Jembatan kereta api di Purwakarta mengukir sejarah panjang di Indonesia. Pasalnya jembatan kereta api ini mengalami tiga generasi alias tiga pembangunan dengan yang tertua telah berumur lebih dari 1 abad.
Jembatan kereta api ini berada di Desa Cisomang, Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Jembatan Cisomang generasi pertama ini dibangun pada tahun 1906 dan masih berdiri kokoh sampai saat ini.
Manjakan Penumpang, KAI Pangkas Waktu Tempuh Kereta: Perjalanan Jadi Singkat dan Cepat
Masa kejayaannya dimulai pada tahun 1906 sebagai jalur untuk mendukung mobilitas angkutan barang dan penumpang. Jembatan ini menghubungkan jalur kereta api dari Bandung menuju Jakarta.
Tetapi jembatan ini hanya digunakan sebentar karena dinilai tidak layak. Banyak kereta api yang melintas di jembatan ini mengalami anjlok sehingga sering kali harus dievakuasi. Masyarakat pun memanfaatkan area sekitar jembatan ini sebagai lahan pertanian.
Tertutup semak
Desain jembatan ini memiliki nuansa kolonial yang terlihat dari bentuk tiga lingkaran cincin di bagian bawah jembatan. Jembatan dengan desain seperti ini memang menjadi ciri khas dari bangunan perlintasan yang dibangun oleh Belanda.
Bila diperhatikan jembatan dengan desain serupa banyak ditemukan di banyak tempat, misalnya jembatan cincin di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Selain itu, meski sudah berusia ratusan tahun, sisa struktur jembatan ini masih tetap utuh.
“Kalau di Kabupaten Bandung Barat, jembatan peninggalan Belandanya ada di areal persawahan ya. Ini sepertinya dibangun menggunakan kapur,” kata konten kreator Dekat Rumah.
Dibalik Eksotisme Jembatan Kereta Api Sungai Serayu, Masih Kokoh Walau Dibom Jepang
Akses menuju lokasi bekas jembatan peninggalan Belanda ini tidak mudah pasalnya dipenuhi semak belukar dan berada di area kebun milik warga. Menurut warga sekitar, total jembatan kereta Cisomang generasi pertama berjumlah empat bangunan.
“Jadi pilar bekas jembatan ini kan ada empat ya, dua di Bandung Barat yang dua lagi ada di Darangdan, Purwakarta ya, dan itu ada di sungai, susah,” kata warga setempat.
Rel sudah hilang
Sampai sekarang, keberadaan rel tidak diketahui. Banyak yang menduga jika besi perlintasan sudah dipindahkan ke tempat lain ataupun hilang ditelan zaman. Tetapi bangunannya masih kokoh berdiri.
“Sisa jembatan saat ini sulit dicari karena letaknya cukup jauh dari jembatan Cisomang yang lebih baru. Rel menuju bekas jembatan ini juga telah raib,” tambahnya.
Stasiun Gundih yang Buat Pelacong Eropa Sering Berkunjung ke Grobogan
Jembatan ini memang hanya digunakan selama 26 tahun, mulai dari 1906 sampai 1932. Alasannya jembatan ini ditinggalkan karena kereta yang melintas sering anjlok akibat kondisi tanah yang labil di sekitar area persawahan dan sungai.
“Sejak tahun 1932, jembatan ini tidak lagi digunakan dan hanya tersisa pondasinya saja.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News