Kalimantan Barat merupakan provinsi di Indonesia yang terkenal dengan julukan Seribu Sungai. Sebab, di sini tidak hanya banyak sungai kecil. Namun, banyak juga sungai besar yang bisa dilayari. Bahkan ada juga yang menjadi sumber mata pencarian bagi warga sekitar.
Di balik keindahan alam Kalimantan Barat, di sini tersimpan cerita legenda yang sudah terkenal dari mulut ke mulut masyarakat sekitar. Cerita legenda tersebut berjudul Batu Menangis. Batu Menangis ini wujudnya bisa ditemukan di Desa Jabar yang masih masuk ke dalam Kecamatan Ella Ilir di Kalimantan Barat. Bagaimana kisahnya? Yuk, simak artikel ini, ya!
Awal Mula Kisah Legenda Batu Menangis
Diceritakan di sebuah bukit yang terletak di Kalimantan Barat hiduplah seorang ibu bersama anak perempuannya. Mereka tinggal jauh dari pemukiman penduduk. Wanita tersebut mempunyai anak bernama Darmi.
Darmi terkenal sebagai seorang anak perempuan berwajah cantik, tetapi memiliki sifat yang angkuh. Suaminya sudah lama meninggal, sehingga ibunya harus hidup menjanda di umur yang bisa dibilang sudah tua.
Sang ibu sangat meyanyangi anak perempuan semata wayangnya itu. Setiap hari, dirinya bekerja seorang diri dengan sangat keras untuk mengurus kebun dari pagi buta. Ia mengerjakan menanam bibit tumbuhan, menyiramnya, memberi pupuk, memotong semak belukar, memanen tanaman, hingga menjualnya lagi ke pasar.
Kulit si ibu yang tadinya cerah lama-lama menjadi gelap karena setiap harinya harus terpapar dengan sinar matahari. Kondisinya pun semakin memprihatinkan lantaran berat badannya juga semakin menyusut. Ini disebabkan karena ia tidak sempat menjaga pola makan dan tidak sempat lagi untuk mengurus dirinya sendiri.
Di balik kerja kerasnya setiap hari, sang ibu hanya mempunyai satu harapan agar anak kesayangannya itu dapat hidup bahagia serta tidak kurang suatu apapun di kemudian hari. Sayangnya, Darmi sama sekali tidak iba terhadap kondisi ibunya yang semakin kurus.
Darmi hanya memikirkan dirinya sendiri saja, is yang mempunyai kulit langsat dan rambut panjang, selalu mengenakan pakaian bagus setiap harinya. Aksesoris yang dia kenakan pun selalu berganti-ganti, beda dengan ibunya yang tidak pernah membeli atau memakai aksesoris.
Baca Juga: 3 Mitos yang Ada di Kalimantan Barat
Darmi Bukan Hanya Pemalas, tapi Juga Pemarah
Di balik kecantikannya itu, Darmi bukan hanya tumbuh menjadi gadis pemalas namun juga pemarah. Suatu hari, ibu lupa mengantar pesanan sayur ke pelanggannya. Alhasil, dia meminta tolong pada Darmi untuk memasak dan membereskan pekerjaan rumah. Namun, setelah ibunya pulang mengantar pesanan,
Darmi tidak mengerjakan perintah ibunya. Ia justru merasa emosi karena dimintai tolong ibunya untuk memasak. Darmi hanya bersolek dan mematut diri di depan kaca. Akhirnya ibunya jugalah yang memasak untuk keperluan makan malam mereka. Darmi juga kerap meminta tolong sang ibu mengambilkan minum untuknya, padahal ia bisa melakukannya sendiri.
Gadis tersebut juga tidak pernah mau jika diminta tolong membereskan kamar sendiri. Ia sangat malas untuk membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Apabila ibu bertanya mengapa dia tidak mau membereskan kamar, ia justru akan sangat marah.
Jika Darmi mempunyai suatu keinginan, ia akan memaksa ibu untuk menuruti keiginannya tersebut. Ia akan merengek bahkan menangis seperti anak kecil agar ibu segera menuruti keinginannya. Mau tidak mau, ibu banyak menuruti keinginan Darmi dengan mengorbankan uang tabungannya. Bagaimanapun, Darmi adalah anak yang sangat disayangi dan dicintai oleh ibu.
Baca Juga: Menilik Bangunan Cagar Budaya Keraton Tayan di Kalimantan Barat
Darmi Dikutuk Menjadi Batu Menangis
Suatu hari, Darmi sengaja ikut ibu pergi ke pasar dengan tujuan agar ia bisa tahu berapa besar hasil penjualan yang ibu dapatkan setiap harinya. Setelah sayur terjual semua, Darmi langsung meminta uang secara paksa pada ibu untuk membeli barang-barang yang ia inginkan.
Wanita itu hanya bisa memberi anaknya uang untuk membeli sisir. Namun, Darmi langsung marah. Akhirnya karena sudah lelah dengan sifat putri kesayangannya itu, diberikannya semua pendapatannya hari ini.
Darmi senang bukan main, ia langsung berbelanja berbagai kebutuhan untuk dirinya di pasar. Wajahnya yang cantik dan kulitnya yang mulus mengundang banyak perhatian dari orang-orang ketika dirinya tengah berbelanja ke pasar. Alhasil, banyak pria yang bersedia menawari Darmi untuk pulang ke rumah.
Sang ibu yang melihat Darmi diantar oleh segerombol laki-laki merasa khawatir dengan keselamatan putri semata wayangnya itu. Ia membuntuti Darmi dengan berjalan di belakangnya. Saat segerombol pemuda mulai mendekati dan memegang Darmi, Ibu yang berjalan di belakangnya memanggil nama Darmi.
Sontak Darmi menoleh ke arah panggilan ibu. Beberapa pemuda bertanya pada Darmi tentang siapa yang baru saja memanggilnya. Darmi berkata bahwa wanita tua itu hanya pekerja rumah tangga rendah yang ada di rumahnya. Ia berkata bahwa wanita itu sama sekali bukan ibunya karena ibunya adalah orang kaya yang wajahnya cantik jelita.
Mendengar perkataan Darmi tersebut, sang ibu sangat sakit hati. Menurut ibu, ini adalah kesedihan paling tertinggi dalam hidupnya karena anak yang ia sayangi tidak mengakui dirinya sebagai ibu kandungnya. Berbekal kesedihan yang sudah lama ia pendam, wanita itu segera menengadahkan tangan dan berdoa kepada Tuhan.
Ia mengadukan segala kesedihan tentang anak perempuannya yang durhaka itu kepada Tuhan pemilik semesta alam. Seketika langit berubah menjadi gelap dan angin berembus kencang pertanda Tuhan mengalbukan doa ibu. Tiba-tiba tubuh Darmi yang dimulai dari bagian kaki menjadi kaku, kemudian lanjut ke tubuh bagian atas.
Darmi menangis memanggil nama ibu dan berusaha untuk meminta maaf. Namun, sia-sia saja, karena tubuh Darmi telah sepenuhnya menjadi batu. Anehnya meskipun tubuh Darmi sudah menjadi batu, di bagian matanya mengeluarkan air mata hingga beberapa lama.
Demikianlah legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat. Semoga Kawan bisa mengambil pelajaran di baliknya, ya, untuk selalu berbuat baik dan selalu berbakti pada ibu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News