Indonesia memiliki berbagai olahan kuliner, mulai dari makanan tradisional hingga modern. Bahkan, beberapa olahan makanan menjadi popular di kalangan masyarakat hingga menjadi trendy untuk dibuat secara mandiri.
Di balik kepopuleran jenis olahan makanan tertentu, ada jenis makanan yang masih jarang diketahui keberadaannya. Makanan lokal yang menjadi tradisi masyarakat tertentu mulai jarang dikenal karena keberadaannya jarang disorot oleh khalayak umum. Padahal, makanan lokal yang dimiliki Indonesia perlu tetap dilestarikan agar budaya yang ada tidak luntur.
Salah satu olahan pangan lokal adalah cincalok yang merupakan makanan fermentasi udang rebon khas Kalimantan Barat. Cincalok memiliki cita rasa yang gurih sehingga umum dikonsumsi masyarakat setempat sebagai lauk-pauk maupun cocolan sambal. Cara pembuatannya pun relatif mudah sehingga cocok dibuat secara mandiri di rumah.
Pembuatan cincalok biasa melibatkan bakteri asam laktat yang tumbuh secara spontan, seperti Lactobacillus sp. dan Streptococcus sp. Pengunaan jenis bakteri spesifik pada cincalok, seperti bakteri Lactococcus lactis masih jarang dilakukan.
Cincalok mengandung gizi yang tinggi dan bagus dikonsumsi untuk kesehatan sistem pencernaan tubuh. Sayangnya, masyarakat umum masih sedikit yang mengenal hingga mengkonsumsi makanan cincalok.
Daftar Makanan Penutup Tradisional Khas Indonesia Wajib Dicicipi dan Bikin Lidah Bergoyang
Sekelompok mahasiswa asal Universitas Negeri Surabaya yang lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) 2024 melakukan survei kuisioner terkait persepsi masyarakat terhadap pengetahuan tentang cincalok dan penggunaan bakteri L. lactis pada proses pembuatannya.
Responden yang diperoleh berjumlah 54 berasal dari berbagai daerah di Indonesia, meliputi Jawa, Madura, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Sumatra sehingga cukup merepresentasikan persepsi masyarakat umum di Indonesia. Hasil observasi aspek pengetahuan diperoleh 44,5% masyarakat belum mengetahui apa itu cincalok beserta penggunaan bakteri L. lactis pada proses pembuatannya.
Tim Cinca Myosis yang beranggotakan Maharani Dyah Arumsari, Ariij Hady Tsana, Bilqis Imroatus Sholiha, Firnanda Ayu Rizki, dan Rihan Ali Abdillah menduga rendahnya pengetahuan masyarakat umum dipengaruhi lantaran masyarakat belum pernah menemui bagaimana bentuk makanan cincalok. Termasuk juga bakteri apa yang menjadi faktor penentunya.
“Makanan lokal menjadi ciri khas suatu daerah dan menjadi kearifan lokal masyarakat setempat sehingga pengetahuan pengolahan pangan lokal terjadi secara turun-menurun dan menjadi pengetahuan lokal saja. Oleh karena itu, tidak mengeherankan apabila masyarakat umum masih belum akrab dengan makanan lokal cincalok," tutur Maharani, ketua kelompok Cinca Myosis saat menginterpretasikan hasil survei.
Selain aspek pengetahuan umum, tim Cinca Myosis juga mengobservasi pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan cincalok dengan penambahan bakteri L. lactis. Hasil survei menunjukkan 45,14% responden belum mengetahui pemanfaatan L. lactis pada cincalok.
Mengangkat Makanan Tradisional dalam Perayaan Ulang Tahun Berbagai Kota di Indonesia
Cincalok sendiri memiliki sejumlah potensi kebermanfaatan di bidang kesehatan di luar manfaat umumnya sebagai bahan pangan. Beberapa penelitian seputar kegunaan cincalok sudah pernah dilakukan. Selviana et al (2021) dan Mauludia et al (2021) menemukan bahwa ekstrak cincalok memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan sendiri bermanfaat bagi kesehatan karena mampu menangkal radikal bebas dan mencegah penuaan dini (Syahara dan Vera, 2020).
Ada banyaknya potensi cincalok yang perlu digali lebih lanjut membuat Rihan dkk juga melakukan observasi tingkat ketertarikan masyarakat terhadap cincalok dan penggunaan bakteri L. lactis dalam pembuatannya. Hasil survei secara keseluruhan diperoleh 76,55% masyarakat tertarik untuk mengenal cincalok dan memanfaatkan penggunaan bakteri L. lactis padanya.
Menurut Bilqis Imroatus, walaupun sebagian besar masyarakat masih asing terhadap keberadaan cincalok. Namun, respon masyarakat menunjukkan ketertarikan yang tinggi untuk mencari informasi lebih lanjut.
Makanan lokal di Indonesia, terkhusus cincalok memang harus terus dilestarikan agar bisa terus eksis di kalangan luas. Harapannya, hasil observasi kuisioner yang dilakukan tim Cinca Myosis bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih akrab dan tertarik mengonsumsi cincalok secara mandiri.
Kuliner Tradisional Indonesia Mirip Makanan Korea Selatan, Serupa tapi tak Sama
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News