Presiden Prabowo Subianto berikan amanat untuk menggarap 18 proyek hilirisasi baru mencakup proyek-proyek strategis di luar ekosistem baterai mobil. Menindaklanjuti hal ini, Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi telah menyerahkan dokumen pra-feasibility study (pra-FS) kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sekaligus Ketua Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi menyebut total nilai investasi dari 18 proyek ini mencapai US$ 38,63 miliar atau setara dengan Rp618,3 triliun. 18 proyek hilirisasi ini disebutkan telah siap masuk pada tahap pra-kelayakan.
“Kami sudah ada sekitar 18 proyek yang sudah siap pra-FS-nya Pak Kepala Danantara dengan total investasi sebesar US$ 38,63 miliar atau setara dengan Rp 618,3 triliun. Ini di luar ekosistem baterai mobil khusus yang kita akan bangun sesuai dengan arahan Bapak Presiden dalam ratas” ungkap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, dikutip pada Rabu (23/7/2025).
Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa dokumen pra-FS telah disusun melalui proses yang melibatkan akademisi, pengusaha, dan pemangku kepentingan lain. Adapun, 18 proyek hilirisasi ini dibagi menjadi delapan sektor proyek yakni, sektor mineral dan batubara, dua proyek pada sektor transisi energi, dua sektor pada ketahanan energi, tiga proyek hilirisasi pertanian, dan tiga proyek hilirisasi kelautan dan perikanan.
“Kami dalam berbagai kajian para FS ini sudah melewati sebuah proses-proses panjang. Dari diskusi, kajian mendalam, antar tim, melibatkan akademisi, melibatkan pemangku kepentingan lain, pengusahanya kita undang, teknologinya kita undang,” ujar Bahlil.
Berikut Daftar 18 Proyek Hilirisasi tersebut:
- Industri Smelter Aluminium (Bauksit), di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp 60 triliun
- Industri DME (batu bara) di wilayah Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin dengan nilai investasi senilai Rp 164 triliun.
- Industri Aspal di Buton, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi Rp 1,49 triliun.
- Industri Mangan Sulfat di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nilai investasi Rp 3,05 triliun
- Industri Stainless Steel Slab (Nikel) di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi Rp 38,4 triliun.
- Industri Cooper Rod, Wlre & Tube (katoda tembaga), di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 19,2 triliun.
- Industri Besi Baja (Pasir Besi) yang berada di Kabupaten Sarmi, Papua dengan nilai investasi Rp 19 triliun.
- Industri Chemical Grade Alumina (Bauksit) yang berada di Kendawangan, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp 17,3 triliun.
- Industri Olresin (Pala) yang berada di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan nilai investasi Rp 1,8 triliun.
- Industri Oleofood (Kelapa Sawit) yang berada di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK) dengan nilai investasi sebanyak Rp 3 triliun.
- Industri Nata de Coco, Medium-Chain Triglycerides (MTC), Coconut Flour, Activated Carbon (Kelapa) yang berada di Kawasan Industri Tenayan, Riau dengan nilai investasi Rp 2,3 triliun.
- Industri Chlor Alkali Plant (Garam) di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT dengan nilai transaksi Rp 16 triliun.
- Industri Fillet Tilapia (Ikan Tilapia) di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 1 triliun.
- Industri Carrageenan (Rumput Laut) di Kupang, NTT dengan nilai investasi sebesar Rp 212 miliar.
- Oil Refinery di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak dengan nilai investasi sebesar Rp 160 Triliun.
- Oil Storage Tanks di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak dengan nilai investasi sebesar Rp 72 triliun.
- Modul Surya Terintegrasi (Bauksit dan Silika) di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah dengan nilai investasi Rp 24 triliun.
- Industri Boavtur (Used Cooking Oil) di KBN Marunda, Kawasan Industri Cikarang dan Kawasan Industri Karawang dengan nilai investasi Rp 16 triliun.
Investasi pada 18 proyek hilirisasi ini diperkirakan dapat menciptakan sebanyak 276.636 lapangan pekerjaan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News