Pulau Mintin merupakan salah satu gugusan pulau yang ada di wilayah Kalimantan Tengah. Terdapat sebuah legenda yang ada di Pulau Mintin yang menceritakan tentang kutukan raja yang memerintah pada zaman dahulu kepada kedua putranya.
Bagaimana kisah lengkap dari Legenda kutukan raja Pulau Mintin tersebut?
Legenda Kutukan Raja Pulau Mintin
Dikutip dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, pada zaman dahulu hiduplah seorang raja yang memiliki kekuasaan di wilayah Pulau Mintin. Raja ini dikenal sebagai raja yang arif dan bijaksana.
Rakyat Pulau Mintin sangat mencintai raja ini. Sebab mereka bisa hidup sejahtera di bawah kepemimpinan raja tersebut.
Raja ini memiliki dua orang anak kembar dari pernikahannya dengan sang ratu. Dua anak kembarnya ini dia beri nama Buaya dan Naga.
Kedua putra raja ini diberikan pendidikan yang baik oleh sang raja. Kelak mereka lah yang akan menggantikan dirinya sebagai pemimpin di wilayah tersebut.
Pada suatu hari, sang ratu meninggal dunia akibat sakit yang dia derita. Meninggalnya sang ratu cukup berdampak kepada raja.
Sang raja selalu merasa sedih dan duka semenjak sepeninggalan istrinya. Setiap hari dia selalu merenung memikirkan kenangan bersama mendiang ratu.
Hal ini mengakibatkan kesehatan sang raja menurun. Akibatnya dirinya tidak bisa menjalankan tugas sebagai pemimpin dengan baik.
Sang raja kemudian menyadari kondisinya yang tidak baik-baik saja. Akhirnya dirinya memutuskan untuk pergi berlayar agar bisa menghibur hatinya yang sedang berduka.
Tonggak kepemimpinan kemudian diserahkan sementara kepada kedua anaknya, yakni Buaya dan Naga. Sang raja berpesan agar kedua anak kembarnya ini bisa memimpin dengan baik tanpa merugikan masyarakat yang ada di Pulau Mintin.
Kedua putra kembarnya ini kemudian menyanggupi pesan sang raja. Akhirnya sang raja pergi berlayar untuk menghibur hatinya yang tengah berduka.
Meskipun sang raja memiliki sifat yang arif dan bijaksana, hal ini tidak turun sepenuhnya kepada kedua putranya. Sifat sang raja yang baik, tidak sombong, suka membantu, dan tidak menghambur-hamburkan uang hanya turun kepada Buaya.
Sebaliknya Naga memiliki sifat yang bertolak belakang. Si Naga terkenal memiliki sifat culas, suka berjudi, dan berfoya-foya.
Hal ini ternyata terbawa ketika dirinya diserahkan tampuk kepemimpinan. Si Naga tetap suka melakukan sifat buruknya tersebut.
Buaya tidak suka dengan sifat saudara kembarnya tersebut. Akhirnya Buaya menegur sifat Naga secara langsung.
Namun Naga tidak mau mendengar nasihat saudaranya. Akhirnya Buaya merasa marah dan memutuskan untuk melawan Naga.
Pertempuran antara kedua saudara kembar ini akhirnya pecah. Pertempuran ini merugikan masyarakat dan memisahkan mereka ke dalam dua kubu berbeda.
Sementara itu, sang raja memiliki firasat yang tidak enak terhadap kerajaan yang dia tinggalkan. Akhirnya sang raja memutuskan untuk kembali pulang lebih cepat dari biasanya.
Benar saja, ketika sang raja sampai di Pulau Mintin, dia melihat pertempuran yang tengah terjadi antara Buaya dan Naga. Sang raja kemudian memanggil kedua putranya tersebut menghadap dirinya.
Sang raja merasa marah kepada kedua putranya. Sebab Buaya dan Naga tidak bisa menjaga amanah yang dia berikan.
Bahkan pertempuran yang mereka lakukan justru merugikan masyarakat Pulau Mintin. Akhirnya sang raja memutuskan mengutuk kedua putranya sesuai dengan namanya.
Sang raja menghukum Buaya menjadi seekor buaya. Namun sang raja memberikan hukuman yang tidak terlalu berat kepada putranya tersebut karena masih memiliki sifat baik di dalam dirinya.
Buaya kemudian dihukum untuk menjaga Pulau Mintin. Sebaliknya Naga dikutuk dan dikirim ke wilayah Sungai Kapuas.
Naga dikutuk menjadi sosok penjaga dari Sungai Kapuas. Dirinya mesti menjaga sungai tersebut untuk tidak ditumbuhi cendawan bantilung.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News