pan asianisme selama perang dunia ii - News | Good News From Indonesia 2023

Jejak Jepang dan Pan-Asianisme Selama Perang Dunia II

Jejak Jepang dan Pan-Asianisme Selama Perang Dunia II
images info

Awal Mula Pan-Asianisme

Pan-Asianisme merupakan sesuatu yang asing di telinga kita namun konsep ini pernah muncul dan populer pada akhir abad ke-19 dan ke-20. Pada dasarnya Pan-Asianisme merupakan konsep kerjasama dan mengintegrasi atau mempersatukan negara-negara Asia dalam aspek ekonomi, politik, dan budaya dengan tujuan untuk menolak dan melawan pengaruh imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.

Salah satu pemikir yang cukup berpengaruh dalam Pan-Asianisme adalah Sun Yat-sen yang merupakan tokoh revolusionalis China. Sun Yat-sen berpendapat bahwa Pan-Asianisme merupakan salah satu aspek penting demi melawan dominasi dan kolonialisme barat di Asia.

Menurutnya, bangsa barat merupakan perusak kedaulatan dan kekayaan negara-negara Asia sehingga bangsa Asia harus bersatu untuk melawan dan menghapus dominasi barat di Asia. Satu lagi pemikir Pan-Asianisme yang cukup kontroversial adalah Shumei Okawa. Ia merupakan filsuf sekaligus terlibat dalam kebijakan-kebijakan Jepang saat Perang Dunia II. Okawa memandang Pan-Asianisme sebagai gerakan untuk menyatukan negara-negara di Asia dengan Jepang sebagai pemimpinnya.

Jepang menurut Okawa memiliki kemampuan politik yang kuat dan kelebihan teknologi (khususnya militer) yang cukup pada masa itu sehingga menjadikan Jepang sebagai pemimpin yang pantas bagi Asia. Konsep Pan-Asianisme ini mulai banyak dibicarakan oleh para pemikir Asia saat Jepang yang pada saat itu merupakan negara Asia yang paling maju dan modern memenangkan peperangan dengan Russia (Russo-Japanese War 1904-1905).

Kemudian dilanjutkan dengan keikutsertaan Jepang pada Perang Dunia I yang berhasil mengejutkan pasukan Eropa saat itu dan berhasil mendapatkan kursi di Konfrensi Perdamaian Paris pada 1919. Akibat prestasinya yang cukup signifikan pada saat itu para pemikir Asia memandang Jepang sebagai poros utama dan diharap dapat membimbing negara-negara Asia lain dalam mewujudkan Pan-Asianisme.

Keterlibatan Jepang Dalam Perang Dunia II

Jepang merupakan negara yang paling berperan dan berpengaruh dalam Perang Dunia II. Jepang kerap dipandang sebagai antagonis di Perang Dunia II (bersama Jerman dan Italia). Namun sebelum itu Jepang sudah mulai menunjukkan aksi yang tidak mencerminkan nilai-nilai perdamaian. Pada tahun 1910 (sebelum Jepang ikut dalam Perang Dunia I) Jepang sudah terlebih dahulu menganeksasi Korea dan menjadikannya sebagai wilayah dari Kekaisaran sampai 1945.

Kemudian mereka memicu perang dengan China (Sino-Japanese War) mulai tahun 1937 dan menguasai sebagian wilayah di China (mulai dari Manchuria, Shanghai, Nanjing, dll). Dan kemudian memicu perang dengan Amerika Serikat pada 1941 (dimulai dengan penyerangan Pearl Harbour) dan akhirnya resmi bergabung di Perang Dunia II sebagai pihak poros bersama Jerman dan Italia. Selama Perang Dunia II berlangsung Jepang dengan gencar menguasai atau menginvasi negara-negara di Asia-Pasifik termasuk Indonesia.

Jepang juga dikenal dengan kekejaman mereka selama perang. Mereka kerap membantai rakyat sipil dan tawanan perang. Beberapa kekejaman Jepang yang cukup terkenal yaitu Rape of Nanking di China, Death Bataan March di Philipina, eksperimen Unit 731 yang tidak manusiawi, dan masih banyak lagi kekejaman Jepang yang tidak bisa dituliskan satu per satu disini. Jepang kemudian menyerah setelah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan pada 6 dan 9 Agustus 1945 dan resmi menyerah di atas kapal USS Missouri pada 2 September 1945.

Setelah perang usai, para petinggi Jepang seperti Hideki Tojo (Menteri Perang sekaligus Perdana Menteri) , Kuniaki Koiso (Gubernur Korea kemudian Perdana Menteri), Iwane Matsui (Jenderal dan dalang dibalik Rape of Nanjing), dll ditangkap dan diadili atas tuduhan kejahatan perang dalam Tokyo Trial (1946-1948). Jepang kemudian diokupasi oleh Amerika Serikat dan dipimpin oleh Jenderal Douglas McArthur dari 1945 sampai 1952.

Penyalahgunaan Pan-Asianisme

Meskipun Jepang dianggap sebagai poros utama dalam gerakan Pan-Asianisme pada saat itu, Jepang malah melakukan imperialisme seperti apa yang dilakukan negara barat. .Jika dilihat lebih dalam, hal-hal yang dilakukan Jepang pada Perang Dunia kedua sangat berlawanan dengan konsep Pan-Asianisme yang sesungguhnya. Jepang memang secara makna "menyatukan" Asia, namun mereka melakukannya dengan cara yang salah.

Alih-alih menerapkan Pan-Asianisme dengan integrasi dan kerja sama, Jepang malah membantai dan menghancurkan bangsa Asia lain serta menerapkan ultranasionalisme dengan memandang bangsa mereka lebih hebat dari bangsa-bangsa Asia lainnya. Jepang disini menggunakan Pan-Asianisme sebagai validasi atau pembenaran dalam memperluas daerah kekuasaan Kekaisaran Jepang di seluruh Asia, mereka membebaskan Asia dari dominasi barat dan menggantinya dengan dominasi dan imperialisme Kekaisaran Jepang itu sendiri.

Pan-Asianisme yang diterapkan Jepang sama sekali tidak mengintegrasi atau menyatukan bangsa Asia sama sekali, melainkan mengeksploitasi sumber daya negara-negara Asia lainnya. Dapat disimpulkan disini bahwa Jepang menyalahartikan konsepsi Pan-Asianisme, mereka menggunakan konsep Pan-Asianisme sebagai pembenaran dalam ambisinya dalam menguasai dan meluaskan daerah kekuasaan Kekaisaran Jepang.

Sumber: alphahistory.com | history.com | britannica.com | nationalww2museum.org | facinghistory.org | apjjf.org | britannica.com | apjjf.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.