Sambal merupakan saus khas yang ditumbuk terbuat dari cabai dengan tambahan bawang putih, bawang merah, terasi, garam, dan lain-lain. Sambal biasa dikonsumsi bersama nasi sebagai pelengkap oleh banyak masyarakat Indonesia.
Sambal menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam budaya kuliner Indonesia. Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki sambal tradisionalnya masing-masing. Yang membedakan adalah metode produksinya (dihancurkan atau dicacah, dimasak atau dibiarkan mentah), jenis cabai, dan bahan pelengkap yang digunakan.
6 Sambal Segar Tanpa Ulek yang Wajib Dicoba!
Sambal menjadi warisan kuliner yang telah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Mengonsumsi sambal sebagai makanan pelengkap karena dianggap rasanya lebih nikmat dan menggugah selera.
Bagaimanakah asal-usul adanya sambal di Indonesia? Simak artikel di bawah ini.
Sejarah Sambal di Nusantara
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmah, dkk. (2023), sejarah sambal ada saat ini diawali dengan kedatangan cabai atau capsicum di Indonesia. Cabai yang dikonsumsi masyarakat Indonesia bukanlah tanaman lokal, melainkan komoditas asli Amerika yang diperkenalkan oleh Portugis.
Masuknya benih cabai dibawa Portugis pada abad ke-16 merupakan awal dari kebangkitan budaya makanan pedas seperti sambal.
Selain itu, pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, terdapat buku “Kokki Bitja” yang disusun oleh Nonna Cornelia, seorang warga negara Belanda. Dalam buku ini, Cornelia memperkenalkan berbagai makanan dan bahan yang tersedia dan dapat diolah di Hindia Belanda (nama Indonesia kuno).
Cornelia menghimpun kumpulan resep aneka makanan dan sambal yang disebut sambalan, yang mewakili cita rasa berbagai daerah di Hindia Belanda. Sambalan itu memiliki nama-nama yang unik dan khas, seperti sambal goreng, sambal godog, sambal pete, dan masih banyak lagi.
Di tahun 1967, terdapat buku masak dengan judul "Mustika Rasa Resep Masakan Indonesia" yang berisi resep-resep berbagai jenis sambal. Resep-resep yang ditulis dengan ejaan lama Indonesia adalah sambal bantji, lado hidjau, ontjom, petjel, tempojak, dan masih banyak lagi.
Selain masyarakat Indonesia, kaum elit Belanda juga menjadikan sambal bagian dari rijsttafel (berarti “meja nasi” dalam bahasa Belanda), yakni seperangkat makanan Indonesia yang lengkap berisi nasi, lauk-pauk, dan makanan khas Indonesia yang terkenal mahal.
Selama bertahun-tahun, sambal mengalami perkembangan dan bercabang menjadi berbagai macam variasi. Sebagian besar di antaranya sudah disesuaikan dengan selera daerah dan ketersediaan bahan-bahannya.
Faktor Iklim dan Pola Makan Tropis
Masakan pedas telah menjadi ciri utama hidangan Indonesia atau bahkan secara umum hidangan Asia Tenggara. Dilansir dari Al Haramain Group, ragam rempah yang banyak tumbuh di Indonesia, seperti cabai, jahe, kunyit, dan serai menjadi bahan utama masakan Indonesia. Bahan itu dipakai dalam membuat sambal, sehingga memberikan sentuhan kompleksitas dan rasa pedas pada hidangan.
Rempah-rempah yang digunakan dalam sambal tersebut banyak tumbuh di Indonesia karena wilayahnya yang beriklim tropis dan merupakan tempat yang cocok untuk membudidayakan berbagai rempah-rempah.
Budaya Pedas dan Identitas Kuliner
Sambal juga merupakan ciri khas budaya dan identitas kuliner Indonesia. Dilansir dari Kompas.id, sambal dapat diartikan sebagai manifestasi kedewasaan, keberanian, dan ketangguhan. Di zaman dahulu, anak kecil akan dianggap "sudah besar” atau "dewasa” jika mampu menyantap sambal.
Sambal juga mengandung simbol keberanian, sebab tak semua orang berani mengonsumsinya karena rasanya yang pedas bisa ”menyiksa” perut dan lidah. Sikap berani dan tangguh ini diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan dan situasi yang membutuhkan ketangguhan fisik dan mental.
Sambal: Tidak Hanya Nikmat, tapi Juga Sehat!
Ragam Sambal Khas Daerah di Indonesia
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Surya, dkk. (2022), disebut bahwa terdapat 110 jenis sambal yang ada di Indonesia. Wilayah Sumatra dan Jawa merupakan pulau dengan jenis sambal paling beragam (64,5%), diikuti oleh Kalimantan (10,9%), Sulawesi (9,1%), dan pulau-pulau lain seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (15,5%).
Sebagian besar sambal yang ada di Indonesia menggunakan cabai rawit dan cabai hijau sebagai bahan utamanya. Selain itu, bumbu tambahan yang sering digunakan antara lain bawang merah, bawang putih, terasi, tomat, dan jeruk nipis.
Jenis sambal di Indonesia juga beragam. Namun, sebagian besar dimasak dan memiliki tampilan fisik seperti pasta karena proses penghancuran. Contoh dari jenis sambal ini adalah sambal bajak dari Banten, sambal balado dari Sumatera Barat, dan sambal rica-rica dari Sulawesi Utara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News