mengungkap bengawan solo desa simorejo widang tuban jatim - News | Good News From Indonesia 2024

Mitos "Kalap" Sosok Gaib di Bengawan Solo, Hilangnya Para Anak Kelahiran Luar Tanah Jawa di Desa Simorejo, Tuban

Mitos "Kalap" Sosok Gaib di Bengawan Solo, Hilangnya Para Anak Kelahiran Luar Tanah Jawa di Desa Simorejo, Tuban
images info

Di tepi Bengawan Solo, tepatnya di Desa Simorejo, Tuban, Jawa Timur, beredar mitos yang telah bertahan turun-temurun mengenai sosok gaib bernama "Kalap." Mitos ini dipercaya sebagai penjelmaan kekuatan mistis yang sering kali dikaitkan dengan hilangnya anak-anak yang lahir di luar Tanah Jawa.

Fenomena tersebut membuat warga desa setempat merasa cemas, terutama saat musim hujan ketika debit air Bengawan Solo naik, seolah-olah "Kalap" tengah mencari mangsanya.

Asal-usul Mitos "Kalap"

Cerita tentang "Kalap" berawal dari kisah-kisah para sesepuh desa yang mengatakan bahwa arwah penunggu Bengawan Solo selalu mencari tumbal manusia, khususnya anak-anak yang lahir di luar Tanah Jawa. Sosok Kalap digambarkan sebagai makhluk gaib yang mendiami dasar sungai, berwujud besar dengan mata merah menyala, siap menyeret korbannya ke dasar sungai.

Sama-Sama di Jateng, Ini Beda Mitos Antara Watu Manten yang di Klaten dan Karanganyar

Menurut kepercayaan masyarakat, "Kalap" mulai marah ketika ada anak-anak yang lahir di luar Pulau Jawa, tinggal di desa tersebut. Kalap dianggap tidak suka dengan kehadiran mereka dan akan mengambil mereka sebagai bentuk ‘pengorbanan’ untuk menjaga keseimbangan antara alam gaib dan dunia nyata.

Hilangnya Anak-Anak Kelahiran Luar Pulau Jawa

Peristiwa hilangnya anak-anak di Desa Simorejo sering kali dikaitkan dengan mitos Kalap ini. Keluarga yang baru pindah ke desa, terutama yang berasal dari luar Tanah Jawa, sering diperingatkan oleh warga setempat untuk melakukan ritual adat sebagai bentuk penghormatan kepada penunggu Bengawan Solo.

Jika ritual ini tidak dilakukan, maka dipercaya Kalap akan datang pada malam hari untuk menjemput sang anak. Beberapa warga mengaku telah mengalami kehilangan anak secara misterius, di mana anak-anak tersebut hilang tanpa jejak setelah bermain di sekitar sungai.

Cerita hilangnya anak-anak ini semakin memperkuat keyakinan masyarakat akan keberadaan Kalap. Menurut beberapa saksi, sebelum hilangnya seorang anak, sering terdengar suara angin kencang dan suara air sungai yang bergemuruh, seolah-olah ada kekuatan besar yang datang.

Ritual Penangkal

Untuk menangkal ancaman Kalap, warga Desa Simorejo melakukan beberapa upacara adat, termasuk memberi sesajen di tepi Bengawan Solo. Biasanya sesajen berupa kembang tujuh rupa, ayam jantan hitam, dan dupa. Ritual ini dipimpin oleh dukun desa atau sesepuh yang memiliki pengetahuan tentang alam gaib setempat.

Mitos Pawang Hujan: Seluk Beluk hingga Pandangan Menurut Hukum Islam

Upacara dilakukan dengan harapan bahwa Kalap tidak akan mengganggu anak-anak di desa, terutama mereka yang lahir di luar Tanah Jawa. Orang tua yang baru pindah ke desa tersebut juga disarankan untuk menjalani ritual khusus untuk melindungi anak-anak mereka dari mara bahaya yang dibawa oleh "Kalap".

Pengaruh Mitos dalam Kehidupan Sehari-Hari

Mitos Kalap telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Simorejo. Kepercayaan ini mengakar kuat dan memengaruhi cara pandang mereka terhadap Bengawan Solo.

Warga setempat cenderung menghindari sungai pada malam hari. Mereka melarang anak-anak bermain di dekat sungai tanpa pengawasan orang dewasa, terutama jika mereka berasal dari luar Pulau Jawa.

Kisah-kisah tentang Kalap masih menjadi bahan obrolan di kalangan warga, terutama saat ada keluarga baru yang datang. Meskipun tidak semua orang mempercayai sepenuhnya. Akan tetapi, rasa hormat dan waspada terhadap mitos ini tetap dijaga sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur dan keseimbangan alam.

Mitos Kalap di Bengawan Solo mengajarkan masyarakat Desa Simorejo untuk tetap berhati-hati dan menghormati kekuatan alam yang tak terlihat. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, mitos ini menjadi salah satu aspek budaya yang menjaga kesatuan dan keharmonisan warga desa dengan lingkungan mereka.

Mitos Dusun di Banjarnegara, Ditakuti Pejabat karena Bisa Buat Lengser Jabatan Bila Dikunjungi

Bagi mereka yang tinggal di sekitar Bengawan Solo, kisah ini tidak sekadar legenda, melainkan peringatan untuk selalu menjaga adat dan kearifan lokal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AC
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.