Untuk pertama kalinya di Indonesia, konser oratorio setiap minggu sepanjang bulan Oktober digelar di Aula Simfonia Jakarta (ASJ). Rangkaian konser yang bertajuk Oratorio Month untuk merayakan ulang tahun ASJ ke-15 ini akan menampilkan karya komponis-komponis ternama di dalam sejarah.
Pada Minggu pertama, Sabtu, 05 Oktober 2024, Jakarta Simfonia Orchestra (JSO) dan Jakarta Oratorio Society (JOS) telah membawakan The Creation, mahakarya dari Joseph Franz Haydn, dengan Dr. Stephen Tong sebagai conductor.
Apa itu Oratorio?
Untuk Kawan GNFI yang belum familiar, oratorio adalah bentuk musik klasik yang menggabungkan paduan suara, solois, dan orkestra. Berbeda dengan opera, yang melibatkan akting, kostum, dan panggung dramatik, oratorio berfokus pada narasi yang disampaikan.
Umumnya, narasi oratorio selalu bertema religius dan biasanya diambil dari kisah-kisah yang ada di Alkitab. The Creation misalnya, merupakan sebuah oratorio yang mengisahkan penciptaan alam semesta berdasarkan kitab Kejadian, Mazmur, dan Paradise Lost karya John Milton.
Mengenal Orkes Keroncong Cafrinho Tugu, Kelompok Musik Keroncong yang Masih Bertahan Sejak Tahun 1925
Joseph Franz Haydn dan The Creation
Dari informasi yang tertera di Program Notes Oratorio Month yang dibagikan, The Creation, merupakan karya terbesar J. F. Haydn yang digubah pada tahun 1797—1798. Terinspirasi dari karya Messiah dari G.F Handel, Haydn tergugah untuk menciptakan sebuah karya yang menggunakan tema dari Alkitab. Ia pun memilih tema penciptaan sebagai karyanya.
Melalui komposisinya, Haydn secara presisi menggambarkan setiap aspek penciptaan melalui suara malaikat: Gabriel (soprano), Uriel (tenor), dan Raphael (bass), dengan paduan suara sebagai ciptaan, dan juga percakapan antara Adam dan Hawa.
Karya musik yang agung dan merdu ini dapat dilihat sebagai bentuk kekaguman akan keajaiban penciptaan. Penggunaan orkestrasi oleh Haydn, sangat menyentuh dan hidup. Kita bisa mendengar bagian-bagian musik yang mewakili suara auman singa, kepakan sayap burung, dan keagungan matahari serta bulan, yang semuanya dimainkan oleh instrumen orkestra.
Dengan 3 bagian komposisi lagu ini, The Creation membawa setiap pendengar melalui 6 hari penciptaan yang akan disimpulkan dengan setiap ciptaan menaikkan pujian kepada Sang Pencipta.
Konser ini juga menghadirkan solois dari luar negeri: Ms. Han Ge dari China, Chou Po-Ku dari Taiwan, serta Shawn Liew dari Malaysia. Menyuguhkan penampilan orkestra yang memukau, setiap penonton diajak untuk menikmati setiap bagiannya dengan penuh kekaguman.
Kehadiran orang-orang dari berbagai kalangan usia menjadi bukti bahwa musik adalah bahasa universal umat manusia. Kawan GNFI tentu sepakat bahwa tidak ada orang yang tidak menyukai musik.
Musik yang tak lekang oleh waktu, seperti The Creation karya Joseph Haydn, telah melampaui dua abad dan tetap bergema hingga hari ini, membuktikan bahwa karya-karya besar tidak akan pernah tenggelam oleh sejarah.
Kerang Trompet, Kerang Pemakan Bintang Laut yang Dijadikan Alat Musik Khas Maluku
Tidak peduli seberapa modern dunia berkembang, musik klasik seperti ini selalu memiliki tempat dalam hati pendengarnya. Sebab, ia menyampaikan keindahan, kedalaman emosi, kekaguman, dan kisah yang relevan di setiap zaman.
Sebagai penutup, tak lengkap rasanya berbicara tentang konser oratorio tanpa mengetahui Aula Simfonia Jakarta, tempat yang menjadi panggung bagi musik klasik berkualitas internasional pertama di Indonesia.
Aula ini didirikan oleh Dr. Stephen Tong, seorang tokoh yang dikenal sebagai pendiri gerakan Reformed, penggagas dan pecinta musik klasik, yang juga menggeluti dunia arsitek. Sejak berdiri pada tahun 2009 hingga sekarang, Aula Simfonia Jakarta dengan Jakarta Simfonia Orchestra (JSO) dan Jakarta Oratorio Society (JOS) telah menyelenggarakan lebih dari 200 pertunjukan konser musik klasik.
Sebagai rumah bagi Aula Simfonia Jakarta (ASJ), kata Dr. Stephen Tong yang dimuat dalam Program Notes, Jakarta tidak ketinggalan. Sebab, masyarakatnya menyaksikan salah satu kerumunan terbesar untuk acara musik klasik dalam Konser Akbar Monas.
Adapun konser itu sendiri telah diadakan pada tahun 2019, 2022, dan 2023, di mana menarik lebih dari 80.000 orang dari berbagai latar belakang usia, ras, dan agama. Konser Akbar Monas adalah pertunjukan musik klasik pertama di Indonesia yang diadakan di ruang terbuka.
Sandiaga Uno Ingin Ambon Jadi Episentrum Musik Dunia, Bagaimana Caranya?
Bagi Kawan GNFI yang tertarik menyaksikan konser oratorio, rangkaian pertunjukan dapat dinikmati setiap Sabtu dalam beberapa minggu mendatang. Pada 12 Oktober, akan dipersembahkan Elijah karya Mendelssohn, dilanjutkan pada 19 Oktober dengan Messiah karya Handel. Sementara itu, pada 26 Oktober, dua karya besar akan ditampilkan, yaitu The Seasons karya Haydn dan Hymn of Praise karya Mendelssohn.
Yuk, Kawan GNFI, mari berkenalan dengan musik klasik!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News