Di antara ribuan kesenian tradisional yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia, tari manimbong dari Suku Toraja adalah salah satu wujud kesenian budaya yang memikat dan memiliki pesan mendalam, mencerminkan keunikan dari tiap daerah yang sarat akan makna. Tari ini ditampilkan di salah satu rangkaian upacara adatnya yang sangat terkenal, yaitu Rambu Tuka' (upacara rasa syukur).
Indonesia memang merupakan negeri yang menyimpan beragam kebudayaan di tiap sudutnya, menampilkan keanekaragaman suku, ras, bahasa, budaya, dan kesenian tradisional yang tetap hidup dalam keseharian masyarakat hingga kini. Jadi, tak heran jika Tari Manimbong menjadi salah satu daya tarik budaya yang memperkaya identitas Indonesia di mata dunia.
Simak artikel berikut untuk mengenal Tari Manimbong secara lebih lengkap!
Makna Tari Manimbong
Tari manimbong bukan sekedar pertunjukan visual yang menawan, tetapi juga menyimpan nilai-nilai dan filosofi mendalam. Perlu diketahui, tarian ini tidak bisa dipentaskan secara sembarangan. Menurut hukum dan adat Suku Toraja, tarian ini hanya diperbolehkan tampil saat upacara Rambu Tuka’, yaitu upacara yang merayakan kegembiraan atau syukur, seperti saat peresmian rumah (Tongkonan) dan pelaksanaan pesta panen.
Makna tari manimbong sendiri adalah sebagai ungkapan rasa syukur yang ditunjukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur atas berkat yang melimpah bagi masyarakat Toraja. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, fungsi tari manimbong ini dianggap sebagai suatu ibadah dengan syair doa-doa mengucap syukur.
Karena upacara Rambu Tuka’ hanya diadakan pada bulan-bulan tertentu, seperti bulan Juni, Juli, dan Desember, jadi Tari Manimbong mungkin jarang dikenal oleh masyarakat luar.
Baca juga: 10 Hal Unik Yang Perlu Kalian Tahu Dari Tana Toraja
Asal-Usul Tari Manimbong
Asal-usul tari manimbong sendiri adalah tarian tradisional yang berasal dari Suku Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan. Tarian ini memiliki akar budaya yang mendalam dan telah diwariskan secara turun-temurun sebagai bagian dari rangkaian upacara adat Suku Toraja.
Gerakan Tari Manimbong
Tari Manimbong biasanya dipentaskan bersama Tari Ma’dandan yang dibawakan oleh sekelompok wanita dewasa. Tarian ini diperankan oleh sekelompok pria berjumlah 20-30 orang. Durasi pementasan tari manimbong adalah berkisar 7 hingga 10 menit, tergantung pada variasi gerakan yang diarahkan oleh pemimpin tari.
Dikutip dari jurnal Pendidikan dan Kajian Seni berjudul “Eksistensi Tari Manimbong Dalam Upacara Rambu Tuka’ Masyarakat Toraja”, pementasan dimulai dengan penari Ma’dandan yang berjalan memasuki pelataran tongkonan (rumah adat yang diresmikan), sambil menghentakkan tongkat ke tanah.
Kemudian, disusul para penari Manimbong memasuki pelataran sambil membunyikan tameng kecil (sarong simbong). Setelah para penari berkeliling, mereka berjejer di tengah pelataran, lalu para penari pria dan wanita saling bertukar posisi, maju dan mundur, sambil bergerak berdiri dan berlutut dengan gerakan kaki yang seirama.
Uniknya, tari manimbong tidak diiringi oleh alat musik tradisional. Suara ritmis yang dihasilkan dari tameng dan koin menjadi alunan ritme khas yang mengiringi para penari.
Selain bunyi ritmis dari properti tari, para penari manimbong juga akan menyanyi syair-syair ucapan rasa syukur sehingga menciptakan suasana yang kuat dan menambah keunikan dari pementasan tarian ini.
Baca Juga: Mengenal Lamaran Suku Toraja, Benarkah Mahal?
Properti Tari Manimbong
Tari manimbong memanfaatkan berbagai properti dengan elemen khas yang menambah keunikan dan kedalaman makna dari tarian ini. Dilansir dari jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, penari manimbong mengenakan pakaian tradisional khusus seperti Bayu Pokko' dan Seppa Tallu Buku yang didominasi warna kuning. Kostum tersebut dilengkapi dengan selempang kain antik bernama mawa' yang memberikan sentuhan khas pada tampilan para penari. Dikenakan pula hiasan kepala terbuat dari bulu burung bawan atau bulu ayam yang menambah keanggunan dan keunikan para penari.
Selain kostum, properti penting lainnya adalah parang khas Toraja (la'bo' pinai), tameng dengan ukiran tradisional Toraja (sarong simbong) dengan hiasan tali menjuntai (ikko'na), dan koin yang juga diikat pada tameng. Semua properti ini berperan dalam memperkuat kesan visual saat penampilan Tari Manimbong.
Baca juga: Sejarah Rumah Tongkonan, Rumah Adat Sulawesi Selatan yang Disakralkan Suku Toraja
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News