Artificial Intelligence (AI) memang telah memasuki ke segala aspek kehidupan manusia. Bahkan, AI disebut dapat merebut pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia. Salah satu bidang pekerjaan yang disebut-sebut akan digantikan oleh AI adalah dunia kepenulisan. Benar kah demikian?
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), sebuah organisasi profesi yang bidang humas dan komunikasi di Indonesia menegaskan, segala pekerjaan yang membutuhkan kemampuan komunikasi, tidak akan pernah bisa digantikan oleh AI.
Organisasi profesi yang didirikan pada 15 Desember 1972 ini mengungkapkan bahwa sekarang komunikasi bukan hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang. Komunikasi dapat berperan sebagai mesin yang mampu menggerakkan sebuah perubahan positif.
Dorongan perubahan ini dapat terjadi jika informasi-informasi yang diberikan tepat sasaran dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beragam strategi komunikasi yang dapat diterapkan dan disesuaikan dengan latar belakang masyarakat.
Kiprah Yudha Prawira Budiman, Dosen Unpad yang Jadi Penulis Utama di Jurnal Chemical Reviews Bersama Sederet Peneliti
Poin inilah yang tidak dapat dipenuhi oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sehingga AI tidak bisa menggeser manusia.
Bahkan, Boy Kelana, Ketua Perhumas Indonesia menekankan agar kemampuan komunikasi yang baik dimiliki oleh para pemimpin dunia. Harapannya, pemimpin-pemimpin ini memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh secara terarah dan berdampak positif.
“PR dan para pemimpin dunia, sebagai kekuatan yang tidak hanya memberikan pengaruh, namun juga pengaruh yang etis dan terarah yang memprioritaskan kebaikan bersama. Karena itu kami mendorong pemimpin dunia untuk menjadikan komunikasi sebagai mesin perubahan yang positif,” jelas Boy Kelana saat memberikan sambutan di hari kedua World Public Relations Forum 2024, Rabu (20/11/2024) di Nusa Dua, Bali.
Humas vs Algoritma Digital: Tantangan Nyata Praktisi Komunikasi di Era Dominasi AI
Apa Itu World Public Relations Forum?
World Public Relations Forum 2024 merupakan konferensi tingkat global di bidang hubungan masyarakat dan manajemen komunikasi. Forum ini mempertemukan para profesional, akademisi, dan pemimpin industri dari seluruh dunia.
Tahun ini, WPRF 2024 digelar di Bali selama 4 hari, mulai 19 – 22 November 2024 oleh Global Alliance menggandeng Perhumas dan Katadata Indonesia. WPRF 2024 dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. Ada sekitar 22 negara yang mengirimkan perwakilannya ke WPRF 2024.
Mengangkat tema “Pengaruh yang Bertujuan untuk Kebaikan Bersama?”,World Public Relations Forum 2024 menekankan mengenai kekuatan dan tanggung jawab yang menyertai para pelaku humas sehingga memiliki kemampuan untuk memengaruhi opini dan perilaku publik.
Lewat Buku, APPRI Ajak Masyarakat Menjelajahi Sejarah Public Relations di Indonesia
Humas Membangun Kepercayaan Publik Melalui Informasi yang Kredibel
Di era post-truth, humas dinilai memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi kredibel. Boy Kelana menekankan. Perhumas Indonesia memiliki kesempatan untuk membentuk narasi yang membangun kepercayaan, menginspirasi harapan, dan menyatukan orang-orang menuju solusi yang berkelanjutan.
“World Public Relations Forum juga akan mengeksplorasi kontribusi Indonesia terhadap ekosistem PR yang berkelanjutan dan tangguh,” jelas Boy.
Ia menambahkan, kepercayaan publik dapat diperoleh jika didasarkan pada satu prinsip utama, yakni komunikasi yang bertanggung jawab.
“Komunikasi yang bertanggung jawab berarti kita harus mampu mengelola informasi dengan bijak, menghindari penyebaran berita palsu, dan memastikan bahwa kita berkontribusi dalam diskusi yang konstruktif, mempromosikan inklusi dan keragaman,” ungkapnya.
Kisah Inspiratif dari Shinta Kamdani, Pemimpin Perempuan Pertama di Apindo
Humas atau PR Tidak Dapat Digantikan oleh AI
Sementara itu, Presiden Global Alliance Justin Green menegaskan, kecerdasan buatan tidak akan bisa menggantikan pekerjaan manusia meskipun lanskap komunikasi saat ini sudah berubah dengan hadirnya kecerdasan buatan.
“AI tidak akan mengambil pekerjaan. Orang yang tidak tahu cara menggunakan AI akan kehilangan pekerjaan. Masa depan kecerdasan buatan adalah kecerdasan emosional,” jelas Justin.
Justin tidak menampik bahwa hadirnya AI turur membantu pekerjaan manusia, termasuk para pelaku public relations. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan AI di lingkup humas, khususnya Globl Alliance, didasarkan pada kode etik global serta prinsip-prinsip yang etis dan bertanggung jawab. Harapannya, AI akan membawa profesi humas ke masa depan yang lebih baik.
“Jadilah sumber informasi yang terpercaya. Kata-kata Anda memiliki kekuatan untuk membuat sejarah. Namun hari ini, Anda tidak berbicara dengan kata-kata. Anda berbicara dengan tindakan Anda,” tegas Justin.
Menakar Kredibilitas Humas Indonesia, Perhatikan Titelnya?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News