puntadewa tokoh wayang ksatria brahmana berdarah putih - News | Good News From Indonesia 2024

Puntadewa, Tokoh Wayang Ksatria Brahmana Berdarah Putih

Puntadewa, Tokoh Wayang Ksatria Brahmana Berdarah Putih
images info

Puntadewa adalah salah satu dari beberapa tokoh wayang yang memiliki darah putih. Ia merupakan manusia suci yang jujur dan insan kamil yang memiliki ilmu dan kesaktian tinggi, tetapi tidak pernah marah, dan tidak pendendam walau disakiti.

Kawan GNFI, kepribadiannya sungguh menarik bukan?

Kelahiran dan Masa Remaja Puntadewa

Samiaji dan Wijakangka adalah nama-nama lain dari Puntadewa, yang merupakan putra Prabu Pandudewanata (Raja Astinapura) dan Dewi Kunti. Ia adalah sulung dari Pandawa Lima.

Prabu Pandu Dewanata mengharapkan seorang putra yang memiliki watak Brahmana, tulus, suci dan berbudi luhur. Maka, Kunti mendatangkan Batara Darma yang merupakan Dewa Kebajikan, Kebenaran, dan Keadilan. Karena itu, Puntadewa juga mempunyai nama sebagai Darmaputera, yang artinya putra Dewa Darma.

Ketika Prabu Pandu wafat, ia dan saudara-saudaranya belajar dari para sesepuh dan guru di lingkungan istana. Ketika beranjak remaja, ia dibawa ibunya untuk belajar dengan kakeknya yang bernama Resi Wiyasa atau Begawan Abyasa di Pertapaan Wukir Retawu.

Meskipun Korawa pernah ingin membunuh Pandawa, ia sama sekali tidak memiliki rasa dendam pada mereka. Tidak pernah berprasangka buruk kepada Korawa, yang ada hanyalah keinginan agar Pandawa dapat hidup rukun bersama Korawa.

Resi Wiyasa pernah mengatakan padanya bahwa dalam kurun 14 tahun mendatang, akan terjadi suatu perang dahsyat yang akan menewaskan ratusan raja dan membunuh jutaan prajurit lainnya. “Bencana ini timbul karena permusuhan antara Pandawa dan Korawa,” tutur kakeknya itu.

Kata-kata kakeknya ini sangat membekas di hatinya. Ia membayangkan jika perang itu terjadi, maka begitu besar kerusakan yang akan timbul. Betapa banyak korban manusia, kuda-kuda tunggangan dan harta benda yang akan hancur. Karena itu, ia harus dapat menghindari terjadinya perang ini at any cost.

Meneladani Dewi Kunti, Ibu Para Satria Pandawa

Perkawinan Puntadewi dengan Dewi Drupadi

Istri Puntadewa bernama Dewi Drupadi, putri dari Prabu Drupada yang mana adalah Raja Cempalareja. Kala itu, para Pandawa yang sedang menyamar, ikut dalam sayembara yang diadakan Prabu Drupada dalam rangka untuk mencari jodoh bagi putrinya itu.

Arjuna berhasil memenangkan sayembara itu, namun Dewi Drupadi diserahkan kepada Puntadewa sebagai kakak tertua mereka. Perkawinan Puntadewa dengan Dewi Drupadi ini lahir seorang putra yang bernama Raden Pancawala, yang kelak terbunuh setelah Bharata Yudha berakhir.

Membangun Kerajaan Amarta

Dalam Babad Wanamarta, yaitu kisah pembukaan hutan atau babat alas Wanamarta, mereka sempat bertempur dengan para jin penguasa hutan itu. Ternyata hutan itu secara gaib merupakan kerajaan jin yang bernama Mertani dengan rajanya yang bernama Prabu Yudhistira.

Puntadewa dan para Pandawa berhasil mengalahkan mereka. Sebelum kematiannya, sang raja jin menyerahkan Kerajaan Mertani kepada Puntadewa dan ia ingin menyatu dalam tubuhnya. Untuk menghormati raja jin itu, maka Puntadewa menggunakan nama Prabu Yudhistira saat memerintah negara Amarta yang dibangun di wilayah kekuasaan raja jin tersebut.

Selain memiliki kesaktian, Puntadewa juga memilik senjata pamungkas yang bernama Jamus Kalimasada.

Puntadewa Bermain Dadu

Permainan judi dalam bentuk apapun akan membuat sengsara. Akibat bermain dadu jugalah yang membuat Puntadewa kehilangan segala-galanya. Agak aneh jika seorang Puntadewa yang berwatak Ksatria Brahmana mau menerima ajakan Patih Sangkuni dan Duryudana untuk bermain dadu.

Puntadewa menerima ajakan main dadu bukan karena ingin berjudi untuk menguasai Kerajaan Astina, tetapi lebih pada niatan agar Korawa merasa senang dan mungkin dapat mengurangi rasa permusuhan Korawa terhadap Pandawa. Bila ini terjadi, maka perang besar dapat dihindari.

Dalam permainan dadu yang tidak jujur itu, Korawa bukan saja mendapatkan Kerajaan Astina, ia juga menjadikan Pandawa dan Drupadi sebagai budak mereka. Bahkan pada peristiwa ini, Korawa sempat melecehkan Drupadi.

Akibat dari permainan dadu ini, Pandawa juga harus menjalani hukuman mengasingkan diri di hutan selama belasan tahun dan harus bersembunyi dalam penyamaran. Kawan GNFI, sungguh naas nasib Pandawa.

Peranan Puntadewa dalam Bharata Yudha

Prabu Puntadewa memiliki andil yang besar bagi kemenangan Pandawa dalam Bharata Yudha. Ia menjadi penyebab terbunuhnya Pandita Durna dan juga berhasil membunuh Prabu Salya dalam perang tanding.

Ketika Pandita Durna menjadi senopati Korawa, tidak ada yang mampu menandinginya, Sri Kresna yang menjadi penasehat Pandawa. Kemudian, ia memerintahkan Bima untuk mencari dan membunuh gajah tunggangan Raja Malawati, salah satu raja pendukung Korawa, yang namanya sama persis dengan nama putra Pandita Durna, yaitu Aswatama.

Kresna, Manusia Bijak Setengah Dewa

Akhirnya, Bima menemukan Raja Malawati yang sedang menunggang Gajah Aswatama. Tanpa buang waktu, Bima langsung memukulkan senjata gada pemusnahnya pada raja itu dan gajahnya. Keduanya tewas seketika.

Bima lalu berteriak: “Aswatama mati!" Teriakan ini lalu diikuti oleh seluruh pasukan Pandawa secara bersahut-sahutan. Pandita Durna yang mendengar teriakan ini menjadi bingung dan hilang konsentrasinya. Semua yang ditanyakan menjawab, Aswatama telah mati.

Ia coba mencari kebenaran itu dengan menanyakan pada Puntadewa yang terkenal jujur. Faktanya, Aswatama adalah sebuah nama seekor gajah dan juga nama putra sang pandita. Ketika Resi Durna bertanya apakah Aswatama telah mati? Puntadewa menjawabnya dengan anggukan.

Seketika itu juga Resi Durna jatuh lunglai terduduk di tanah. Ketika melihat momen ini, Drestajumena, yang menjadi senopati pihak Pandawa langsung memenggal kepala Resi Durna. Tewaslah resi yang menjadi guru Pandawa dan Kurawa.

Peranan penting Puntadewa lainnya adalah saat Prabu Salyapati menjadi senopati Korawa yang tidak tertandingi. Sebab, dirinya memiliki Aji Candrabirawa yang dapat mengeluarkan ribuan raksasa dari tubuhnya. Raksasa itu bila terkena senjata akan menggandakan dirinya.

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Wajangpop_voorstellende_Prabu_Salya_TMnr_A-4607t-1.jpg
info gambar

Kali ini, Prabu Kresna meminta Puntadewa untuk maju menghadapi Prabu Salya. Kresna mengetahui bahwa Prabu Salya dan raksasa-raksasa dari Aji Chandrabirawa hanya akan tunduk pada ksatria yang memiliki darah putih.

Ketika Puntadewa maju berhadapan dengan Prabu Salya, maka perlahan lahan raksasa-raksasa itu mulai mengecil dan menghilang dari pandangan. Lalu ia pun memanah Prabu Salya.

Prabu Salya ini sesungguhnya telah menunggu kedatangan Puntadewa untuk menjemput kematiannya, sesuai dengan kutukan ayah mertuanya, bahwa Ia akan mati terbunuh oleh ksatria pinandito yang memiliki darah putih.

Refrensi :

  1. Sucipto, Mahendra (2009). Ensiklopedia Tokoh-tokoh Wayang & Silsilahnya. Yogyakarta: Narasi.
  2. Kresna, Ardian (2012). Mengenal Wayang. Yogyakarta: Laksana.
  3. Soetarno, R. (1994). Ensiklopedia Wayang. Semarang: Dahara Prize.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JE
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.