Hubungan masyarakat (humas) atau public relations memiliki peran yang sangat penting. Sesuai dengan namanya, humas bertugas untuk memberikan informasi-informasi penting dari perusahaan atau organisasi kepada masyarakat.
Harapannya, informasi yang disiarkan humas tersebut nantinya dapat berguna bagi masyarakat luas.
Saat ini, public relations menjadi peran yang cukup krusial. Hampir setiap perusahaan ataupun organisasi membutuhkan humas sebagai perpanjangan tangan terkait kebijakan, inovasi atau informasi lain kepada masyarakat. Oleh karena itu, posisi public relations saat ini kerap dicari dan diminati.
Kehumasan di Indonesia rupanya telah berkembang sudah cukup lama. Sebagaimana dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), perkembangan humas di Indonesia telah dimulai sejak 1950. Saat itu, Jurusan Ilmu Komunikasi UGM disebut menjadi pionir dalam pengajaran dan edukasi terkait humas.
Pada masa itu, mahasiswa Ilmu Komunikasi dipersiapkan untuk mengisi jabatan di Kementerian Penerangan. Sekarang, humas atau public relations menempati di berbagai lini perusahaan, tidak hanya kementerian ataupun pemerintahan, tetapi juga sektor swasta atau bahkan lembaga swadaya.
Menakar Kredibilitas Humas Indonesia, Perhatikan Titelnya?
Menilik Kembali Perkembangan Public Relations di Indonesia
Perkembangan humas di Indonesia dapat dibilang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan organisasi humas di Indonesia yang cukup beragam, mulai dari Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS), Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), ASEAN Public Relations Network (APRN), dan masih banyak lagi.
Tidak hanya itu, tumbuhnya public relations juga diiringi dengan bertumbuhnya jumlah perusahaan yang berhubungan dengan humas, seperti konsultan PR, perusahaan monitoring pemberitaan serta percakapan digital, perusahaan-perusahaan pemikir strategis, produsen konten digital, dan masih banyak lagi – yang menjadikan keluarga besar praktisi komunikasi dan kehumasan semakin besar.
Melihat geliat peran public relations yang sangat pesat, Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) baru saja secara resmi meluncurkan buku Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa, di Gedung Yustinus Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta (5/11). Peluncuran buku ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Road to World Public Relations Forum (WPRF) 2024 yang akan diselenggarakan pada 19-22 November 2024 mendatang di Bali.
Humas vs Algoritma Digital: Tantangan Nyata Praktisi Komunikasi di Era Dominasi AI
Buku Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa ini berisi berbagai pengetahuan mengenai sejarah serta perkembangan sektor public relations di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun lalu.
Ditulis melalui berbagai metode: studi literatur, pengumpulan data yang mendalam, dan disertai wawancara terhadap para pelaku sejarah, buku ini disusun oleh tim yang profesional, terdiri dari Jojo S. Nugroho (Ketua Umum APPRI 2021-2024), Asti Putri (Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan APPRI 2021-2024) dan Hannie Kusuma (Anggota Bidang Penelitian & Pengembangan APPRI 2021-2024).
Mereka telah melakukan wawancara terhadap lebih dari 60 narasumber mulai dari praktisi kehumasan, pejabat, akademisi, dan sejarawan, untuk menggali perjalanan panjang profesi kehumasan di Indonesia sejak masa pra-kemerdekaan hingga era digital saat ini – termasuk perubahan praktik yang signifikan melalui masa pandemi.
Dinamika Jurnalis dan Surat Kabar Tionghoa Berbahasa Melayu di Makassar
Komitmen APPRI untuk Mendokumentasikan Peran Public Relations
Hadirnya buku Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa ini merupakan bagian dari komitmen APPRI untuk mendokumentasikan peran strategis public relations (PR) di berbagai zaman dan di berbagai sektor pembangunan. Buku ini tentunya bertujuan untuk mengajak masyarakat agar mengetahui perjalanan panjang humas di Indonesia.
“Penyusunan buku ini adalah wujud penghargaan kami terhadap perjuangan dan kontribusi para praktisi PR dalam mengembangkan sektor komunikasi, kehumasan dan informasi di Indonesia. APPRI optimis bahwa buku ini tidak hanya menjadi referensi penting tetapi juga sebagai pengingat akan tanggung jawab para praktisi untuk terus menjaga integritas dan kualitas komunikasi publik di tanah air,” tegas Sari Soegondo, Ketua Umum APPRI.
Dokumentasi perjalanan public relations lewat buku ini bukan hanya sebagai media untuk merunuti sejarah masa lalu, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran dari berbagai tantangan yang dihadapi sehingga harapannya solusi dan praktik baik dapat tercipta dari masa ke masa, sesuai dengan perkembangan zaman.
“Seringkali kita lupa bahwa untuk maju ke depan, kita perlu melihat ke belakang dan belajar dari pengalaman yang lalu. Apa saja pencapaian kita dalam industri PR dan seberapa jauh perkembangan industri PR di Indonesia sejak awal kemerdekaan, memasuki era reformasi, hingga masa pandemi dan era digital. Berdasarkan sejarah PR di Indonesia dari masa ke masa, kita akan mampu menempatkan tantangan industri pada konteksnya sehingga tidak kehilangan arah,” jelas Laurentius Iwan Pranoto, Head of PR, Marcomm and Event, Asuransi Astra.
Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan dengan Gelar Pahlawan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News