Belakangan ini, tanaman Kratom santer diperbincangkan karena menjadi perdebatan apakah tanaman ini dikategorikan sebagai narkotika atau bukan.
Tetapi, sebenarnya budidaya kratom sudah lama dilakukan masyarakat di beberapa daerah. Bahkan, banyak yang menggantungkan hidupnya dari budidaya kratom ini. Apalagi permintannya juga tergolong tinggi dengan potensi ekonomi yang besar.
Lalu bagaimana realisasi ekspor dari tanaman yang satu ini?
Sejarah Konsumsi Kratom, Sudah Digunakan Sejak Abad ke 19 untuk Pengobatan Herbal
Apa itu kratom?
Kratom, atau Mitragyna speciosa, adalah tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya dari negara-negara seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini.
Daun kratom telah digunakan selama berabad-abad oleh penduduk lokal sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, termasuk nyeri, kelelahan, dan gangguan pencernaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kratom telah mendapatkan perhatian global karena potensinya sebagai obat herbal alternatif untuk mengatasi nyeri kronis dan gejala penarikan opioid.
Indonesia Bisa Jadi Produsen Kratom Terbesar, Warga AS Peminat Utama
Realisasi nilai ekspor kratom
Realisasi nilai ekspor kratom Indonesia terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan pasar internasional, terutama dari Amerika Serikat dan Eropa, di mana kratom semakin populer sebagai suplemen herbal.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) Kementerian Perdagangan, dari tahun 2018 hingga 2023 (Januari-Mei) tercatat ada realisasi pertumbuhan dan kinerja ekspor yang positif.
Pada tahun 2019, nilai ekspor kratom Indonesia memang sempat mengalami penurunan signifikan. Dari data yang ada, tercatat bahwa nilai ekspor kratom menurun sebesar 38,74% menjadi USD 9,95 juta.
Namun, nilai ekspor kratom Indonesia menunjukkan tren positif sejak 2019 hingga tahun 2022. Dalam periode ini, ekspor kratom terus meningkat dengan tren pertumbuhan rata-rata sebesar 15,92% per tahun.
Kinerja positif ekspor kratom Indonesia kembali berlanjut di tahun 2023. Pada periode Januari hingga Mei 2023, nilai ekspor kratom tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 52,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai angka USD 7,33 juta.
Daun Dolar, Tanaman Obat Khas Kalimantan yang Kontroversial
Realisasi nilai ekspor kratom
Dalam periode 2018 hingga 2021, volume ekspor kratom Indonesia sempat menunjukkan tren penurunan.
Selama empat tahun tersebut, volume ekspor mengalami penurunan dengan tren pelemahan rata-rata sebesar -14,81% per tahun. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk fluktuasi harga di pasar internasional, regulasi yang lebih ketat, dan tantangan dalam produksi serta distribusi.
Setelah periode penurunan tersebut, volume ekspor kratom Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2022. Volume ekspor melonjak sebesar 87,90%, mencapai 8,21 ribu ton.
Pertumbuhan volume ekspor kratom yang positif berlanjut pada awal tahun 2023. Selama periode Januari hingga Mei 2023, volume ekspor tumbuh sebesar 51,49% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.
Kontroversial tapi Berharga, Kalbar Terus Gaspol Ekspor Tanaman Kratom
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News