Dewi Kunti merupakan salah satu tokoh wayang wanita yang memiliki peranan penting dalam kisah Mahabarata. Ia merupakan ibu dari para Pandawa yang menjadi tokoh satria berbudi luhur dan berperan sentral dalam kisah keluarga Barata itu.
Masa Remaja Dewi Kunti
Dewi Kunti merupakan putri dari Raja Suraraja. Ia kemudian diangkat anak oleh Raja Kuntiboja, yang mana memerintah Kerajaan Mandura. Dewi Kunti juga dikenal dengan nama Prita atau Kuntinalingbrata.
Saat remaja, ia berguru pada resi sakti yang bernama Druwasa. Selama itu, Dewi Kunti memperlihatkan keseriusannya, sehingga sang pandita menganugerahinya mantra sakti bernama Sabda Tunggal Wekasing Rasa Tanpo Lawan. Mantra ini dapatmendatangkan dewa manapun yang diinginkan.
Resi Druwasa mengingatkan Kunti agar tidak membaca mantra itu secara sembarangan. Hanya saj a, suatu ketika, Kunti yang masih berusia muda itu ingin membuktikan kehebatan mantra sakti itu. Gadis itu membaca dengan penuh agar harap dapat bertemu dengan Batara Surya, sang dewa matahari.
Tahukah Kawan GNFI, apa yang terjadi? Dewi Kunti hamil! Seluruh istana gempar. Untungnya, Resi Druwasa dan Batara Surya berkenan menolongnya. Dewi Kunti melahirkan bayinya melalui telinga.
Anak itu diberi nama Basukarna atau Karna yang berarti telinga. Untuk menjaga nama baik istana, bayi tersebut dibuang di Sungai Yamuna dan kelak ditemukan oleh seseorang yang bernama Adirata.
, via Wikimedia Commons" width="100%">
Sayembara Memperebutkan Dewi Kunti
Karena kecantikannya, banyak pangeran dan raja yang hendak melamar Kunti. Namun, semua ditolaknya. Akhirnya diadakanlah sayembara yang dimenangkan oleh Narasoma, Putra Mahkota Madraka.
Narasoma sendiri sebenarnya mengikuti sayembara hanya untuk menguji kesaktiannya, bukan untuk mencari jodoh.
Karena itu, meskipun telah memenangkan sayembara, ia tetap membuka kompetisi tersebut. Barang siapa dapat mengalahkannya, maka pemenangnya berhak memperistri Kunti dan adik kandung Narasoma, Dewi Madrim.
Seorang Raja Astina yang bernama Pandu Dewanata ikut serta dalam sayembara ini. Ia merupakan keturunan dari Resi Manumayasa. Hasilnya, Sang Raja berhasil mengalahkan Narasoma yang sombong itu. Alhasil, Dewi Kunti dan Dewi Madrim diperistri oleh Pandu sekaligus.
Dari perkawinan ini, Dewi Kunti memperoleh 3 putra yang diberi nama Yudistira, Bimasena dan Arjuna. Sedangkan Dewi Madrim mendapatkan dua anak yang bernama Nakula dan Sadewa. Kelima anak lelaki ini dikenal dengan nama Pandawa Lima.
Seni dan warisan wayang kulit dalam kearifan lokal
Kematian Suami Dewi Kunti
Suatu ketika, Pandu melakukan kesalahan dengan membunuh sepasang kijang yang sedang bermesraan. Padahal, sesungguhnya binatang tersebut merupakan penjelmaan dari Resi Kimindana dan istrinya. Sebelum ajal, sang resi mengutuknya, bahwa kelak Pandu juga akan mati saat bermesraan dengan istrinya.
Hingga suatu ketika, saat Pandu bermesraan dengan Dewi Madrim, ia tewas seketika. Dewi Madrim lalu melakukan Bela Pati, yaitu terjun ke dalam api saat uapacara pembakaran jenazah Raja Pandu.
Sepeninggal keduanya, Kunti sendirilah yang merawat Pandawa Lima yang saat itu masih berusia muda. Karena putra mahkota belum dewasa, maka tahta tersebut sementara dipegang oleh kakak Pandu yang bernama Destarata—yang buta—hingga Pandawa dewasa. Destarata sendiri memiliki istri yang bernama Dewi Gendari. Mereka memiliki 100 orang anak yang dikenal dengan nama Kurawa.
Nampaknya, Dewi Gendari dan adiknya yang bernama Sangkuni memiliki niat jahat. Ia ingin agar tahta itu diberikan kepada anak tertuanya yang bernama Suyudana. Niat jahat inilah yang mendorong mereka untuk menyingkirkan para Pandawa dengan cara apapun.
Petualangan Dewi Kunti Bersama Pandawa
Dalam lakon Bale Sigala Gala, Suyudana dan Sangkuni menjebak para Pandawa dan Kunti untuk tinggal dalam suatu pesanggrahan elok yang dibuat dari bahan yang mudah terbakar. Ketika malam hari, rumah itu dibakar, dengan harapan, Pandawa dan Kunti tewas terbakar. Namun takdir berkata lain, para Pandawa dan ibunya selamat dan berkelana di hutan.
Di sini, kita dapat melihat ketegaran Dewi Kunti. Ia merawat anak anaknya dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Ia tanamkan nilai keuletan, welas asih, dan kebijaksanaan bagi Pandawa di tengah kehidupan yang serba sulit dalam hutan.
Tidaklah mengherankan, jika kelak para Pandawa menjadi ksatria agung yang berbudi luhur.
Semar Sosok Pamong Bagi Satria Agung Berbudi Luhur
Dalam kisah di Hutan Pringgodani, datang dan bersimpuhlah Arimbi, seorang raksasa perempuan di hadapannya. Ia menyatakan jatuh cinta pada Bimasena. Dewi Kunti yang memahami perasaan Arimbi, lalu membujuk Bima agar mau menikahi raksasa itu. Keajaiban pun terjadi.
Arimbi berubah bentuk menjadi putri yang cantik. Dari perkawinan ini, lahirlah Gatotkaca.
Pada episode lain, Dewi Kunti juga memotivasi anak anaknya untuk membantu rakyat di negeri Ekacakra dalam menghadapi Raja Baka yang zalim dan suka menyantap rakyatnya sendiri. Pandawa berhasil membunuh Raja lalim itu. Sebagai hasilnya, rakyat Ekacakra menyatakan sumpah setianya pada Pandawa.
Indonesia memerlukan banyak Dewi Kunti yang mampu mendidik dan mengajar anak anaknya agar menjadi insan yang berbudi luhur untuk menyongsong Generasi Emas 2045.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News