Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah yang menggambarkan perpaduan unik antara kebudayaan Islam dan tradisi Hindu-Buddha di Nusantara. Sebagai salah satu ikon arsitektur bersejarah, Menara Kudus mencerminkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang telah menjadi bagian integral dari masyarakat Kudus sejak masa lampau.
Dinamika kehidupan masyarakat Kudus, yang kaya akan pluralisme agama dan budaya, menghadirkan tantangan dalam menjaga harmoni di tengah modernisasi dan globalisasi.
Warisan budaya seperti Menara Kudus menjadi pengingat penting bagi masyarakat tentang pentingnya pelestarian identitas budaya lokal tanpa kehilangan relevansi dalam konteks keanekaragaman nasional.
Di tengah arus perubahan zaman, masyarakat Kudus dituntut untuk tetap menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi warisan budaya. Ini termasuk menjaga situs-situs bersejarah yang menggambarkan toleransi dan integrasi budaya yang khas.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana memastikan generasi muda tetap terhubung dengan warisan ini, sembari mendorong pertumbuhan Kudus di era modern yang terus berkembang.
Mengenal Masjid Menara Kudus: Sejarah, Keunikan, dan Tradisinya
Identitas Indonesia terbentuk dari sejarah dan budaya yang melibatkan ribuan suku dan bahasa yang berbeda di seluruh wilayahnya. Keragaman tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang menganut sistem multikultur.
Kehidupan dengan berbagai suku dan bahasa yang berbeda menghiasi negara ini dengan kekayaan sosial dan budaya yang unik. Salah satu contoh dari manifestasi simbol toleransi adalah Menara Kudus yang mencampurkan elemen Hindu-Buddha dengan Islam.
Menara Kudus, terletak di Kudus, Jawa Tengah, merupakan salah satu contoh paling mencolok dari percampuran budaya yang harmonis. Dibangun pada abad ke-15 oleh Sunan Kudus, menara tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah.
Namun, juga sebagai simbol perdamaian dan integrasi antara dua kebudayaan yang berbeda, yakni Hindu-Buddha dan Islam.
Arsitektur Menara Kudus menunjukkan desain yang memadukan elemen-elemen arsitektur Hindu-Buddha—seperti bentuk atap bertingkat—dengan gaya arsitektur Islam yang sederhana dan fungsional.
Desain ini tidak hanya mencerminkan adaptasi budaya, tetapi juga menciptakan ruang yang mengedepankan prinsip toleransi antaragama.
Arsitektur Menara Kudus menunjukkan desain yang memadukan elemen-elemen arsitektur Hindu-Buddha, seperti bentuk atap bertingkat, dengan gaya arsitektur Islam yang sederhana dan fungsional.
Desain ini tidak hanya mencerminkan adaptasi budaya. Namun, juga menciptakan ruang yang mengedepankan prinsip toleransi antaragama.
Arsitektur Masjid Menara Kudus, Keindahan yang Dibalut Toleransi Islam dan Hindu
Bagian menara dalam Masjid Menara Kudus sangat mencolok secara visual. Menara ini dibangun menggunakan bata merah, memiliki luas 100 m² dan tinggi 18 m. Di dasar menara, terdapat ukiran dengan motif Hindu. Atap menara terdiri dari dua tingkat tajug yang didukung oleh empat kolom.
Desain ini menunjukkan penerapan elemen Hindu dalam konstruksi menara. Selain material bangunan yang berbeda dari masjid pada umumnya, proporsi dan bentuk Menara Kudus juga menunjukkan dominasi elemen Hindu di kompleks Masjid Menara Kudus.
Menara ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu kaki, badan, dan kepala. Kaki menara dihiasi dengan ornamen motif Hindu. Bagian badan menara memiliki relung kecil berukuran 1,4 m x 0,85 m, mirip dengan relung yang terdapat pada bangunan Hindu seperti pura dan candi, yang biasanya diisi dengan patung. Namun, pada Menara Kudus dibiarkan kosong.
Relung ini dilengkapi dengan ornamen dari Cina berupa piring yang dilukis, sementara pintu kayu jati pada relung memiliki candi sudut di sisi kanan dan kirinya. Bagian puncak menara terdiri dari ruangan yang didukung oleh 16 tiang.
Di bawah atap menara digantung sebuah bedug yang menghadap ke utara-selatan. Alat ini berfungsi untuk memanggil umat Islam saat salat. Peletakan bedug mirip dengan peletakan kentongan di bawah atap Bale Kulkul.
Atap menara yang berbentuk tajug dua tingkat menyerupai atap meru yang digunakan untuk menutup bangunan suci di pura. Jumlah tingkatan atap yang genap memunculkan berbagai spekulasi. Syafwandi dalam bukunya "Menara Masjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur" menyebutkan bahwa dua tingkat atap tersebut melambangkan dua kalimat syahadat. Itu mencerminkan upaya untuk menyebarluaskan Islam kepada umat Hindu.
Selain itu, jumlah keseluruhan enam tingkat menara terdiri dari empat tingkat di bawah dan dua tingkat di atas diyakini melambangkan rukun iman.
Mengintip Kawasan Menara Kudus yang Menuju Jadi Warisan Budaya Dunia
Menara Kudus adalah contoh utama dari perpaduan budaya yang harmonis antara Islam dan Hindu-Buddha di Nusantara, mencerminkan nilai-nilai toleransi dan integrasi budaya yang kuat. Sebagai salah satu warisan budaya berharga, menara ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Namun, juga sebagai simbol perdamaian dan kerukunan antaragama.
Arsitektur Menara Kudus menunjukkan bagaimana elemen-elemen dari kedua tradisi dapat berintegrasi dengan cara yang menghormati kedua kebudayaan tersebut. Desainnya yang unik, dengan penggabungan elemen Hindu-Buddha dan Islam, menggambarkan adaptasi budaya dan toleransi yang mendalam.
Peran masyarakat modern sangat penting dalam pelestarian Menara Kudus. Masyarakat harus aktif dalam menjaga fisik situs, menyebarluaskan pengetahuan tentang sejarah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta mendukung promosi dan pemanfaatan situs sebagai destinasi wisata.
Dengan keterlibatan aktif dalam edukasi dan pelestarian, masyarakat dapat memastikan bahwa Menara Kudus tetap relevan. Ini juga sebagai simbol yang terus menginspirasi harmoni dan toleransi di tengah keanekaragaman budaya dan perubahan zaman.
Sumber referensi:
- Pradisa, Andanti Puspita Sari. Perpaduan Budaya Islam dan Hindu dalam Masjid Menara Kudus. Cirebon: IPLBI, 2017.
- Habibullah, A., Aisyah, M. A. S., & Hoerunnisa, L. N. A. 2022. Wujud Akulturasi Budaya Pada Arsitektur Menara Kudus di Jawa Tengah. Garuda
- Ismudiyanto. & Parmono, A (1987). Demak, Kudus, and Jepara Mosques: A Study of Architectural Syncretism.
- Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Seni Etnografi Indonesia no. 2. Jakarta: Balai Pustaka. - Masjid Al-Aqsho Menara Kudus. (n.d.). Diakses dari https://www. https://simas.kemenag.go.id.
- Masjid Menara Kudus. (n.d.). Diakses dari https://id.wikipedia.org.
- Menara van een Moskee in Koedoes. (n.d.). Diakses dari https://media-kitlv.library.leiden.edu.
- Moskee tee Koedoes. (n.d.). Diakses dari https://media-kitlv.library.leiden.edu.
- Roes, A. (2014). Sejarah Peradaban Islam di Kudus (Abad XV-Abad XX). Diakses dari
https://www.academia.edu. - Rusmanto, T. (2013). Rupa Bentuk Menara Masjid Kudus, Bale Kulkul dan Candi. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung. Diakses dari https://www.jurnal.ubl.ac.id.
- Solichin, S. (1990). Menara Kudus The Minaret of Kudus. Jakarta: Pusat Studi dan Penelitian Islam.
- Solichin, S. (1990). Menara Kudus The Minaret of Kudus. Jakarta: Pusat Studi dan Penelitian Islam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News