suara hati guru honorer pengorbanan besar demi gaji kecil - News | Good News From Indonesia 2023

Suara Hati Guru Honorer: Pengorbanan Besar Demi Gaji Kecil

Suara Hati Guru Honorer: Pengorbanan Besar Demi Gaji Kecil
images info

Berjalannya sebuah sistem pendidikan akan ditentukan oleh kualitas guru yang ada dan bagaimana cara mereka dalam mendidik.

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2004, guru dan dosen merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dalam pengertian sederhana, guru diartikan sebagai seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

Pada dasarnya pembagian status guru dibagi menjadi empat.

Guru pegawai negeri sipil yang bertugas di sekolah negeri (Guru Negeri), guru PNS yang mengajar di sekolah swasta (Guru DPK), guru yang mengajar saat ada guru yang cuti di sekolah negeri (Guru Bakti), dan guru honorer yang diangkat resmi untuk membantu dalam pengajaran baik di sekolah negeri maupun swasta namun dengan kontrak waktu tertentu (Guru GTT).

Secara formal, istilah Guru Tidak Tetap (GTT) merupakan istilah yang kerap digunakan secara administratif guna menyebutkan seseorang yang mengajar di sebuah sekolah negeri dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Guru Tidak Tetap atau biasa disebut guru honorer akan digaji secara perjam sesuai dengan mata pelajaran yang mereka ampu. Tak jarang beberapa dari mereka harus merangkap dua mata pelajaran sekaligus demi memenuhi tugas dan gaji mereka.

Guru honorer seringkali menjadi sebuah sorotan di negara ini karena permasalahan gaji yang dianggap tidak setimpal dengan kerja keras mereka.

Secara kasat mata, memang tidak ada perbedaan mencolok antara penampilan guru tetap dengan guru honorer.

Mereka menggunakan seragam yang sama, dalam lingkup yang sama, tugas yang sama, tetapi dengan gaji yang sangat amat kontras.

Baca Juga: Pendidikan Abad 21: 3 Hal yang Perlu Dikuasai Guru Masa Kini dan Masa Depan

Salah satunya Myta Laili Maghfiro, seorang guru honorer lulusan S2 di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang rela merangkap dua tugas mengajar di dua tempat sekaligus.

Myta merupakan guru mata pelajaran Bahasa Inggris di dua sekolah tingkat menengah atas, yaitu SMAN Senduro dan SMAN 2 Lumajang.

SMAN Senduro sendiri terletak kurang lebih 18 km dari pusat kota, sedangkan SMAN 2 Lumajang terletak di pusat kota. Jarak tersebut tidak pernah menjadi halangan bagi Myta dalam perjuangannya menyalurkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

Dalam kurun waktu dua sampai tiga kali seminggu, ia harus bolak-balik setidaknya menempuh waktu hampir setengah jam dalam satu kali perjalanannya menggunakan motor.

Sudah hampir dua tahun, Myta melakukan kebiasaan tersebut. Akan tetapi beliau selalu tersenyum dan sabar saat berusaha menjalankan tugasnya sebagai guru.

Menjadi guru memang merupakan cita-cita yang Myta idamkan sejak menginjak bangku sekolah menengah, maka tidak heran semua materi berhasil disampaikan dengan penuh rasa semangat.

Perjuangannya memang masih tidak seberapa, tapi beliau layak mendapat gelar guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan kesejahteraan yang sama dengan guru tetap lainnya.

Gaji yang Myta dapatkan sekitar Rp600.000 untuk mengajar di satu sekolah per bulannya. Dengan kata lain, gaji yang berhasil didapatkan selama satu bulan penuh untuk mengabdi di dua sekolah sekaligus adalah sebesar Rp1.200.000.

Besaran gaji tersebut memang terbilang cukup untuk sosok Myta yang menyandang status lajang atau belum menikah.

Namun, terlepas dari kisah tersebut, ternyata masih banyak sekali kisah miris dari para guru honorer di luar sana yang harus dijadikan sebuah refleksi bagi pemerintah.

Banyaknya kebutuhan guru di Indonesia tidak selaras dengan kesejahteraan yang didapatkan oleh mereka.

Lulusan pendidikan keguruan banyak yang beralih dan banting setir untuk menghindari profesi ini, akibat dari minimnya gaji yang akan didapat ketika menjadi seorang honorer.

Permasalahan tersebut masih menjadi permasalahan yang terus-menerus menyabang bagi pendidikan di Indonesia. Perhatian khusus dan keadilan sangatlah dibutuhkan bagi para guru honorer, agar nantinya mereka bisa mengampu tugas mereka dengan lebih kompeten.

Di sisi lain, para guru honorer yang masih mendapat gaji di bawah UMR harus menjalankan profesi sampingan demi tersambungnya kebutuhan hidup mereka.

Baca Juga: Melalui PKM, Tingkatkan Keterampilan Guru Dalam Membuat Media Pembelajaran Digital

Beragam pekerjaan dijalankan, mulai dari bisnis dagangan, merangkap untuk mengajar dua mata pelajaran sekaligus, menjadi guru les atau pekerjaan lain yang gajinya bisa jadi lebih besar dari seorang guru honorer itu sendiri.

Sebutan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tidaklah cocok bagi para guru honorer yang memiliki banyak jasa dan kontribusi dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.

Selama ini, upaya-upaya yang telah dilakukan terhadap generasi penerus bangsa tidak selaras dengan gaji yang didapatkan.

Sudah selayaknya para pengabdi bangsa yang satu ini mendapat upah yang setimpal sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi mereka.

Program-program pemerintah harus lebih digalakkan demi kesejahteraan guru honorer yang memprihatinkan.

Jika kesejahteraan sudah berhasil diratakan, maka kualitas guru akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.