Budaya mencakup ide, gagasan dan cara hidup masyarakat. Bubur merah putih adalah makanan tradisional masyarakat Jawa yang kerap ditemui di berbagai acara tradisi, misalnya syukuran kelahiran dan pemberian nama anak, peringatan weton (peringatan hari kelahiran berdasarkan kalender Jawa yang diperingati setiap 35 hari sekali), serta juga bisa hadir dalam peringatan bulan Saffar terutama di kalangan Etnis Madura.
Meski ada unsur “merah” di dalam namanya, Kawan GNFI nggak perlu merasa takut karena warna bubur merah sebenarnya berwarna cokelat muda dan bukan merah apalagi merah darah.
Seperti bubur yang Kawan pernah temui, kedua bubur ini terbuat dari beras, tetapi khusus bubur merah dikombinasikan dengan gula merah jadi rasanya manis sementara bubur putih dibuat dari kombinasi beras, santan dan garam jadi rasanya cenderung gurih dan asin. Meski begitu, beberapa literatur juga menyebut bubur merah putih dibuat dari tepung ketan.
Nama lain bubur merah putih adalah pethak lan abrit (Muktaruddin et all., dalam Auliyah & Sudrajat, 2022: 56) dan juga bubur sengkolo (Detik.com, 2024)
Dalam penelitian Auliyah & Sudrajat (2022) yang fokus menggali makna dari bubur merah putih disebutkan bagaimana makanan bubur merah putih ini merupakan simbolisasi budaya dari praktik tradisi pemberian nama untuk anak-anak. Tradisi ini telah ada sejak jaman dahulu dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Sebagai simbolisasi budaya bubur merah putih ini juga memiliki filosofi makna yang dalam di antaranya bubur merah dimaknai darah dari pihak ibu yang melahirkan anak tersebut serta bubur putih diyakini sebagai perwujudan air mani atau sperma dari pihak ayah.
Selain itu, bubur merah putih juga dimaknai sebagai pengantar doa bagi bayi atau anak tersebut agar selalu dianugerahi keselamatan dalam hidup. Dalam proses pembuatan bubur ini sendiri memang disinggung jika doa dan harapan baik diberikan setelah makanan itu matang dan sebelum diberikan kepada warga di lingkungan sekitar tradisi tersebut dilaksanakan. Sembari memberikan makanan ini, kabar kelahiran bayi itu juga akan dikabarkan kepada orang-orang.
Baca juga: Tidak Sebatas Kesenian, Mari Gali Pengertian Budaya dari Sudut Pandang Komunikasi
Di sumber lain juga disebut warna merah dan putih di bubur merah putih juga dapat didefinisikan sebagai keberanian dan kesucian (Nurhalimah, 2018)—seperti makna bendera Indonesia, ya!
Tidak berhenti di situ, makna warna bubur ini juga disebut melambangkan sel telur atau ovum yang diproduksi perempuan dan bubur putih yang melambangkan sel sperma yang dimiliki laki-laki—sebagaimana bubur merah putih yang bertemu dalam penyajiannya, manusia lahir dari pertemuan dua sel ini.
Dalam tradisi weton atau peringatan hari lahir yang dihitung menggunakan kalender Jawa, bubur merah dan putih juga bisa dikreasikan menjadi 7 bentuk (disebut bubur 7 rupa) yang mana selaras dengan orang Jawa yang lekat dengan angka 7 yang berkorelasi dengan kata pitulungan yang mengandung elemen kata pitu atau tujuh dan berarti harapan pertolongan dari Sang Pencipta. Tradisi ini sendiri masih ada dan populer khususnya di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Yahya, Faizah, & Soliqah, 2022).
Meski di beberapa tempat tradisi membuat dan menyajikan bubur merah putih ini masih ada, bubur merah putih mungkin saja hilang beberapa puluh tahun dari sekarang, loh, Kawan! Terutama di kalangan generasi muda. Jadi penting untuk kita setidaknya mengenal dan memahami esensi di balik tradisi bubur merah putih ini supaya nilai-nilai baik yang ada di balik tradisi itu terjaga bahkan tetap lestari berpuluh tahun lagi.
Baca juga: Mengapa 17 Agustus Identik dengan Selebrasi? Berikut 4 Filosofi Kegiatan Selebrasi HUT RI
Sumber:
Auliyah, D., & Sudrajat, A. (2022). Bubur Merah Putih Sebagai Simbol Pemberian Nama Anak Dalam Perspektif Sosiologi Budaya. SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora, 8(1), 54-63.
https://www.detik.com/jatim/budaya/d-7424946/filosofi-hingga-makna-bubur-sengkolo-untuk-tolak-bala#:~:text=Makna%20Warna%20Bubur%20Sengkolo,acara%20kelahiran%20atau%20pemberian%20nama.
Nurhalimah, N. Makna Simbolik Merah Putih Pada Makanan Untuk Peringatan Bulan Saffar Di Kalangan Etnis Madura Di Desa Sungai Malaya. Balale': Jurnal Antropologi, 1(1), 1-9.
Yahya, M. D., Faizah, A. Z., & Soliqah, I. (2022). Akulturasi Budaya pada Tradisi Wetonan dalam Perspektif Islam. AMORTI: Jurnal Studi Islam Interdisipliner, 55-67.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News