sejarah bioskop yang pernah penuhi jalan banda aceh pada tahun 1930 an - News | Good News From Indonesia 2024

Sejarah Bioskop yang Pernah Penuhi Jalan Banda Aceh pada Tahun 1930-an

Sejarah Bioskop yang Pernah Penuhi Jalan Banda Aceh pada Tahun 1930-an
images info

Banda Aceh, ibu kota dari Provinsi Aceh memiliki kisah dan sejarah panjang tentang lahirnya dan perkembangan perfilman di Indonesia. Di Banda Aceh, bioskop telah ada sejak tahun 1930-an.

Dimuat dari artikel “Perkembangan Bioskop di Kota Banda Aceh (1930-2024) karya Rizal Saivana dkk menjelaskan bioskop di Banda Aceh ada dua yaitu Deli Bioscoop dan Rex Bioscoop pada tahun 1930-an.

Kisah Desa Alur Jambu di Aceh, Sudah Ditinggal Penduduknya karena Diteror Hantu

Hal yang menarik kedua bioskop ini sudah masuk sebelum adanya listrik ke kota tersebut. Pemutaran film saat itu masih dilakukan secara manual, yaitu dengan tenaga manusia dan masih termasuk film bisu.

“Berbicara soal fasilitas, bioskop-bioskop ini masih terbilang sederhana. Kursi penonton masih sangat terbatas, dan terdapat beberapa pemain musik di depan bioskop sebagai pengiring saat film bisu terdapat diputar di layar,” jelasnya.

Saksi perkembangan film

Rizal mengungkapkan pada awal berdirinya bioskop di Banda Aceh banyak memutarkan film Barat dan Arab. Pada periode keduanya atau masa Jepang, bioskop ini banyak dipengaruhi film-film dari Negeri Sakura.

“Pada masa-masa itu, bioskop banyak dipenuhi film-film bertajuk edukasi tentang Negeri Matahari Terbit tersebut.”

Pemerintah Kolonial Belanda pernah mendirikan Atjeh Bioscoop yang terletak di sisi Barat Taman Vredespak. Bioskop ini kemudian dinobatkan sebagai tempat pemutaran film tertua di Banda Aceh.

Mengenal Boh Gaca, Tradisi Melukis Inai untuk Pengantin di Aceh

Bioskop pun menjadi ruang berkreasi masyarakat kota, apalagi di sekitarnya ada tempat pertunjukan musik, drama, dan juga pesta dansa. Bahkan Presiden Soekarno pernah menggunakan Garuda Theatre sebagai panggung untuk berorasi.

“Dia pun menyuarakan soal manifesto politiknya sebanyak dua kali di lokasi yang sama. Peristiwa itu terjadi pada bulan Juni 1948 silam.”

Kemunduran

Tetapi seiring berjalannya waktu, kehadiran bioskop di Banda Aceh menuai pro dan kontra. Banyak yang menganggap bioskop jadi tempat maksiat para pemuda. Karena itu, bisnis bioskop di Aceh lambat laun menurun.

Hal ini ditambah dengan adanya tsunami Aceh pada tahun 2004 yang menghancurkan banyak gedung bioskop. Juga banyak tutupnya bioskop akibat lahirnya televisi dan film-film bajakan di layanan internet.

Indahnya Ekowisata di Aceh, Dari Daratan hingga Panorama Alam Bawah Laut

Ahmad Fauzan, pemerhati budaya Aceh dan penggiat film menyayangkan adanya sistem syariat Islam mengenai bioskop. Karena hal itu membuat masyarakat bernasib malang karena harus merogoh kocek untuk keluar provinsi agar bisa menonton film.

“Ketika Aceh bisa menciptakan bank syariah, wisata syariah, sampai kepada kegiatan yang berlandaskan syariah. Lalu mengapa Aceh tidak bisa menciptakan bioskop berlandaskan syariah juga,” tegasnya yang dimuat Serambinews.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.