Stasiun Gundih yang terletak di Geyer, Kabupaten Grobogan merupakan peninggalan Belanda yang masih abadi hingga kini. Stasiun ini letaknya strategis karena merupakan stasiun percabangan antara jalur menuju Semarang, Gambringan, dan Solo.
Dimuat dari Wikipedia, stasiun ini awalnya dibuka sebagai bagian dari pembangunan segmen jalur kereta api Kedungjati-Gundih, sebagai kelanjutan dari jalur kereta api Semarang-Tanggung.
Stasiun Tuntang, Jejak Peninggalan Belanda yang Populer karena Gadis Kretek
Konstruksi jalur baru Gundih-Gambringan-Bojonegoro-Surabaya Pasar Turi mulai dikerjakan pada awal dekade 1900-an. Sedangkan segmen Gundhi-Gambringan-Kradenan dibuka pada tanggal 15 Oktober 1990.
Pembukaan utuh jalur tersebut dilakukan pada tanggal 1 Februari 1903. Pada saat dibuka, Stasiun Gundih tergolong besar di wilayah Grobogan Selatan karena memiliki depo lokomotif dan gudang.
Bawa kayu jati
Di kala itu Gundih dikenal sebagai penghasil kayu jati. Sebelum ada kereta, satu-satunya akses tranportasi ke Gundih ialah dengan jalan yang menghubungkan Surakarta dengan Purwodadi, tentunya tak sebagus saat ini.
Sesudah Stasiun Gundih dibangun, kehidupan di wilayah ini lebih bergeliat daripada sebelumnya. Gundih yang semula hanya wilayah antah beranta, berkembang menjadi simpul jalur kereta yang ramai.
Refund Tiket KAI Kini Diberikan Dalam 7 Hari, Pahami Syarat dan Ketentuannya!
Dilansir dari haria De Locomotief tanggal 22 Februari 1899, semenjak Stasiun Gundih dibangun semakin banyak warga Eropa yang datang ke Gundih. Pemerintah Kolonial juga memandang Gundih sebagai tempat strategis.
“Barulah sesudah jalur kereta Gambringan-Surabaya selesai dibangun pada tahun 1914. Penumpang kereta jurusan Semarang-Surabaya tidak perlu berganti lagi di Gundih,” tulis Jejak Kolonial.
Arsitektur
Arsitektur Stasiun Gundih berbeda dari arsitektur stasiun buatan NIS di jalur Semarang-Vorstenlanden seperti Kedungjati, Purwosari, atau Ambarawa yang baru dibangun belakangan.
Gaya arsitekyur Stasiun Gundih mirip dengan arsitektur stasiun-stasiun NIS yang lebih kecil seperti Telawa, Bringin dan Tuntang yang merupakan stasiun paralel. Gaya arsitektur ini di masanya dikenal sebagai gaya “NIS-Chalet”.
\KAI Resmi Tutup Posko Angkutan Lebaran, Jumlah Penumpang dan Fasilitas Meningkat
“Di stasiun Gundih gaya ini nampak jelas terutama pada tampak depannya, khususnya pada kanopi yang menaungi pintu masuk utamanya,”
Stasiun Gundih mempunyai overkapping kembar di peron Timur maupun Barat. Overkappong ini terbuat dari besi dengan konstruksi kuda-kuda Belgi. Dulu di emplesemen Timur terdapat stasiun milik Semarang SJS.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News