Solstis Utara atau summer solstice adalah momen saat matahari mencapai posisi paling utara di langit bumi. Fenomena alam ini terjadi setiap tanggal 21 Juni dan menjadi penanda awal musim kemarau di Indonesia.
Pada 21 Juni, matahari seakan “berhenti” di titik paling utara sebelum nantinya kembali bergeser ke selatan. Solstis utara merupakan hasil dari kemiringan 23,5 derajat sumbu rotasi bumi.
Solstis utara memiliki dampak yang berbeda-beda di bumi. Di Indonesia, fenomena tersebut menjadi penanda akan datangnya musim kemarau. Belahan bumi utara, seperti Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara, fenomena ini juga menandai awal musim panas yang terik.
Sementara itu, di belahan bumi selatan, soltris utara justru menjadi penanda masuknya musim dingin. Posisi matahari menyebabkan pergeseran pemanasan bumi yang memengaruhi arah angin dan pergerakan awan.
Fenomena solstis sangat penting bagi sektor pertanian, mitigasi bencana, dan prakiraan musim. Dengan memahami pola ini, peralihan musim dapat diantisipasi dengan baik.
Di sisi lain, puncak musim kemarau di Indonesia diprediksi akan terjadi di bulan Juli-Agustus 2025, dengan Jawa dan Papua yang akan menghadapi kemarau lebih awal. Sebaliknya, di wilayah Sumatra dan Sulawesi, puncak musim kemarau diprediksi akan bergeser menjadi lebih lambat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut memprediksi jika durasi kemarau akan lebih pendek di beberapa wilayah, khususnya di Jawa, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Namun, sebagian kecil Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua akan menunjukkan durasi yang lebih panjang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News