Dalam kisah pewayangan terdapat beberapa tokoh yang diberi amanah oleh dewata untuk menjalankan peran sebagai pamong, baik bagi para ksatria agung berbudi luhur maupun bagi para raksasa. Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan berkenalan dengan dengan tokoh Semar yang mungkin lebih dikenal sebagai pamong dari Raden Arjuna. Mari ikuti kisahnya.
Siapa Semar itu?
Semar yang juga dikenal dengan nama Badranaya ini bukanlah sembarang manusia. Ia sesungguhnya merupakan salah satu dari 3 putra yang dimiliki Hyang Tunggal, sang penguasa jagad.
Adapun ke tiga orang putra ini merupakan hasil perkawinan Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati. Proses kelahiran ketiga putranya ini terbilang aneh, karena dilahirkan dalam bentuk sebutir telur. Kemudian pecah menjadi tiga orang anak laki laki yang diberi nama Maha Punggung (yang berasal dari kulit telur), Ismaya (berasal dari putih telur) dan Manikmaya (berasal dari kuning telur).
Mengenal Karakter Wayang Semar dalam Misi Dakwah Agama Islam
Perebutan Gelar Penguasa Kahyangan
Awalnya mereka hidup rukun, tetapi akhirnya di antara mereka timbul perselisihan mengenai siapa yang kelak berhak menguasai jagad dan menjadi pemilik Kahyangan Jonggring Salaka yang indah. Perselisihan ini tentunya menimbulkan keguncangan pada alam semesta, sehingga akhirnya dilerai oleh ayah mereka, Sang Hyang Tunggal.
Akhirnya diputuskan untuk menguji mereka bertiga dengan ujian, siapa yang mampu menelan Gunung Mahameru dan mampu memuntahkannya kembali, maka dialah yang akan mengusai jagad dan kahyangan.
Maha Punggung mendapatkan giliran pertama untuk menelan gunung. Namun ia tidak berhasil menelannya, bahkan mulutnya mengalami sobekan panjang. Ismaya lalu mencoba ujian ini. Ia selangkah lebih maju, mampu menelan gunung, tetapi tidak dapat mengeluarkannya kembali, hingga perutnya menjadi gembung, gunung mendorong bagian perutnya hingga kebelakang.
Karena Gunung Mahameru telah tertelan, maka Hyang Tunggal menunjuk Manikmaya sebagai penguasa jagad dan kahyangan. Maha Punggung dan Ismaya tidak diperkenankan lagi tinggal di kahyangan. Mereka harus turun ke bumi dan diberi tugas menjadi pamong bagi penghuni bumi.
Maha Punggung, namanyanya pun diubah menjadi menjadi Togog atau Tejamantri. Ia ditugaskan menjadi pamong bagi para bangsa raksasa. Sementara itu, Ismaya diubah panggilannya menjadi Semar atau Badranaya, yang bertugas menjadi pamong para ksatria agung berbudi luhur.
Semar Mengabdi pada Leluhur Raden Arjuna
Mungkin bagi sebagian orang, Semar identik sebagai punakawan (dalam KBBI VI, punakawan berarti: pelayan atau pengawal raja/bangsawan pada jaman dahulu dan abdi pengiring) yang mendampingi Raden Arjuna, salah satu ksatria Pandawa yang terkenal sakti dan sering melakukan laku tapa.
Sesungguhnya pengabdian Semar kepada satria berbudi luhur itu dimulai dengan pengabdiannya kepada leluhur Raden Arjuna yang bernama Resi Manumayasa, seorang keturunan Dewa Wisnu yang tinggal di Pertapaan Saptaarga.
Resi Manumayasa merupakan satria brahmana yang telah ditakdirkan oleh Batara Guru untuk mendapatkan pengabdian Semar. Alkisah, sang resi inilah yang menolong Semar, yang saat itu mengaku bernama Samarantha saat ia dikejar oleh seekor harimau hitam.
Sang resi lalu memanah harimau itu dan ajaibnya harimau berubah menjadi dua bidadari cantik yang bernama Dewi Kanastri dan Dewi Kaniraras. Karena telah ditolong, kemudian ia menjadi murid dan mengabdi pada Resi Manumayasa dan memperistri Dewi Kanastri.
Saat itulah perjalanan Semar menjadi pamong keturunan sang resi dimulai. Sebagai pamong, banyak peran yang dijalankan Semar, seperti: penasehat, penghibur, penyelamat dan cahaya tuntunan. Adapun jika diurutkan maka para satria brahmana keturunan Resi Manumayasa yang diasuhnya adalah: Resi Sakutrem, Resi Sakri, Resi Palasara, Resi Wiyasa, Prabu Pandudewanata dan Raden Arjuna.
Laku Pancawiyasa
Kawan GNFI, meskipun Raden Arjuna merupakan satria agung dan berbudi luhur, namun ia pun masih memerlukan wejangan dari Ki Semar Badranaya. Ada suatu episode yang dikenal dengan nama Laku Pancawisaya, yang merupakan dialog antara Semar dan Arjuna yang kala itu sedang down mentalnya. Inti dari nasehat Semar kepada Arjuna adalah sebagai berikut:
- Rogarda, artinya sakit yang menimpa tubuh. Kalau ditimpa sakit tubuh, berusahalah sungguh-sungguh, menerima dan rela hati.
- Sangsararda, artinya sengsara yang menimpa tubuh. Kalau ditimpa sengsara badan, berusahalah menahan dan berbesar hati.
- Wirangharda, artinya sakit yang menimpa hati. Kalau ditimpa sakit hati, berusahalah tata, titi, kokoh pendirian serta berhati-hati.
- Cuwarda, artinya sengsara yang menimpa hati. Jika ditimpa kesengsaraan hati, berusahalah tenang, waspada serta ingat.
- Durgarda, artinya hambatan yang menimpa hati. Kalau ditimpa hambatan hati, berusahalah percaya diri dan yakin terhadap kekuasaan Tuhan.
Wejangan yang disampaikan Semar membuat Raden Arjuna menjadi lebih kuat dan tabah dalam menghadapi berbagai cobaan dalam hidupnya. Kehadiran seorang pamong adakalanya memang diperlukan dalam hidup kita, untuk membantu menguatkan hati dan tekad kita. Adakah diantara Kawan GNFI yang memiliki pamong atau coach saat ini ?
Referensi:
- Sumasaputra, 1953, Serat Caking Pakeliran Pedhalangan Ringgit Purwa. Surakarta: Setia Budi.
- Drs R. Soetarno AK, 1994, Ensiklopedia Wayang. Semarang: Dahara Prize.
- Mahendra sucipto, Ensiklopedia Tokoh Tokoh Wayang dan Silsilahnya. Yogyakarta: Narasi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News