Kawan GNFI, Gunungkidul, Yogyakarta, tidak hanya terkenal dengan wisata pantai indahnya, tetapi juga memiliki kuliner ekstrem yang tidak bisa ditemukan di sembarang tempat: ungkrung jati. Bagi banyak orang, nama ungkrung jati mungkin masih terdengar asing, tetapi bagi masyarakat setempat, kuliner ini sudah lama menjadi bagian dari kearifan lokal yang penuh sejarah.
Apa itu Ungkrung Jati?
Ungkrung jati, yang dikenal juga dengan nama enthung jati atau kepompong ulat jati, adalah larva dari ngengat Hyblaea puera. Meskipun terlihat menjijikan bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang belum familiar dengan kuliner ekstrem ini, ungkrung jati ternyata memiliki tempat tersendiri di hati para penikmatnya.
Ulat ini ditemukan di pohon jati, terutama pada musim penghujan, dan menjadi bahan makanan yang khas di Gunungkidul. Bentuknya yang kecil dan warna coklat kehitaman sering kali membuatnya sulit untuk dibedakan dari tumpukan daun jati yang sudah rontok.
Asal-Usul Ungkrung Jati
Kuliner unik ini bermula dari kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang mencari alternatif sumber protein saat musim paceklik. Pada saat-saat tersebut, ketika bahan makanan sulit didapatkan dan harga pangan meningkat, masyarakat mulai memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka, salah satunya adalah ungkrung jati.
Ulat jati biasanya muncul di awal musim penghujan, ketika daun-daun jati mulai tumbuh kembali. Masyarakat setempat mulai menangkap larva ngengat ini, yang sebelumnya dianggap sebagai hama bagi pohon jati, dan mengolahnya menjadi santapan lezat.
Pencarian ungkrung jati pun menjadi rutinitas musiman yang berlangsung hanya beberapa minggu dalam setahun. Meski tergolong makanan ekstrem, kuliner ini terus berkembang, bahkan semakin dicari oleh wisatawan yang ingin merasakan sensasi kuliner yang berbeda.
Manfaat dan Kandungan Gizi Ungkrung Jati
Kawan GNFI, meski tampilannya mungkin mengundang rasa geli bagi sebagian orang, ungkrung jati sebenarnya mengandung nutrisi yang sangat baik untuk tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ulat jati mengandung protein, mineral, vitamin, lemak, dan karbohidrat yang tinggi
Kandungan protein dalam ungkrung jati bahkan lebih tinggi daripada daging sapi, dengan setiap 100 gram ulat kering mengandung sekitar 68 gram protein, sementara daging sapi hanya mengandung 26 gram protein.
Selain itu, ungkrung jati juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, membantu menjaga kesehatan kulit dan rambut, serta menyediakan energi tambahan bagi tubuh. Kandungan proteinnya yang tinggi juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, yang membantu mencegah anemia.
Dengan manfaat kesehatan yang beragam, ungkrung jati bisa menjadi sumber protein alternatif yang tidak kalah dengan sumber protein hewani lainnya.
Keunikan dalam Mengolah Ungkrung Jati
Mengolah ungkrung jati terbilang cukup mudah dan sederhana. Setelah dibersihkan, ungkrung jati bisa dimasak dengan berbagai cara. Salah satu yang paling umum adalah dengan menggorengnya menggunakan bumbu bawang putih dan garam, yang menghasilkan rasa gurih dan renyah.
Ada pula yang mengolahnya dengan cara dibacem, mirip dengan cara memasak tempe bacem. Selain itu, ungkrung jati juga dapat dimasak dengan bumbu balado, rica-rica, oseng-oseng, bahkan dijadikan keripik.
Meski demikian, sebagian besar orang masih memilih cara tradisional, yaitu menggorengnya. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah membuatnya cocok menjadi lauk pauk atau cemilan. Bagi mereka yang sudah terbiasa, ungkrung jati bisa menjadi hidangan yang nikmat dan menggiurkan.
Harga dan Permintaan Pasar Ungkrung Jati
Karena ungkrung jati hanya tersedia pada musim tertentu, harga jualnya pun cukup tinggi. Pada musim puncaknya, harga per kilogram ungkrung jati bisa mencapai Rp130.000 hingga Rp150.000, jauh lebih mahal dibandingkan daging sapi yang biasanya dijual dengan harga lebih rendah.
Hal ini disebabkan oleh sifat musiman dari ungkrung jati, yang hanya bisa ditemukan pada waktu tertentu saja, serta permintaan pasar yang semakin meningkat.
Penjualan ungkrung jati kini sudah mulai merambah ke pasar online, dengan penjual yang berasal dari Gunungkidul atau daerah lainnya yang memanfaatkan platform digital untuk menjangkau konsumen di luar daerah.
Dengan meningkatnya minat dari wisatawan, ungkrung jati kini tidak hanya menjadi kuliner khas Gunungkidul, tetapi juga menjadi makanan unik yang semakin dikenal di seluruh Indonesia.
Alergi dan Risiko Mengonsumsi Ungkrung Jati
Kendati ungkrung jati kaya akan manfaat gizi, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, terutama bagi mereka yang memiliki alergi terhadap makanan laut. Beberapa orang yang alergi terhadap udang, kepiting, atau cumi-cumi, mungkin juga akan mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi ungkrung jati. Reaksi yang paling umum adalah gatal-gatal pada kulit, yang disebabkan oleh protein tropomyosin yang terkandung dalam tubuh ulat jati.
Untuk menghindari reaksi alergi, sangat disarankan untuk mencoba ungkrung jati dalam jumlah kecil terlebih dahulu dan menunggu reaksi tubuh selama sekitar 30 menit. Jika tidak ada reaksi yang muncul, maka ungkrung jati dapat dinikmati lebih banyak.
Ungkrung jati memang merupakan kuliner yang tidak biasa dan mungkin tampak ekstrem bagi banyak orang, tetapi di balik keunikannya, makanan ini menawarkan sejumlah manfaat kesehatan yang luar biasa.
Dengan kandungan protein yang tinggi, rendah lemak, dan kaya akan gizi, ungkrung jati bisa menjadi alternatif sumber protein yang ramah lingkungan.
Bagi Kawan GNFI yang penasaran, tidak ada salahnya untuk mencoba kuliner khas Gunungkidul ini. Siapa tahu, ungkrung jati bisa menjadi salah satu kuliner favorit yang memberikan manfaat baik bagi tubuh.
Jangan lupa untuk selalu mengonsumsinya dengan bijak dan tidak berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan tentu bisa menimbulkan dampak buruk. Dengan menikmati kuliner lokal seperti ini, kita tidak hanya merasakan cita rasa yang unik, tetapi juga turut mendukung pelestarian kearifan lokal yang ada di Indonesia!
Sumber artikel:
- https://yogyaku.com/ungkrung-jati/10631/
- https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-culinary/ungkrung/
- https://mijil.id/t/mengenal-enthung-jati-makanan-ekstrem-yang-digemari-masyarakat-gunungkidul/6265
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News