Halo, Kawan GNFI! Pasti kalian sudah tahu jika negara Indonesia adalah negara kepulauan. Terdapat sekitar 17.508 (Tujuh belas ribu lima ratus delapan) pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan keindahan alam serta sumber daya melimpah yang terkandung di dalamnya.
Namun, dibalik keindahan tersebut ternyata negara kepulauan memiliki resiko yang tinggi terhadap bencana alam. Daerah pesisir Indonesia merupakan daerah yang terbilang rawan akan bahaya bencana alam terutama pada aktivitas tektonisme.
Hal ini dikarenakan Indonesia berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jalur pertemuan lempeng ini berada di laut sehingga jika terdapat gempa bumi besar dengan kedalaman yang dangkal maka akan menyebabkan tsunami.
Menurut data dari Pusat Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Bidang Geofisika, tercatat bahwa tsunami pertama di Indonesia tahun 416 pada selatan jawa selanjutnya tercatat sejak tahun 1629 hingga tahun 2016, Indonesia telah mengalami 175 kali tsunami.
Tsunami paling besar melanda Aceh pada tahun 2004 dan menewaskan ribuan korban jiwa. Bukan hanya bencana tsunami, wilayah pesisir juga rentan terhadap bencana lain seperti banjir, badai, maupun abrasi laut.
Nah, Kawan GNFI ternyata bencana di daerah pesisir sudah sering terjadi di Indonesia. Bencana ini juga menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan, kehilangan hingga kerugian material.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui mitigasi bencana yang harus dilakukan. Lantas, langkah apa saja yang harus kita lakukan dalam mengantisipasi bahaya bencana pada daerah pesisir? Yuk, Simak penjelasan berikut!
Apa sih yang dimaksud mitigasi bencana?
Mitigasi bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap suatu bencana baik melalui bentuk penyadaran, pencegahan sampai penanganan usai terjadinya bencana.
Tujuan dari adanya mitigasi bencana sendiri tentunya untuk meminimalkan kerugian, baik dari segi nyawa, harta benda maupun kerusakan lingkungan.
Tahap mitigasi bencana yang perlu dilakukan
Pada daerah yang seringkali terjadi bencana alam, khususnya masyarakat pada wilayah pesisir tentunya harus memiliki kesadaran dan pengetahuan awal mengenai system mitigasi bencana. Berikut merupakan tahapan mitigasi bencana ya perlu dilakukan oleh masyarakat:
1. Melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran diri
- Edukasi bencana: Masyarakat perlu memahami jenis-jenis bencana yang berpotensi terjadi di wilayah mereka, seperti gempa bumi, banjir, hingga potensi tsunami. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui program pendidikan, seminar, dan materi yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi terkait.
- Simulasi dan latihan: Mengikuti simulasi atau latihan bencana secara berkala membantu masyarakat mempersiapkan diri untuk merespons secara efektif saat bencana terjadi. Misalnya, latihan evakuasi gempa bumi, maupun evakuasi menghadapi tsunami.
2. Melakukan perencanaan dan persiapan
- Rencana darurat pada setiap keluarga: Setiap keluarga perlu memiliki rencana darurat yang mencakup jalur evakuasi, tempat berkumpul, dan kontak darurat. Ini memastikan bahwa semua anggota keluarga tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi jika terjadi bencana.
- Persiapan perlengkapan darurat: Masyarakat harus menyiapkan tas darurat yang berisi barang-barang penting seperti makanan, air, obat-obatan, senter, baterai, pakaian, dan dokumen penting. Tas ini harus mudah diakses dan dibawa saat evakuasi.
3. Memanfaatkan teknologi dan sistem informasi
- Memanfaatkan aplikasi peringatan dini: Menggunakan aplikasi atau layanan peringatan dini yang dapat memberikan informasi real-time tentang bencana yang akan datang, seperti peringatan gempa atau banjir. Aplikasi ini penting untuk memberikan waktu yang cukup untuk evakuasi.
- Melakukan pemantauan secara berkala: Masyarakat harus aktif dalam memantau informasi terkait bencana yang valid dan akurat melalui media sosial, pesan teks, atau metode komunikasi lainnya.
4. Membangun infrastruktur tahan bencana
Masyarakat dapat bekerja sama dengan pemerintah atau profesional konstruksi untuk membangun atau memperbaiki rumah dan bangunan menggunakan standar konstruksi tahan gempa atau tahan angin, selain itu dapat juga dilakukan pembuatan atau pengelolaan ruang-ruang evakuasi yang aman dan mudah diakses di lingkungan sekitar, seperti tempat penampungan sementara atau gedung-gedung yang diperkuat.
5. Penyelamatan diri dan tindakan saat bencana
- Evakuasi dengan cepat dan aman: Ketika tanda-tanda bencana muncul, masyarakat harus segera melakukan evakuasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Penting untuk mengetahui jalur evakuasi dan tempat yang aman untuk berlindung.
- Menjaga ketenangan: Tetap tenang dan mengikuti prosedur keselamatan yang telah dipelajari selama simulasi. Panik dapat memperburuk situasi dan menghambat proses evakuasi atau penyelamatan.
6. Upaya pemulihan pasca bencana
- Rekonstruksi dan perbaikan: Setelah bencana, masyarakat perlu terlibat dalam upaya rekonstruksi dan perbaikan infrastruktur yang rusak. Ini dapat mencakup pembersihan puing-puing, perbaikan rumah, dan pembangunan kembali fasilitas umum.
- Rehabilitasi psikologis: Mendukung anggota masyarakat yang mengalami trauma atau stres pascabencana. Ini bisa dilakukan melalui dukungan sosial, konseling, atau kegiatan komunitas yang membantu proses pemulihan mental.
- Evaluasi dan pembelajaran: Setelah bencana, penting untuk mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil dan belajar dari pengalaman tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan di masa mendatang. Ini juga mencakup penyesuaian rencana darurat jika diperlukan.
Melalui tahapan-tahapan ini, masyarakat dapat meminimalkan risiko dan dampak bencana, memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik, serta mempercepat proses pemulihan setelah bencana terjadi.
Jadi, yuk, mulai kenali dan sadar pentingnya mitigasi bencana!
Sumber referensi:
- https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/36868/mengenal-mitigasi-bencana-pesisir-dan-laut
- https://cdn.bmkg.go.id/Web/Katalog-Tsunami-Indonesia-pertahun-416-2018.pdf
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News