Legenda Si Loreng merupakan salah satu cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Tasikmalaya, Jawa Barat. Cerita dalam legenda ini diyakini masyarakat setempat sebagai asal usul penamaan salah satu desa yang ada di Tasikmalaya, yakni Desa Penyalahan.
Bagaimana cerita yang terdapat dalam legenda Si Loreng tersebut sehingga dipercaya menjadi asal usul penamaan Desa Penyalahan di Tasikmalaya, Jawa Barat?
Legenda Si Loreng dari Desa Penyalahan di Tasikmalaya
Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, dikisahkan pada zaman dahulu hidup sepasang suami istri yang tinggal di sebuah desa yang ada di Tasikmalaya. Pasangan suami istri ini hidup bersama seekor harimau yang sudah mereka rawat sejak kecil.
Harimau ini mereka beri nama Si Loreng. Harimau ini sangat jinak dan patuh pada setiap perintah yang diberikan oleh pasangan suami istri tersebut. Tidak hanya itu, Si Loreng seolah-olah memahami setiap perkataan yang disampaikan oleh pasangan suami istri ini dan mematuhinya.
Seiring berjalannya waktu, pasangan suami istri ini akhirnya dikaruniai seorang anak. Kehadiran seorang anak di tengah keluarga kecilnya semakin menambah kebahagian pada sepasang suami istri tersebut.
Sehari-hari, pasangan suami istri ini mesti mengolah sawah yang mereka miliki. Dari hasil sawah inilah nantinya mereka mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup.
Ketika suami istri ini bekerja di sawah, mereka memerintahkan Si Loreng untuk menjaga bayi tersebut di rumah. Si Loreng memahami perintah pasangan suami istri tersebut dan menjaga anak mereka dengan sepenuh hati.
Pada suatu hari, pasangan suami istri ini terkejut dengan kedatangan Si Loreng yang berlari melewati pematang sawah menuju ke arah mereka. Ketika Si Loreng mendekat, mereka langsung terkejut karena melihat mulut harimau tersebut yang bersimbah darah.
Melihat situasi ini, pasangan suami istri tersebut langsung teringat dengan anaknya yang ada di rumah. Sang suami kemudian berkata kepada istrinya bahwa Si Loreng sudah memakan anak mereka.
Mendengar perkataan tersebut, Si Loreng langsung menggelengkan kepalanya. Namun hal ini justru membuat darah yang ada di mulutnya semakin berceceran di tanah.
Hal ini memancing emosi dari sang suami. Dirinya merasa Si Loreng benar-benar sudah memakan anak kesayangannya.
Akhirnya sang suami langsung menyabet kepala Si Loreng dengan parang yang ada di tangannya. Si Loreng langsung tewas seketika karena tebasan yang dilayangkan oleh pengasuhnya tersebut.
Pasangan ini kemudian langsung berlari ke arah rumah mereka. Sesampainya di rumah, pasangan suami istri ini justru melihat anak kesayangannya masih di posisi semula tanpa terluka sedikitpun.
Lantas mereka teringat dengan Si Loreng yang datang dengan mulut bersimbah darah. Mereka bertanya-tanya kenapa mulut Si Loreng bisa berdarah padahal anaknya masih dalam kondisi baik.
Ternyata di sudut rumah terdapat seekor ular yang sudah tergeletak begitu saja. Ular tersebut mati akibat bekas gigitan yang ada di badannya.
Barulah pasangan suami istri ini menyadari bahwa Si Loreng lah yang membuat ular tersebut mati sehingga mulutnya bersimbah darah. Ternyata Si Loreng mematuhi perintah mereka dan melindungi sang anak dari bahaya yang datang.
Akhirnya pasangan suami istri ini menyesal telah berburuk sangka kepada harimau kesayangannya. Akibatnya, mereka mesti kehilangan harimau yang sangat setia dengan sia-sia begitu saja.
Berdasarkan kejadian inilah, desa tempat pasangan suami istri ini tinggal kemudian diberi nama sebagai Desa Penyalahan di Tasikmalaya. Penamaan ini merujuk kepada salah duga pasangan suami istri tersebut terhadap hewan kesayangannya, sehingga kehilangan hal berharga yang ada di sisi mereka.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News