berubah menjadi batu, pun ikut kapalnya hancur disambar petir.

Batu Malin Kundang
info gambar

Pecahan puing kapal berikut tubuh Malin yang berubah menjadi batu dalam posisi bersujud dipercaya tersapu ombak dan sampai kini ada di Pantai Aie Manih (Pantai Air Manis).

Batu berbentuk pemuda yang tengah bersujud beserta puing-puing yang dipercaya merupakan sisa dari kapal Malin itu pun kini menjadi daya tarik untuk wisatawan. Kawan juga bisa mengunjungi pantai Air Manis jika ingin berwisata sekaligus mempelajari legenda Malin Kundang.

Pesan Moral Cerita Malin Kundang

Cerita Malin Kundang mengajari kita untuk senantiasa menghormati dan menghargai kehadiran serta jasa ibu kita. Mereka tidak hanya pahlawan yang banyak berkorban dengan melahirkan kita, tetapi juga berjasa karena merawat, membesarkan, bahkan bekerja keras untuk menyediakan kehidupan yang layak bagi putra-putrinya.

Kawan, mengingat Hari Ibu akan datang sebentar lagi, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada para ibu tercinta, ya! Nikmati cerita legenda lain dari berbagai penjuru Indonesia hanya di GNFI!

Baca Juga: Legenda Asal Usul Pohon Enau dari Nusa Tenggara Barat, Perwujudan Gadis yang Terlantar

Referensi

  • Dian, K. (2024). 100 Cerita Rakyat Nusantara. Bhuana Ilmu Populer.
  • Indonesiakaya.com. Cerita Rakyat Sumatra Barat Legenda Malin Kundang. Retrived from, https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/cerita-rakyat-sumatra-barat-legenda-malin-kundang/
  • Padang.go.id. Pantai Aie Manih. Retrived from, https://padang.go.id/pantai-aie-manih

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.