pemberontakan estetika partisipatoris di paseduluran sekampung - News | Good News From Indonesia 2024

Menggugat Dikotomi Seni, Pemberontakan Estetika Partisipatoris di Paseduluran Sekampung

Menggugat Dikotomi Seni, Pemberontakan Estetika Partisipatoris di Paseduluran Sekampung
images info

Apa yang membuat sebuah karya seni dirayakan? Bagaimana interaksi antara seniman dan penonton dapat mencipta sebuah objek seni? Apakah mungkin bagi penonton untuk tidak hanya mengamati tetapi juga menjadi bagian dari proses penciptaan seni?

Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita ke jantung konsep estetika partisipatoris. Pertanyaan ini pula yang muncul di benak saya saat mendatangi acara paseduluran sakampung. Sebuah acara yang digerakkan oleh roda gotong royong masyarakat Sakulan, Bantul.

Dalam tiga hari, 55 seniman jalanan mengubah setiap sudut desa menjadi kanvas hidup berisi mural, grafiti, dan ruang pameran. Hampir seluruh bagian di desa menjadi ruang pertunjukkan, mementaskan artis yang sedang merespon ruang-ruang di Sakulan.

Tim KKN UGM Sarayu Samigaluh Sosialisasikan Strategi Digital Marketing kepada UMKM Lokal

Seniman jalanan yang terlibat harus menggambar dengan dipandang banyak mata dan “partisipasi” menjadi landasan nilai utama. Proses partisipasi dalam seni jalanan merupakan proses kompleks dan bukan sebuah hal yang lazim, sehingga menjadi tantangan bagi si seniman.

Di sinilah terletak kompleksitasnya—hulu partisipasi berada pada pengamatan, berinteraksi dengan masyarakat, dan komunikasi. Hilirnya berada pada karya seni yang diciptakan dari kondisi sosial sekitar serta karya seni yang menciptakan realitas sosial baru.

Festival ini, dengan segala keriuhan dan keindahannya, adalah manifestasi dari konsep bahwa ruang publik tidaklah pasif, melainkan aktif diproduksi oleh interaksi sosio-kultural di belakangnya.

Kolaborasi elemen budaya desa dan kota menciptakan dialog antara tradisi dan modernitas, menunjukkan bagaimana interaksi ini membentuk ekosistem budaya dan memori kolektif di Sakulan. Ia menghadirkan proses produksi seni yang melibatkan warga, sebuah gagasan yang meruntuhkan gagasan subjek seni dan objek seni dalam artian lawas.

Objek seni bukan lagi benda/ bentuk yang diproduksi tetapi himpunan relasi sosial produksi yang berada dibalik hal tersebut. Ini juga melepaskan dikotomi seniman dan karya, tidak ada lagi pengkultusan keindahan, yakni suatu keyakinan religius bahwa karya seni hanya berurusan dengan keindahan.

Mahasiswa KKN UGM Kenalkan Biota Laut melalui Nonton Film dan Mewarnai Bersama

Dalam “Paseduluran Sakampung”, keterlibatan warga dan beberapa kolektif dalam memproduksi karya seni tampak nyata. Acara ini seperti hendak membuat realitas sosial komunal serta menghidupkan ruang publik yang tak pasif, melainkan aktif diproduksi oleh interaksi sosio-kultural dibelakangnya.

Kolaborasi antarwarga dan kolektif dalam pelaksanaan acara dan pembuatan karya seni hendak menghapus proses simulakra seniman, barang seni, dan penikmat seni. Tak pelak “Paseduluran Sakampung” seperti suara lantang proses perjalanan menuju estetika partisipatoris.

Paseduluran Sekampung dan Pembebasan Seni

Mungkin ada pernyataan bahwa “Festival Paseduluran Sekampung tidak partisipatoris karena sang seniman masih memproduksi seni dengan kaidah-kaidah artistik, sementara warga Sakulan hanya menyediakan tempat tanpa berpartisipasi pada proses penciptaan”.

Namun, inti dari estetika partisipatoris bukanlah melepaskan kaidah artistik, melainkan proses produksi seni. Dalam festival ini, seniman tidak langsung menggambar tanpa mempertimbangkan kondisi sosial di kampung, melainkan melibatkan masyarakat dalam memahami konteks sosial, cerita-cerita lokal, dan kondisi masyarakat di Sakulan.

Fokus seni partisipatoris adalah menciptakan seni yang melibatkan masyarakat dalam proses, bukan hanya produk akhir.

Festival ini adalah upaya kolektif untuk membebaskan seni dari elitisme dan mengembalikannya kepada masyarakat. Dengan melibatkan penduduk Sakulan dan seniman dari berbagai kolektif seni, festival ini menyoroti potensi transformatif dari kolaborasi desa-kota dalam mengubah cara kita memahami dan merayakan seni.

Pembebasan seni dari lingkaran elit ke ruang-ruang publik seperti Sakulan menandai perubahan besar dalam cara mendefinisikan dan mengakses seni. Seni tidak lagi menjadi milik segelintir orang yang memiliki akses ke galeri dan museum, melainkan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pendekatan partisipatoris ini memungkinkan setiap orang untuk menjadi bagian dari proses kreatif, mengaburkan batas antara pencipta dan penikmat seni.

UMKM Sumberrejo Naik Kelas bersama FKIJK, BRI, dan Unit KKN-PPM UGM Tempel

Setiap mural dan instalasi seni yang muncul di Sakulan adalah hasil dari dialog antara seniman dan warga. Dengan demikian, ruang-ruang ini menjadi lebih dari sekadar tempat fisik; mereka menjadi simbol dari interaksi sosial dan kolaborasi yang terjadi di antara warga.

Ini adalah bentuk nyata dari estetika relasional, di mana nilai seni tidak hanya diukur dari keindahan visual, tetapi juga dari kualitas hubungan sosial yang dibangunnya. Partisipasi masyarakat dalam festival ini menunjukkan bahwa seni memiliki potensi untuk menjadi alat yang kuat untuk perubahan sosial.

Dalam konteks ini, seni berfungsi sebagai medium yang menghubungkan individu-individu dari berbagai latar belakang, membangun jembatan antara tradisi dan modernitas. Proses kolaboratif ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga menciptakan ruang untuk dialog dan pemahaman yang lebih dalam antara berbagai elemen masyarakat.

Pembebasan seni ini mengajak kita untuk merenungkan kembali definisi keindahan dan nilai estetis. Seni tidak hanya tentang apa yang dilihat, tetapi juga tentang pengalaman kolektif dan hubungan sosial yang diciptakannya.

Pelatihan UMKM Desa Tambakrejo oleh KKN PPM UGM Tempel

Dalam konteks ini, keindahan ditemukan dalam interaksi dan partisipasi, dalam gotong royong dan semangat kebersamaan yang mendefinisikan Festival Paseduluran Sekampung.

Melalui pendekatan ini, kita dapat melihat bahwa pembebasan seni adalah pembebasan diri kita sendiri dari keterbatasan persepsi dan pemahaman. Dengan merayakan seni di ruang publik dan melibatkan seluruh komunitas, kita menciptakan ruang untuk eksplorasi, ekspresi, dan transformasi yang tidak hanya memperkaya kehidupan individu. Namun, juga memperkuat ikatan sosial yang mendasari masyarakat kita.

Lebih jauh lagi, festival ini mengajukan gugatan: siapa yang berhak mendefinisikan seni dan keindahan? Dalam ekosistem yang lebih inklusif dan partisipatoris, seni tidak lagi berada di bawah monopoli kurator, kritikus, atau galeri elit.

Sebaliknya, ia tumbuh subur di tangan masyarakat yang merangkulnya sebagai bagian dari identitas kolektif mereka. Ini adalah seni yang tidak berdiri agung memisahkan diri dari latar sosio-kulturalnya, yang mencerminkan makna dan estetika bisa diproduksi siapapun.

Keterlibatan komunitas lokal dalam proses penciptaan seni membuka mata kita terhadap isu-isu dan pengalaman hidup yang lebih luas dan mendalam. Seni partisipatoris, dengan demikian, bukan hanya tentang menciptakan karya yang estetis tetapi juga tentang membangun pemahaman yang lebih kaya dan inklusif tentang dunia kita.

Ini adalah seni yang mengundang dialog, mendorong refleksi, dan memperkaya pengalaman kita sebagai sebuah komunitas.

Pada akhirnya, "Paseduluran Sekampung" mengingatkan kita bahwa seni memiliki potensi tak terbatas ketika ia dibebaskan dari batasan-batasan tradisional dan dibawa kembali ke pangkuan masyarakat.

Melalui festival ini, kita belajar bahwa seni dapat menjadi jembatan yang menghubungkan kita, memperkaya pengalaman kita, dan memperkuat komunitas kita. Warisan sejati dari estetika partisipatoris adalah seni yang hidup, dinamis, dan selalu dalam proses penciptaan bersama—sebuah seni yang benar-benar milik semua orang. (Ory)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.