Industri kemasan memegang peran strategis dalam mendukung berbagai sektor, mulai dari makanan, minuman, farmasi, hingga e-commerce. Selain berfungsi sebagai pelindung produk, kemasan juga menjadi bagian penting dari pemasaran dan branding.
Seiring dengan perubahan gaya hidup dan peningkatan konsumsi produk siap saji, industri ini terus berkembang dan menghadirkan inovasi sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kemasan modern menggunakan material seperti kertas, karton, plastik fleksibel dan rigid, kaca, hingga logam. Saat ini, flexible plastics mendominasi pasar global dengan pangsa 44%, diikuti oleh paperboard (28%) dan rigid plastic (14%).
Di Indonesia, permintaan akan kemasan berbahan kertas dengan standar food grade terus meningkat, khususnya di sektor makanan dan minuman.
"Ini menjadi peluang besar bagi produk seperti containerboard dan boxboard untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus bertumbuh,” ujar Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro, saat membuka pameran ALLPack Indonesia dan ALLPrint Indonesia 2024 di Jakarta.
Industri Gim Nasional Terus Digenjot, Apa Saja Inisiatif Pemerintah?
Semakin Dibutuhkan, Semakin Diinginkan
Permintaan akan kemasan tumbuh pesat, didorong oleh berkembangnya industri makanan, minuman, dan farmasi. Perubahan perilaku konsumen yang beralih ke produk siap saji dan layanan e-commerce juga menjadi faktor signifikan.
Selain itu, konsumen kini lebih peduli pada keamanan produk dan mengutamakan kemasan yang melindungi dari kontaminasi.
“Ekonomi digital dan pertumbuhan industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods) memberikan momentum besar bagi industri kemasan untuk mempercepat inovasi,” tambah Putu.
Tren ini juga sejalan dengan meningkatnya jumlah startup produk, yang menciptakan permintaan akan kemasan berkualitas dan kreatif.
Ubah Limbah Jadi Berkah, Industri Daur Ulang Indonesia Punya Potensi Besar Cetak Jutaan Tenaga Kerja
Tantangan dalam industri
Meskipun potensinya besar, industri kemasan di Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan . Salah satu masalah signifikan adalah praktik bundling, di mana mesin pengemasan dijual bersama bahan baku kertas dalam satu paket. Hal ini menghambat penyerapan bahan lokal karena pelaku industri terikat untuk menggunakan material impor.
Selain itu, biaya investasi untuk teknologi modern masih menjadi hambatan bagi produsen lokal. Banyak produsen kecil dan menengah kesulitan mengakses mesin canggih yang diperlukan untuk mengikuti perkembangan pasar.
Efisiensi rantai pasok juga menjadi tantangan besar. Keterbatasan akses bahan baku berkualitas tinggi di dalam negeri sering menyebabkan ketergantungan pada impor, yang memengaruhi biaya dan waktu produksi. Dalam kondisi seperti ini, kolaborasi antarsektor diperlukan untuk memperkuat ekosistem industri kemasan di dalam negeri.
Langkah Nyata Dunia Fashion untuk Revolusi Industri Tekstil Indonesia Melalui Solusi Sirkular
Inovasi Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular
Permintaan konsumen terhadap produk ramah lingkungan semakin meningkat, mendorong industri kemasan bertransformasi menuju keberlanjutan.
Penggunaan konsep ekonomi sirkular—reduce, reuse, recycle, dan recovery—menjadi solusi penting untuk menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan dan mendukung bisnis berkelanjutan.
Pelaku industri diharapkan melakukan diversifikasi produk dengan mengadopsi material baru seperti bioplastik atau kertas daur ulang
Selain itu, teknologi inovatif seperti kemasan pintar (smart packaging) juga sedang berkembang, memungkinkan kemasan untuk memberikan informasi lebih, seperti status kesegaran produk atau keamanan pangan.
“Transfer teknologi dari produsen luar negeri kepada produsen lokal harus dipercepat agar daya saing meningkat,” ujar Putu.
Industri Keramik, Pilar Baru Ekonomi Indonesia di Kancah Global
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News