Pada hari Kamis Wage, 11 Juli 2024, pukul 19.30 WIB, Desa Gabugan di Turi, Sleman, Yogyakarta menjadi saksi sebuah acara istimewa, yaitu Tasyakuran Luwaran Wayangan Bapak Harjono yang diadakan di Pendopo Hj. Kartini.
Acara ini berlangsung meriah dengan kehadiran masyarakat setempat dan tamu undangan, serta didukung oleh para mahasiswa KKN-PPM UGM Turi Berdikari Sub Unit 4. Aktivitas ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga perwujudan rasa syukur, kebersamaan, dan gotong royong.
Suasana di Pendopo Hj. Kartini
Pendopo Hj. Kartini yang megah dan penuh nuansa tradisional Jawa menjadi tempat berlangsungnya acara ini. Dengan dekorasi khas budaya Jawa yang memikat, pendopo tersebut dihias indah sehingga menciptakan suasana yang khidmat dan anggun.
Para tamu mulai berdatangan sejak petang, membawa semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat terasa di udara. Keberadaan pendopo yang sarat akan nilai-nilai budaya lokal memberikan kesan mendalam bagi setiap orang yang hadir, memperkuat rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya.
Dari Nazar ke Tasyakuran, Ruwatan Pekon Sukamarga
Peran Mahasiswa KKN-PPM UGM Turi Berdikari Sub Unit 4
Keberhasilan acara ini tidak lepas dari bantuan para mahasiswa KKN-PPM UGM. Mereka terlibat aktif dalam persiapan hingga pelaksanaan acara. Mulai dari menata tempat, menyambut tamu, hingga memastikan segala kebutuhan teknis terpenuhi.
Kehadiran mereka tidak hanya membantu kelancaran acara, tetapi juga menunjukkan sinergi antara dunia akademis dan masyarakat. Adanya mereka tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai bagian integral yang memastikan acara dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Ki Hadi Widodo, Dalang yang Menghipnotis Penonton
Acara inti dimulai dengan penampilan wayang kulit oleh dalang terkenal, Ki Hadi Widodo. Dengan keterampilan dan pengalaman yang luas, Ki Hadi mampu menghipnotis penonton dengan cerita-cerita yang sarat makna dan hiburan.
Lantunan suara gamelan yang mengiringi pertunjukan semakin menambah magis suasana malam itu. Setiap gerakan wayang dan alunan suara dalang mampu menarik perhatian, membawa penonton ke dalam dunia penuh cerita dan makna.
Pertunjukan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan budaya kepada generasi muda.
Ruwatan Jawa dalam Harmoni Jiwa Yang Ditenangkan
Rangkaian Acara Tasyakuran
Setelah pertunjukan wayang kulit, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Hidangan tradisional Jawa yang lezat disajikan, mencerminkan kearifan lokal dan keramahan tuan rumah. Suasana semakin meriah dengan adanya hiburan tambahan berupa penampilan musik tradisional yang dibawakan oleh kelompok seni lokal.
Alunan musik tersebut menambah semarak acara, membuat para tamu merasa terhibur dan nyaman. Kegiatan makan bersama ini bukan hanya sebagai bentuk syukur, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat hubungan sosial antarwarga dan tamu undangan.
Tasyakuran Luwaran Wayangan Bapak Harjono di Pendopo Hj. Kartini bukan hanya menjadi momen syukur dan doa, tetapi juga perwujudan kebersamaan dan gotong royong antara masyarakat dan mahasiswa. Acara ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kegiatan serupa di masa depan, di mana sinergi antara berbagai elemen masyarakat dapat terus terjalin dengan baik.
Tasyakuran tersebut bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga simbol harapan dan doa untuk keberkahan serta kesuksesan Bapak Harjono dan seluruh masyarakat Desa Gabugan.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Desa Gabugan terus melangkah maju, membawa warisan budaya dan nilai-nilai luhur ke generasi berikutnya.
Acara seperti ini menunjukkan betapa pentingnya melestarikan budaya dan tradisi lokal. Melalui kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh budaya, akademisi, hingga warga setempat, kita dapat menjaga dan mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang.
Roah Segare, Tradisi Ruwatan Laut Agar Nelayan Selamat Cari Rezeki
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kehidupan sosial masyarakat, memperkaya pengalaman mereka dalam memahami dan berkontribusi pada budaya lokal.
Dengan demikian, Tasyakuran Luwaran Wayangan Bapak Harjono bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga bentuk nyata dari sinergi dan kolaborasi yang harmonis antara berbagai elemen masyarakat. Melalui acara itu, diharapkan semangat kebersamaan dan gotong royong akan terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi kegiatan serupa di masa mendatang.
Penulis : Alika Bettyno Sastro
Fotografer : Dewi Salma Q.N.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News