3 mitos yang ada di kalimantan barat - News | Good News From Indonesia 2024

3 Mitos yang Ada di Kalimantan Barat

3 Mitos yang Ada di Kalimantan Barat
images info

Tidak bisa dipungkiri, tiap wilayah di Indonesia punya cerita yang diwariskan turun-temurun ke anak cucunya. Seperti halnya mitos yang lumayan sakral yang punya magis tersendiri bagi warga wilayah tersebut, termasuk Kalimantan Barat!

1. Kemponan

Mungkin bagi orang-orang luar Kalimantan, menolak makanan dan minuman masih dianggap wajar dan ngga mempunyai keterikatan apa-apa setelahnya. Namun, lain halnya di warga Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat.

Jika kita menolak makanan dan minuman yang ditawarkan, mitosnya akan terjadi sesuatu dalam artian negatif, seperti jatuh, nabrak, hingga yang paling parah adalah kecelakaan.

Oleh karena itu biasanya agar "kemponan" ini bisa di atasi adalah dengan menjamah minuman dan makanan yang udah ditawarkan. Caranya lumayan unik, yakni seseorang akan memegang atau menyelupkan ke makanan dan minuman yang disediakan dengan beberapa jari dan tidak perlu dimasukin ke mulut untuk dirasa.

Dikutip dari beberapa jurnal, hal ini terjadi karena hubungan antara kebiasaan dan mental dalam kemponan dibalut dalam mitos sehingga terus menerus diwariskan, Shah dan Wahid (2010) pada jurnal Muhammad Asyura menjelaskan bahwa mitos akan menjelma menjadi idealisme dalam masyarakat. Ini juga akan membuka sebuah pemahaman terhadap proses kognitif yang mempengaruhi tingkah laku hingga kini.

Ini yang menjadikan masyarakat Kalimantan Barat percaya akan "Kemponan".

2. Minum "Aek Kapuas"

Mitos ini juga lumayan sakral. Jika orang luar Kalimantan yang merantau ke Kalimantan Barat dan tidak sengaja meminum air Sungai Kapuas, niscaya orang tersebut akan betah dan ingin terus menetap di Kalimantan Barat.

Baca juga : 5 Larangan dalam Mitos Pemali Banjar, Kalimantan Selatan

3. Hantu Laot (Puake) di Sungai Kapuas

Mitos terakhir adalah tentang "hantu laut" atau biasa dikenal oleh warga Pontianak dengan nama "Puake". Konon katanya, makhluk ini berwujud seperti naga raksasa.

Berdasarkan cerita warga dari turun-temurun, puake ini muncul pada tahun 1994 di Pontianak. Ia disebutkan telah menghanyutkan beberapa anak dengan gelombang besar, karena anak-anak tersebut berlaku tidak sopan ketika berenang.

Untuk menghindari perkara puake, diadakanlah ritual rutin setiap tahun dengan memberikan buah-buahan, minyak, telur ayam kampung, nasi kuning, paku, dan bedak. Bahkan, ada di daerah tertentu melepaskan satu ekor ayam hidup. Hal ini dilakukan untuk "menolak bala" yang berarti menghindari masalah.

Dari ketiga mitos di atas, yang mana yang ngebuat kamu merinding bacanya? Atau kamu punya pertanyaan lain tentang mitos yang ada?

Mitos ini sebenarnya diwariskan turun-temurun juga punya alasan tersendiri. Agar anak-cucu tidak lupa dengan karakteristik daerah dan untuk menjaga kelestarian budaya yang ada.

Sumber :

- Egi dkk. "Legenda Puaka dari Sanggau" Balale' 3.2 (2022): 133-144.
- Asyura, Muhammad. "Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Kajian Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Sosial Etnik Melayu)" Neliti 3.1 (2019): 101-120.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.